Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Arya Kenceng adalah seorang kesatria dari Majapahit yang turut serta dalam ekspedisi penaklukan Bali bersama Mahapatih Gajah Mada. Banyak versi mengenai keberadaan Arya Kenceng, dalam beberapa babad, misalnya Babad Arya Tabanan, dinyatakan bahwa Arya Kenceng adalah adik dari Arya Damar, yang lain mencatat Arya Kenceng identik dengan Arya Damar, dan beberapa naskah lontar menyatakan beliau adalah anak dari Arya Damar.
{{Hapus
Sejarah
Pada tahun Isaka 1203 (1281 M) dari negeri Cina datang dua orang putri Raja Ming/Miao Li yang dikenal dengan Mauliwarma Dewa keturunan Thong (Raja Miao Ciang)/Raja Li. Kerajaan Ming artinya Sinar/Surya. Ketika itu, wilayah Cina meliputi Campa/Melayu, Singapura atau Temasek hingga laut Cina Selatan (Nan Hay). Belakangan wilayah tersebut berhasil disatukan Majapahit dan Cina dikuasai dinasti Cing/Ming setelah kekaisaran Mongol/Khan runtuh. Makanya kita disebut bangsa “Indo-Cina” yang jadi cikal bakal bangsa Indonesia.jadi orang yang tinggal di daratan Cina hingga ujung selatan (Melayu) disebut orang Indo-Cina. Daratan Cina ke utara bernama “Mantjupai”. Madjapahit pun simbolnya Surya/Sinar, sedangkan simbol Raja adalah Macan putih. Dua Putri Raja Ming/Miao LI tersebut datang lengkap dengan dayang-dayang, pengawal,para suhu dan lain-lain, kedua putri tersebut adalah “Dara Jingga” dan adiknya “Dara Petak” (Putih), keadatangan Putri Cina ini pada zaman Kerajaan Singhasari yaitu pada masa pemerintahan Sri Kerthanegara/Bathara Siwa tahun isaka 1190-1214 atau tahun (1268-1292 Masehi).
Putri Dara Petak bergelar “Maheswari” diperistri oleh Sri Jayabaya atau Prabu Brawijaya I/Bhre Wijaya/Raden Wijaya, Raja Madjapahit pertama yang juga bergelar “Sri Kertha Rajasa Jaya Wisnu Wardana” pada tahun isaka 1216-1231 atau tahun (1294-1309 Masehi) yang selanjutnya menurunkan Prethi Santana/keturunan bernama “Kala Gemet” yang menjadi Raja Madjapahit kedua pada tahun 1309-1328 M, yang bergelar “Jaya Negara”. Sedangkan Putri Dara Jingga yang bergelar Indreswari atau Li Yu Lan atau Sri Tinuhanengpura (yang dituakan di Pura Singosari dan Madjapahit) diperistri oleh Sri Jayasabha yang bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja I atau Hyang Wisesa. Gelar Li adalah dari Raja Tong “Li Ti” (Li Wang Ti) yang mengirim Putri Macan Putih ke Kahuripan, Sri Jayasabha adalah pembesar Singosari dengan pangkat “Maha Menteri I Hino”. Putri Dara Jingga dalam lontar dikenal, yang berbunyi: Dara Jingga arabi Dewa Sang Bathara Adwaya Brahma yang selanjutnya menurunkan ADITYA WARMAN atau di Bali dikenal dengan nama Arya Dhamar. Dalam lontar Usana Bali pada saat penyerangan Bali, Arya Dhamar di barengi oleh 3 putranya yakni, Arya Kenceng, Arya Delancang dan Arya Belog. Namun dalam beberapa versi lontar juga disebutkan bahwa Arya Dhamar bersaudara enam, dimana yang tertua Rahadian Cakradara yang kemudian menjadi suami Ratu Tribhuwana Tungga Dewi, Arya Dhamar atau Aditya Warman, Arya Kenceng., Arya Sentong, Arya Kutawaringin dan Arya Belog.
Induk pasukan dipimpin oleh Gajah Mada, penyerbuan dan pendaratan dipantai Timur Pulau Bali.
Arya Damar dengan kekuatan 20.000 orang tentara Tulembang (Sumatra) mengadakan pendaratan dipantai Utara Pulau Bali.
