Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Brutalisme

Bangunan rektorat dan perpustakaan Universitas Andalas, salah satu contoh penerapan arsitektur brutalis di Indonesia.

Brutalisme atau arsitektur brutalis berkembang dari tahun 1950-an hingga pertengahan tahun 1970-an dan merupakan kelanjutan dari pergerakan arsitektur modernis pada awal abad ke-20.[1] Istilah ini berasal dari kata "mentah" dalam bahasa Prancis, yang mengacu kepada pilihan material Le Corbusier, yaitu béton brut, yang berarti "beton mentah".[2][3] Arsitek Alison dan Peter Smithson diduga merupakan tokoh yang mencetuskan istilah "brutalisme" pada tahun 1950-an dan istilah ini lalu semakin sering digunakan setelah kritikus arsitektur Britania, Reyner Banham, menerbitkan sebuah buku pada tahun 1966 yang berjudul The New Brutalism dan menggunakan istilah tersebut untuk menyebut gaya ini.[4]

Bangunan-bangunan brutalis pertama terinspirasi dari karya arsitek Prancis-Swiss, Le Corbusier, khususnya bangunan-bangunan cité radieuse (1952). Gaya brutalisme lalu menjadi gaya yang populer di kalangan pemerintahan dan institusi untuk membangun gedung pemerintahan, rumah susun, dan pusat perbelanjaan, dengan banyak contoh di negara-negara berbahasa Inggris (Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada, Australia), Eropa Barat (Prancis, Jerman, Italia), Uni Soviet, Blok Timur (Slowakia, Bulgaria), dan bahkan tempat-tempat lain seperti Jepang, India, Brasil, Filipina dan Israel. Gaya ini juga sering digunakan untuk membangun institusi pendidikan (khususnya universitas), tetapi jarang dipakai untuk proyek-proyek bangunan perusahaan yang lebih menyukai gaya internasional.

Bangunan bergaya brutalis biasanya tampak besar dan bahan betonnya dapat terlihat dengan jelas. Bangunan bergaya brutalis juga terlihat "kasar", tetapi istilah ini tidak selalu digunakan secara konsisten oleh para kritikus.

Pada pertengahan tahun 1980-an, gaya ini sudah tidak lagi populer dan digantikan oleh gaya ekspresionisme struktural dan dekonstruktivisme.

Karakteristik

Wisma Intiland di Surabaya dengan arsitektur brutalisme

Bangunan brutalis biasanya dibangun dengan elemen modular berulang yang mewakili zona fungsional tertentu, diartikulasikan dengan jelas dan dikelompokkan bersama menjadi satu kesatuan yang utuh. Sering ada penekanan pada ekspresi grafis di elevasi eksternal dan dalam rencana arsitektur seluruh situs sehubungan dengan fungsi utama dan arus orang dari bangunan tersebut.[5] Bangunan umumnya menggunakan bahan seperti beton, batu bata, kaca, baja, kayu, batu pahat kasar, dan bronjong.[6] Namun, karena biayanya yang murah, beton mentah sering digunakan dan dibiarkan mengungkapkan sifat dasar konstruksinya dengan permukaan kasar yang menampilkan "penutup" kayu yang dihasilkan saat cetakan dicor di tempat.[6] Contohnya seringkali bersifat masif (walaupun tidak besar) dan menantang paham tradisional tentang bangunan yang semestinya, dengan berfokus pada ruang interior dan juga eksterior.[7][6]

Brutalisme sebagai filosofi arsitektur sering dikaitkan dengan ideologi utopia sosialis, yang cenderung didukung oleh perancangnya, terutama oleh Alison dan Peter Smithson. Desainnya menekankan pada fungsi fungsionalitas dan menghubungkan arsitektur dengan apa yang mereka pandang sebagai realita kehidupan modern.[8] Di antara kontribusi awal mereka adalah "jalanan di langit", di mana lalu lintas dan sirkulasi pejalan kaki dipisahkan secara ketat, sebuah tema yang populer di tahun 1960-an.[9] Gaya ini memiliki pengaruh yang kuat dalam arsitektur negara-negara komunis di Eropa dari tahun 1960-an hingga akhir 1980-an (Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Uni Soviet, Yugoslavia).[10] Di Cekoslowakia, brutalisme hadir sebagai upaya untuk menciptakan gaya arsitektur "nasional" tetapi juga "sosialis modern". Bangunan era sosialis prefabrikasi seperti itu disebut dengan panelaky.

Galeri foto

Catatan kaki

  1. ^ Đorđe, Alfirević & Simonović Alfirević, Sanja: Brutalism in Serbian Architecture: Style or Necessity? Facta Universitatis: Architecture and Civil Engineering (Niš), Vol. 15, No. 3 (2017), hlm. 317–331.
  2. ^ McClelland, Michael, and Graeme Stewart, "Concrete Toronto: A Guide to Concrete Architecture from the Fifties to the Seventies," Coach House Books, 2007, hlm. 12.
  3. ^ British Brutalism. World Monument Fund.
  4. ^ Billings, Henrietta & Lamberton, Derek: Brutalist London Map, hlm. 2. Blue Crow Media, 2015.
  5. ^ Dutton, John (26 July 2013). Featured Plan: Smithsons' Golden Lane Project (1952) – GRIDS blog. GRIDS blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-13. Diakses tanggal 2022-06-20. 
  6. ^ a b c "Brutalist Architecture London | A Guide To Brutalism". 20 Bedford Way (dalam bahasa Inggris). 2014-06-23. Diakses tanggal 2022-06-20. 
  7. ^ Review, Architectural (2014-05-15). "The New Brutalism". On Architecture (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-20. 
  8. ^ "Alison and Peter Smithson: The Duo that Led British Brutalism". ArchDaily (dalam bahasa Inggris). 2020-06-22. Diakses tanggal 2022-06-20. 
  9. ^ "Featured Plan: Smithsons' Golden Lane Project (1952) – GRIDS blog". GRIDS blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-13. Diakses tanggal 2022-06-20. 
  10. ^ Kulić, Vladimir (2012). Modernism in-between : the mediatory architectures of Socialist Yugoslavia. Maroje Mrduljaš, Wolfgang Thaler. Berlin. ISBN 978-3-86859-147-7. OCLC 765809952. 

Daftar pustaka

  • Golan, Romy: Historian of the Immediate Future: Reyner Banham – Book Review. The Art Bulletin, Juni 2003. (Diakses 29 Desember 2014.)
  • Monzo, Luigi: Plädoyer für herbe Schönheiten. Gastbeitrag im Rahmen der Austellung „SOS Brutalismus – Rettet die Betonmonster“. Pforzheimer Zeitung, 27. February 2018, hlm. 6. (Jerman)
Kembali kehalaman sebelumnya