Orang Korea Selatan menyebut rakyat mereka Hangukin (atau sederhananya 한인/ Han in untuk orang Korea Selatan yang tinggal di luar negeri) (한국인; 韓國人) atau Hanguk saram (한국 사람; 韓國 사람). Sedangkan rakyat Korea Utara menyebut orang mereka dengan Chosŏn in atau Chosŏn saram (조선 사람; 朝鮮 사람).
Asal usul
Orang Korea dipercaya merupakan keturunan suku Bangsa Altaik[3][4] atau proto-Altaic[5] yang masih berkaitan dengan orang Mongol, Jepang, Tungusik dan orang Turkik serta banyak suku dari Asia Tengah yang lain. Bukti arkeologi menduga bangsa Korea tua (Proto Korea) adalah para pendatang Altaik dari Siberia Tenggara (sekarang wilayah Rusia)[6] yang datang berturut-turut pada masa peralihan dari zaman neolitik (zaman batu baru) menuju zaman perunggu.[7]
Dalam perkembangan teknologi yang mempelajari DNA manusia pada kromosom Y, telah membuktikan bahwa orang Korea sejak zaman dahulu merupakan suku bangsa yang khusus dan endogami, yaitu dengan bukti tingginya frekuensi kromosom Y dari Haplogrup O2b yang dimiliki pria Korea.[butuh rujukan] Bisa dikatakan DNA Y Haplogrup O2b hanya spesifik untuk bangsa Korea. [butuh rujukan]
Walaupun selama waktu yang lama sejak masa prasejarah bangsa Korea telah banyak bercampur dengan bangsa lain di Asia Timur, sebagian besar orang Korea memiliki bukti dari asal mereka sebagai bangsa Altai, postur tubuh yang tinggi, hidung yang mancung, tulang pipi yang tinggi dan adanya bintik mongol, yaitu tanda genetik kebiru-biruan pada bagian bawah tubuh yang tersisa hanya pada masa kanak-kanak.[butuh rujukan]
Para peneliti mencatat bahwa perkawinan antar-wilayah ini sangat jarang, dan 4 jalur jalan tol baru yang dibuka pada tahun 1990 untuk menghubungkan Gwangju dan Daegu, ibu kota Jeolla Selatan dan Gyeongsang Utara, tidak pernah berhasil mempromosikan pariwisata kedua wilayah tersebut.
Elit politik Korea Selatan, termasuk presiden Park Chung Hee, Chun Doo Hwan, dan Roh Tae Woo, semuanya berasal dari wilayah Gyeongsang. Oleh karena itu Gyeongsang disebut-sebut sebagai lumbung elit politik Korea Selatan. Kontras, Jeolla masih tetap menjadi wilayah pedesaan yang kurang berkembang dan miskin. Selain itu rakyat Jeolla dikenal memiliki reputasi suka membangkang.
Kekacauan regional memuncak saat meletusnya Insiden Gwangju tahun 1980 yang menelan korban jiwa sekitar 200 orang di Jeolla Selatan akibat terbunuh oleh pasukan pemerintah. Banyak yang menyebut bahwa tentara yang dikirim berasal dari Gyeongsang.
Ragam stereotipe regional seperti dialek, telah diatasi dengan pengesahan pendidikan yang tersentralisasi, penyebarluasan media ke seluruh negeri serta perpindahan penduduk secara bertahap. Namun begitu, stereotipe dipandang penting bagi kebanyakan rakyat Korea. Contohnya, orang Gyeonggi, termasuk Seoul dianggap sebagai masyarakat yang berbudaya, orang dari Chungcheong dipandang berperangai lemah lembut seperti yangban. Orang dari Gangwon dianggap miskin dan bebal, sementara orang dari Korea Utara seperti wilayah Pyongan, Hwanghae dan Hamgyong dipandang bersifat cerdas dan agresif. Orang Jeju dipandang berkemauan kuat dan kaum wanitanya mandiri.
Orang Korea Utara dan Selatan mewarisi budaya yang sama, tetapi perpecahan kedua negara sejak tahun 1945 telah menyebabkan perbedaan budaya yang cukup signifikan.
Bahasa rakyat Korea adalah Bahasa Korea, yang memakai abjad Hangul. Terdapat 73 juta orang yang berbicara bahasa Korea di seluruh dunia.
Data Korea Utara
Sampai dengan perilisan data resmi pada tahun 1989, data kependudukan yang diketahui dunia luar adalah informasi dari edisi tahun 1963 North Korea Central Yearbook. Setelah tahun 1963, para ahli kependudukan menggunakan berbagai metode untuk memperkirakan jumlah penduduk Korea Utara. Mereka menjumlahkan total delegasi yang terpilih di MPR (setiap delegasi mewakili 50.000 orang sebelum tahun 1962 dan 30.000 sesudahnya) atau merujuk kepada data-data resmi yang merekam informasi tentang jumlah orang, atau dari persentase jumlah penduduk yang terlibat dalam suatu aktivitas tertentu. Selanjutnya, berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh Presiden Kim Il-sung pada tahun 1977 mengenai kehadiran siswa di sekolah, populasi pada tahun itu diperkirakan mencapai 17,2 juta jiwa. Selama dekade 80-an, data mengenai statistikkesehatan, termasuk harapan hidup dan penyebab kematian, secara perlahan dapat diketahui oleh dunia luar.
Pada tahun 1989, Central Statistics Bureau merilis data demografis untuk United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) untuk melanjutkan pelaporan sensus Korea Utara sejak pendirian negara komunis itu pada tahun 1946. Walaupun figur yang diberikan kepada PBB kemungkinan mengalami distorsi, tetapi tampaknya ini mulai menjadi titik baru untuk membuka negaranya terhadap dunia luar. Walaupun negeri itu kekurangan ahli kependudukan yang berkualitas, data-data akurat mengenai registrasi rumah tangga, migrasi dan kelahiran serta kematian berlaku di kantor-kantor otoritas Korea Utara. Berdasarkan peneliti Amerika Serikat Nicholas Eberstadt dan ahli kependudukan Judith Banister, informasi personal dan statistik penting disimpan oleh kantor-kantor di pedesaan (리, 里; ni) dan distrik-distrik di wilayah kota (동, 洞; dong).
Imigrasi secara besar-besaran dari Korea telah dimulai sejak pertengahan 1860-an, sebagian besar menuju Rusia Timur Jauh dan Cina Timur Laut; para imigran ini adalah cikal bakal dari ratusan ribu warga keturunan Korea yang mendiami negara-negara Asia Tengah serta 2 juta warga Korea yang mendiami Republik Rakyat Tiongkok saat ini.
Dalam masa pendudukan Jepang di Korea tahun 1910 sampai 1945, orang-orang Korea sering kali dikirim untuk dijadikan pekerja paksa di wilayah dudukan Jepang seperti Prefektur Karafuto (saat ini Pulau Sakhalin) dan Manchuria]]; yang memilih tinggal di Jepang setelah perang berakhir disebut Korea Zainichi (Warga Jepang keturunan Korea), sementara sekitar 40 ribu rakyt Korea yang terjebak di Karafuto setelah invasi Uni Soviet menyebut diri mereka sebagai orang Sakhalin Korea. Imigrasi orang Korea ke Amerika telah dimulai sekitar tahun 1903, tetapi komunitas Korea di Amerika tidak berkembang secara signifikan sampai diberlakukannya Undang-Undang Imigrasi tahun 1965;sekarang ini hampir 2 juta warga keturunan Korea tinggal di Amerika Serikat. Komunitas warga Korea terbesar di luar Korea ada di Los Angeles, California.