Tentara Sunda (Jawa Barat) yang berjumlah 20.000 orang, dipimpin oleh Adipati Takung dengan dibantu oleh tentara bawahan bernama Lagut, mengadakan pendaratan di pantai Barat Pulau Bali.
Pendaratan di pantai Bali Selatan, dilakukan serentak oleh 6 perwira, masing-masing di bawah pimpinan: Arya Kenceng, Arya Sentong, Arya Bleteng, Arya Belog, Arya Pengalasan dan Arya Kanuruhan. Masing-masing mereka memimpin lebih kurang 15.000 orang.[1]
Setelah Kerajaan Bedulu ditaklukan oleh Majapahit, Gajah Mada membagi daerah kekuasaan kepada beberapa Arya, salah satunya Arya Kenceng diberikan memimpin daerah Tabanan yang Kerajaannya berada di Pucangan/Buahan Tabanan, dengan rakyat sebanyak 40.000 orang[2] dengan batas wilayah sebagai berikut:
Batas Timur: Sungai Panahan
Batas Barat: Sungai Sapwan
Batas Utara: Gunung Batukaru
Batas Selatan: Daerah Sanda, Kerambitan, Blumbang, Tanggun Titi dan Bajra
Pada tahun 1343, ia membuat istana di sebuah desa yang bernama Pucangan atau Buwahan, lengkap dengan Taman Sari di sebelah Tenggara Istana.
Arya Kenceng mengambil istri putri keturunan brahmana yang bertempat tinggal di Ketepeng Reges yaitu suatu daerah di Pasuruan yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Arya Kenceng memperistri putri kedua dari brahmana tersebut sedangkan putri yang sulung diperistri oleh Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan dari Puri Samprangan dan putri yang bungsu diperistri oleh Arya Sentong.
Arya Kenceng sebagai kepala pemerintahan bergelar Nararya Anglurah Tabanan, sangat pandai membawa diri sehingga disayang oleh kakak iparnya Dalem Samprangan. Dalam mengatur pemerintahan, dia sangat bijaksana sehingga oleh Dalem Samprangan dia diangkat menjadi Menteri Utama. Karena posisinya sebagai Menteri Utama, maka hampir setiap waktu dia selalu berada disamping Dalem Samprangan. Arya Kenceng sangat diandalkan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh Dalem Samprangan, karena jasanya tersebut maka Dalem Samprangan bermaksud mengadakan pertemuan dengan semua Arya di Bali. Dalam pertemuan tersebut Dalem Samprangan menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan tersebut tiada lain untuk memberikan penghargaan kepada Arya Kenceng atas pengabdiannya selama ini.
"Wahai dinda Arya Kenceng, demikian besar kepercayaanku kepadamu, aku sangat yakin akan pengabdianmu yang tulus dan ikhlas dan sebagai tanda terima kasihku, kini aku sampaikan wasiat utama kepada dinda dari sekarang sampai seterusnya dari anak cucu sampai buyut dinda supaya tetap saling cinta mencintai dengan keturunanku juga sampai anak cucu dan buyut. Dinda saya berikan hak untuk mengatur tinggi rendahnya kedudukan derajat kebangsawanan (catur jadma), berat ringannya denda dan hukuman yang harus diberikan pada para durjana. Dinda juga saya berikan hak untuk mengatur para Arya di Bali, siapapun tidak boleh menentang perintah dinda dan para Arya harus tunduk pada perintah dinda. Dalam tatacara pengabenan atau pembakaran jenasah (atiwatiwa) ada 3 upacara yang utama yaitu Bandhusa, Nagabanda dan wadah atau Bade bertingkat sebelas. Dinda saya ijinkan menggunakan Bade bertingkat sebelas. Selain daripada itu sebanyak banyaknya upacara adinda berhak memakainya sebab dinda adalah keturunan kesatriya, bagaikan para dewata di bawah pengaturan Hyang Pramesti Guru. Demikianlah penghargaan yang kanda berikan kepada adinda karena pengadian dinda yang tulus sebagai Mentri utama."
