Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bendungan Bribin

Bendungan Bribin
LokasiGunungkidul
Koordinat8°02′25″S 110°40′30″E / 8.040313°S 110.674958°E / -8.040313; 110.674958
KegunaanSerbaguna
Statusberoperasi
Mulai dibangun2016
PemilikKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, BBWS Serayu Opak
Bendungan dan saluran pelimpah
Tipe bendunganUrugan
Tinggi (thalweg)- m
Tinggi (fondasi)104 m
Panjang- m
Lebar puncakm
MembendungSungai bawah tanah

Bendungan Bribin adalah sebuah bendungan bawah tanah yang dibangun di Kabupaten Gunungkidul, DIY untuk membendung aliran sungai di bawah tanah. Bendungan Sungai ini merupakan satu-satunya bendungan bawah tanah di Indonesia maupun di dunia yang menjadi salah satu sumber air baku di Gunungkidul dan memiliki teknologi canggih yang dikelola oleh BBWS Serayu Opak. Kehebatannya terletak pada proses pengangkatan air dari sungai bawah tanah sedalam 104 meter itu dengan pompa yang bertenaga gerak dari sumber daya air itu sendiri sehingga menghasilkan air baku dengan debit 80-100 liter/detik dan dimanfaatkan oleh PDAM Gunungkidul untuk memasok kebutuhan air bagi sekitar 79.000 penduduk atau 6.000 KK. Proses pemompaan air tidak ada campur tangan dengan energi listrik untuk mendorong atau menaikkan ke bak penampungan di atas perbukitan.[1]

Energi hidrostatis air sungai bawah tanah yang diperoleh dari beda tinggi permukaan air yang telah dibendung dengan elevasi output yang dialirkan merupakan sistem 'pump as turbine' yang menjadi energi pendorong air dalam sungai bawah tanah itu sehingga mampu mengalirkan air ke permukaan tanah tanpa listrik. Teknologi turbin pompa ini termasuk teknologi terapan dengan konsep canggih yang dibangun oleh Universitas Kalsruhe Jerman yang memanfaatan air untuk mikrohidro dari sungai dan dua air terjun di Gua bawah tanah di desa Seropan, Semanu, Gunung Kidul.[2]

Referensi

  1. ^ "Bendungan bawah tanah di Gunung kidul". pdam.co.id. 2024. Diakses tanggal 9 September 2024. 
  2. ^ "Bribin, Bendungan Bawah Tanah Pertama di Dunia". kompas.com. 2024. Diakses tanggal 29 Agustus 2024. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya