Línea Aérea Conviasa (secara legal Consorcio Venezolano de Industrias Aeronáuticas y Servicios Aéreos, S.A.; "Konsorsium Industri Penerbangan dan Layanan Udara Venezuela") adalah maskapai penerbanganmilik pemerintah dengan kantor pusa"t di tanah milik Bandar Udara Internasional Simón Bolívar di Maiquetía, Venezuela, dekat Caracas. Maskapai ini mengoperasikan penerbangan menuju destinasi domestik dan destinasi internasional di Karibia dan Amerika Selatan. Direncanakan juga perluasan jaringan dengan menambah destinasi menuju Eropa. Basis utamanya adalah di Bandar Udara Internasional Simón Bolívar, bandara yang melayani kota Caracas.[1] Conviasa diketahui membuat rute berdasarkan perspektif politik daripada sudut pandang finansial.[2]
Pada Januari 1997, maskapai penerbangan nasional Venezuela, Viasa, menghentikan operasi setelah beroperasi selama 37 tahun karena masalah finansial yang berlarut-larut. Pada bulan Mei 2001, ide untuk membuat maskapai penerbangan nasional baru bagi Venezuela diserahkan, namun pada bulan Desember 2002, proyek ditunda hingga 1 Oktober 2003. Pada 30 Maret 2004, Presiden Venezuela, Hugo Chávez, menandatangani dekret yang secara resmi mendirikan maskapai ini. Dekret ini diumumkan di situs resmi pemerintah pada hari berikutnya.
Pada 28 November 2004, penerbangan perdana Conviasa dilakukan dengan sebuah pesawat De Havilland Canada Dash 7 terbang dari bandara di Charallave menuju Bandar Udara Internasional Del Caribe "Santiago Mariño", di Pulau Margarita. Pada 10 Desember 2004, Conviasa secara resmi memulai operasi nasional dan internasionalnya. Conviasa pada awalnya dioperasikan oleh Kementerian Industri dan Perdagangan (Ministerio de la Producción y el Comercio) yang sekarang sudah dibubarkan, dan sekarang diambil alih oleh Kementerian Insfrastruktur.[3]
Pada 17 April 2006, José David Cabello Rondon menggantikan Wilmer Castro Sotelo sebagai pimpinan Conviasa. Pada 30 Juni 2006, Jose David Cabello Rondon menggantikan Ramon Alonzo Carrizalez Rengifo sebagai Menteri Insfrastruktur dan pada 18 Juli 2006, Franklin Fernandez Martinez menjadi presiden dari Conviasa.
Maskapai ini dimiliki oleh pemerintah Venezuela (80%) dan pemerintah regional Nueva Esparta (20%).
Pada 17 September 2010, Pemerintah Venezuela menghentikan semua penerbangan Conviasa sehingga dapat dilakukan peninjauan teknik terhadap armada maskapai. Maskapai menyatakan bahwa penghentian akan berlangsung hingga 1 Oktober 2010. Informasi terakhir menyatakan bahwa maskapai ini sudah kembali beroperasi normal.
Pada bulan Agustus 2016, dilaporkan bahwa lebih dari 80 persen pilot Conviasa berhenti dari pekerjaannya karena bayaran yang rendah atau belum dibayar. Maskapai penerbangan tersebut kemudian harus mengurangi operasinya menjadi sekitar 16 penerbangan per hari. Selain itu, beberapa pesawat maskapai tersebut telah disimpan tanpa digunakan selama beberapa bulan.[4]
Pada bulan Juli 2020, Conviasa membeli Airbus A340-300 berusia 23 tahun untuk melengkapi satu unit A340-200 miliknya, serta untuk memperkuat kargo udara dan radius penerbangan yang panjang. Pada bulan Maret dan Juni 2022, Conviasa menerima dua unit Airbus A340-600 berusia 20 tahun sebagai bagian dari perluasan armada maskapai, dan juga mengumumkan bahwa mereka akan menerima satu unit A340-500 dalam beberapa bulan berikutnya. Ini berarti Conviasa akan menjadi satu-satunya operator komersial yang mengoperasikan semua model Airbus A340.
Destinasi
Conviasa melayani destinasi sebagai berikut pada September 2010:
Conviasa menerima Airbus A340-200 pertamanya pada 11 Mei 2006 untuk rute Caracas-Madrid dari Air Europa, namun pesawat tidak terpakai selama beberapa waktu; kemudian pesawat ini digunakan untuk penerbangan Caracas - Damaskus - Tehran dan Caracas - Buenos Aires.
Usia rata-rata dari armada Conviasa adalah 19,8 tahun.[13][14] Conviasa mungkin akan menambah Ilyushin Il-96 untuk penerbangan jarak jauh, kemungkinan karena kesulitan membeli pesawat dari Amerika Serikat .[15]
Insiden dan kecelakaan
Pada 15 Desember 2005, Conviasa Penerbangan 2600, sebuah De Havilland Canada Dash 7 dengan 36 penumpang dan 4 awak pesawat dipaksa untuk melakukan pendaratan tanpa roda di bandara Porlamar saat roda pendarat gagal bekerja. Setelah mengitari Porlamar selama satu setengah jam untuk membuang bahan bakar, pesawat mendarat tanpa ada yang cedera.[16][17]
Pada 29 November 2006, sebuah Conviasa Boeing 737-200 dengan 94 penumpang kembali secara darurat menuju Bandar Udara Internasional La Chinita di Maracaibo sepuluh menut setelah lepas landas karena keretakan jendela. Setelah pihak lain memiliki pesawat ini, pesawat jatuh pada 30 Agustus 2008 di dekat Latacunga, Ekuador, menewaskan seluruh tiga awaknya.[18][19]
Pada 13 Agustus 2012, Conviasa Penerbangan 2197, sebuah ATR 72-200 (dengan nomor registrasi YV2421), melakukan lepas landas dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan pesawat tergelincir ke dekat jurang. Semua 67 penumpang di dalamnya mengalami luka ringan, sementara pesawat mengalami kerusakan ringan.[23]
Sebelumnya Conviasa memiliki kantor pusat di Isla Margarita.[26] Pada suatu waktu Conviasa memiliki kantor pusat di Menara Timur di Parque Central di Caracas.[27]