Arya Kenceng, karena telah lanjut usia, akhirnya wafat dan dibuatkan upacara pengabenan (palebon) sesuai dengan anugerah Dalem Samprangan yaitu boleh menggunakan bade bertingkat sebelas yang diwariskan hingga saat ini. Adapun roh sucinya (Sang Hyang Dewa Pitara) dibuatkan tugu penghormatan (Pelinggih) yang disebut "Batur/Batur Kawitan” dan disungsung oleh keturunannya hingga saat ini dan selanjutnya. Sesuai dengan prasati, lontar, dan sumber yang berada di seluruh Puri, Jro, Museum Leiden (Belanda) dan dari berbagai sumber, untuk pretisentana Arya Kenceng seluruhnya hanya mempunyai pedarman di Pura Luhur Batukaru, Penebel, tidak mempunyai pedarman di manapun termasuk di Pura Besakih, karena Arya kenceng tidak mempunyai sanak pitu.
Keturunan/Pratisentana Arya Kenceng
Berikut adalah keturunan (pratisentana) Arya Kenceng berdasarkan Prasasti dan Silsilah (Keturunan) Arya Kenceng yang tersimpan.
Arya Kenceng
Arya Kenceng menjadi Raja Tabanan I, berputra:
Dewa Raka/Magada Prabu. Beliau tidak berminat menjadi raja, melaksanakan kehidupan kepanditaan dan mengangkat 5 orang anak asuh (putra upon-upon):
Ki Bendesa Beng
Ki Guliang di Rejasa
Ki Telabah di Tuakilang
Ki Bendesa di Tajen
Ki Tegehan di Buahan
Dewa Made/Megada Nata
Kyai Tegeh Kori, merupakan putra kandung dari Arya Kenceng yang beribu dari desa Tegeh di Tabanan(bukan putra Dalem yang diberikan kepada Arya Kenceng, menurut babad versi Benculuk Tegeh Kori, Dia membangun Kerajaan di Badung, diselatan kuburan Badung (Tegal) dengan nama Puri Tegeh Kori (sekarang bernama Gria Jro Agung Tegal),dialah yang mengangkat Kyai Pucangan (Kyai Notor wandira yang notabenanya putra dari Sri Megada Natha) menjadi putra ketiga dia dengan nama Kyai Nyoman Tegeh yang kemudian menurunkan kerajaan Badung seperti : Puri Pemecutan, Puri Kesiman, Puri jambe, Puri Denpasar . Karena ada konflik di intern keluarga maka dia meninggalkan puri di Tegal dan pindah ke Kapal. Di Kapal sempat membuat mrajan dengan nama "Mrajan Mayun " yang sama dengan nama mrajan sewaktu di Tegal, dan odalannya sama yaitu pada saat "Pagerwesi". Dari sana para putra berpencar mencari tempat. Kini pretisentananya (keturunannya) berada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan, Gianyar dan Jero Gelgel di Mengwitani(Badung), Jro Tegeh di Malkangin Tabanan, Jro Penarungan di Sumerta, Jro Batubelig di Kuta. Dan dalam babad perjalanan Kiyai Tegeh (Arya Kenceng Tegeh Kori) tidak pernah membuat istana di Benculuk atau sekarang di sebut Tonja apalagi sampai membangun mrajan Kawitan di Tonja. Di Puri Tegeh Kori dia berkuasa sampai generasi ke empat. Adapun putra -putra dari Arya Kenceng Tegeh Kori IV adalah:
Kyai Anglurah Putu Agung Tegeh Kori (setelah dari Kapal kemudian membangun puri di Tegal Tamu, Gianyar, dengan nama Puri Agung Tegal Tamu (Tamu dari Tegal). Dia berputra, antara lain:
I Gusti Putu GelGel. tinggal di (bertempat tinggal di) : Jro Gelgel di Mengwitani Badung, Yeh Mengecir Jembrana dan Jro Tegeh di Malkangin Tabanan
I Gusti Putu Mayun. tinggal di Jro Batu Belig, Batubelig dan Cemagi
I Gusti Ketut Mas. tinggal di Klusa
Kyai Anglurah Made Tegeh. tinggal di Perang Alas(Lukluk Badung), Pacung (Abian semal) dan Dencarik (Buleleng)
I Gusti Nyoman Mas. tinggal di Kutri
I Gusti Putu Sulang. tinggal di Sulang
I Gusti Made Tegeh. tinggal di Mambal, Sibang, Karang Dalem
I Gusti Mesataan. tinggal di Sidemen
I Gusti Putu Tegeh. tinggal di Lambing, Klan, Tuban
I Gusti Ketut Maguyangan. tinggal di Desa Banyu Campah
I Gusti Gede Tegeh. tinggal di Plasa (Kuta)
I Gusti Abyan Timbul. tinggal di Abian Timbul
I Gusti Putu Sumerta. tinggal di Sumerta
Kyai Anglurah Made Tegeh
Kyai Ayu Mimba / Kyai Ayu Tegeh (Dia yang menikah Ke Kawya Pura /Puri Mengwi)
Nyai Luh Tegeh
Shri Megada Nata/Arya Yasan
Shri Megada Nata/Arya Yasan, putra arya Kenceng menjadi Raja Tabanan ke II, Berputra:
Shri Arya Ngurah Langwang
Ki Gusti Made Utara/Madyatara, Menurunkan Kelurga Besar Jero Subamia
Ki Gusti Nyoman Pascima, Menurunkan Keluarga Besar Jero Pemeregan:
Jero Jambe Pemeregan
Jero Jambe Abian kawan
Jero Jambe Kutuh kaja
Jero Jambe Kutuh kelod
Jero Jambe Ngis
Jero Jambe belodan
Jero Jambe Sembung
Jero Jambe Batu aji
Jero Jambe Baleran
Ki Gusti Wetaning Pangkung, Menurunkan Para Gusti:
Lod Rurung
Kesimpar
Serampingan
Ki Gusti Nengah Samping Boni, Menurunkan Para Gusti:
Kiayi Titih
Kiayi Ersani, Menurunkan Kelurga Besar Jero Ersania(Dauh Pangkung Tabanan)
Kiayi Nengah
Kiayi Den Ayung (Putung)
Ki Gusti Batan Ancak, Menurunkan Para Gusti:
Ancak, Pindah ke Desa Nambangan Badung, sebagai pendamping Kiayi Ketut Pucangan (Sirarya Notor Wandira)
Angglikan
Ki Gusti Ketut Lebah
Kiayi Ketut Pucangan/Sirarya Notor Wandira, menjadi Raja di Badung, selanjutnya menurunkan raja-raja dan pratisentana Arya Kenceng di Badung.
Shri Arya Ngurah Langwang
Shri Arya Ngurah Langwang menjadi Raja Tabanan ke III, dia memindahkan Kerajaan beserta Batur Kawitannya dari Pucangan ke Puri Agung Tabanandan semenjak itu pula Arya Ngurah Langwang, saudara-saudaranya (Ki Gusti Made Utara, Ki Gusti Nyoman Pascima dan Ki Gusti Wetaning Pangkung) dan seketurunannya berpura kawitan di Pura Batur di Puri Singasana Tabanan (Puri Agung Tabanan). Sedangkan bekas lahan Pura Batur di Buahan/Pucangan, diserahkan penggunaannya kepada putra upon-upon Ki Tegehan di Buahan. Beliau berputra:
Ki Gusti Ngurah Tabanan
Ki Gusti Lod Carik, Menurunkan Para Gusti Lod Carik
Ki Gusti Dangin Pasar, Menurunkan Para Gusti:
Suna
Munang
Batur
Ki Gusti Dangin Margi, Menurunkan Para Gusti:
Ki Gusti Blambangan
Ki Gusti Jong
Ki Gusti Mangrawos di Kesiut Kawan
Ki Gusti Mangpagla di Timpag
Ki Gusti Ngurah Tabanan/Prabu Winalwan/Betara Mekules
Ki Gusti Ngurah Tabanan/Prabu Winalwan/Betara Mekules menjadi Raja Tabanan ke IV dan ke VII, berputra:
Ki Gusti Wayan Pamedekan
Ki Gusti Made Pamedekan
Ki Gusti Bola Raja Tabanan ke X, Menurunkan Ki Gusti Tembuku
Ki Gusti Made, menurunkan Para Gusti Punahan
Ki Gusti Wongaya, menurunkan Para Gusti Wongaya (Jero Wongaya Tabanan)
Ki Gusti Kukuh, Menurunkan Para Gusti Kukuh (Jero Kukuh Denbatas dan Jero Kukuh Delodrurung)
Ki Gusti Kajanan, Menurunkan Para Gusti: 1. Kajanan, 2. Ombak dan 3. Pringga
Ki Gusti Brengos (SiraArya Branjingan/SiraArya Sakti Abiantimbul, Dgn memperistri Ni Gusti Ayu Batan Ancak (Puri Ancak Tabanan) Menurunkan Para Gusti Abiantimbul Intaran melinggih di (Jero Gede, Jero Semawang Intaran Sanur, Jero Abiantimbul Intaran Sanur, Jero Gulingan Intaran Sanur). ♂ Ki Gusti Brengos atau dikenal juga dengan nama Sirarya Branjingan(Sirarya Sakti Abiantimbul), memiliki istri (rabi): ♀ Ni Gusti Ayu Batan Ancak (dari Puri Batan Ancak Tabanan), berputra:
Ni Gusti Ayu Pikandel, swami: Ida Pedande Ngenjung (Gria Gede Sanur)
I Gusti Gede Pemecutan Jehem (Anglurah Sakti Abian Timbul) memiliki rabi:
♀ Ni Gusti Sayu Banjar (berputra : i Gusti Pt Sungkrang dan I Gst Made Swara)
♀ Ni Gusti Luh Samping
♀ Jro Rurung
♀ Jro Pande, Pratisentana sri nararya kenceng dari Ki Gusti Brengos menurunkan para Gusti Branjingan Intaran Sanur, melinggih di Jro Agung Semawang, Jro Gulingan
♂ I GUSTI GEDE BRANJINGAN (timpag)
♂ I GUSTI KETUT BRANJINGAN
Ni Gusti Luh Kukuh
Ni Gusti Luh Kukub
Ni Gusti Tanjung
Ni Gusti Luh Tangkas
Ni Gusti Luh Ketut, Stana/Pelinggih Dia berada di Pura Batur Wanasari di Wanasari Tabanan. Piodalannya pada Anggarkasih Dukut (Selasa Kliwon Dukut).
Ki Gusti Wayahan Pamadekan
Ki Gusti Wayahan Pamadekan, Raja Tabanan V, berputra:
Ki Gusti Nengah Mal Kangin, Raja Tabanan ke IX
(Dua) Orang Wanita
Raden Tumenggung, putra yang lahir di Mataram, setelah Ki Gusti Wayahan Pamedekan ditangkap dalam perang dengan Mataram, dan diangkat sebagai mantu oleh Raja Mataram.
Ki Gusti Made Pamedekan
Ki Gusti Made Pamedekan atau Ki Gusti Nengah Mal Kangin, Raja Tabanan ke VI, berputra:
Sirarya Ngurah Tabanan
Ki Gusti Made Dalang, Raja Tabanan ke IX
Ni Gusti Luh Tabanan
Sirarya Ngurah Tabanan
Sirarya Ngurah Tabanan (Betara Nisweng Penida), Raja Tabanan ke VIII, berputra:
Ni Gusti Luh Kepaon
Ni Gusti Ayu Rai
Ki Gusti Alit Dawuh
Ki Gusti Alit Dawuh
Ki Gusti Alit Dawuh/Sri Megada Sakti, Raja Tabanan ke XI, berputra:
Putra Sulung (tidak disebutkan namanya)
I Gusti Made Dawuh/Ida Cokorda Dawuh Pala, berputra:
I Gusti Lanang
I Gusti Kandel
Ni Gusti Luh Selingsing
Ni Gusti Luh Tatadan Menikah dengan seorang Brahmana di Griya Pasekan
Ni Gusti Luh Sasadan
Gusti Ngurah Nyoman Telabah berputra:
Ki Gusti Blumbang
Ki Gusti Pande
Ni Gusti Luh Nade
Kiayi Jegu berputra Ki Gusti Cangeh
Kiayi Krasan berputra:
Ki Gusti Subamia
Ki Gusti Bengkel
Ni Gusti Luh Sembung
Ni Gusti Luh Sempidi
Ni Gusti Luh Wayahan Tegal Tamu
Kiayi Oka berputra:
Ki Gusti Wongaya
Ki Gusti Gede Oka
Ki Gusti Pangkung
Ki Gusti Ketut
Ki Gusti Batan
Ni Gusti Ayu Muter
Ni Gusti Ayu Subamia beribu dari Jero Subamia, selanjutnya kawin dengan I Gusti Pemecutan Sakti di Badung
Ni Gusti Luh Dangin
Ni Gusti Luh Abian Tubuh Menikah dengan Ki Gusti Padang, putra dari Ki Gusti Ngurah Panji Sakti (Raja Buleleng)
Ni Gusti Luh Mal Kangin Menikah dengan seorang Brahmana di Griya Dangin Carik
Ni Gusti Luh Puseh
Ni Gusti Luh Bakas. Pada waktu pemerintahan Ki Gusti Alit Dawuh (Sri Megada Sakti), di Bendana Badung keturunan dari Ki Gusti Batan Ancak yang bernama Ki Gusti Nyoman Kelod tidak memproleh kedudukan di Badung, dia kembali lagi ke Tabanan untuk kemudian dititahkan oleh raja Sri Megada Sakti bermukim di desa Pandak, sebagai penguasa daerah pantai batas kerajaan.
Ratu Lepas Pemade
Putra Sulung Sri Megada Sakti/Ida Cokorda Tabanan/Ratu Lepas Pemade, Raja Tabanan ke XII, berputra:
Ki Gusti Ngurah Sekar
Ki Gusti Ngurah Gede/Cokorda I Gusti Ngurah Gede Banjar Membangun Puri Gede/Agung Kerambitan Selanjutkan menurunkan Puri/Jero dan Pratisentana Arya Kenceng di Kerambitan.
Ki Gusti Sari di Wanasari
Ki Gusti Pandak di Pandak Bandung
Ki Gusti Pucangan di Buahan
Ki Gusti Rejasa di Rejasa
Ki Gusti Bongan di Bongan Kauh
Ki Gusti Sangihan dan Ki Gusti Den di Banjar Ambengan
Ni Gusti Luh Dalam Indung
Ni Gusti Luh Perean
Ni Gusti Luh Kuwum
Ni Gusti Luh Beraban, Menikah dengan seorang Brahmana dari Griya Selemadeg Tabanan, melahirkan Putra yang kemudian membangun Griya Beraban. Mempunyai tugas khusus mengatur segala upacara/upakara bebantenan di Puri Agung Tabanan.
Ki Gusti Ngurah Sekar
Ki Gusti Ngurah Sekar (Cokorda Sekar), Raja Tabanan ke XIII, berputra lahir dari Permaisuri dari Jero Subamia:
Ki Gusti Ngurah Gede
Ki Gusti Ngurah Made Rai, (sebagai Maha Ratu Pemade tinggal di Puri Kaleran, saat kakaknya Ki Gusti Ngurah Gede jadi Raja Tabanan)
Ki Gusti Ngurah Rai (Cokorda Penebel), Raja Tabanan ke XVII berpuri di Penebel, berputra:
Ki Gusti Made Tabanan/Ki Gusti Ngurah Ubung Raja Tabanan ke XVIII
Ni Sagung Wayahan
Ni Sagung Made
Ni Sagung Ketut
Kiayi Kekeran
Kiayi Made
Kiayi Pangkung
Kiayi Dauh
Seorang Putri yang menikah dengan Kiayi Buruan
Kiayi Kandel berputra Ki Gusti Made Kerambitan, Menurunkan Keluarga Besar Jero Kerambitan.
Ki Gusti Ngurah Anom, Membangun Puri Mas, berputra:
Ki Gusti Mas
Ki Gusti Made Sekar
Kiayi Pasekan
Kiayi Pandak
Ni Sagung Alit Tegeh
Sedangkan yang lahir dari Ibu Penawing:
Ni Gusti Luh Kandel
Ni Gusti Luh Kebon
Ki Gusti Ngurah Gede
Ki Gusti Ngurah Gede (Cokorda Gede Ratu), Raja Tabanan ke XIV, berputra:
Ki Gusti Nengah Timpag
Ki Gusti Sambian
Ki Gusti Ketut Celuk
Ki Gusti Ngurah Made Rai
Ki Gusti Ngurah Made Rai/Cokorda Made Rai, Raja Tabanan ke XV, Dari Permaisuri bernama Ni Sagung Alit Tegal, putri dari Cokorda Ki Gusti Ngurah Gede Banjar Puri Gede Kerambitan melahirkan putra:
Ki Gusti Agung Gede
Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji berputra:
Ki Gusti Ngurah Agung, Beribuk dari Puri Gede Kerambitan, putri dari Cokorda Gede Selingsing
Ki Gusti Ngurah Demung (Ida Betara Madewa di Puri Kaleran) Beribuk dari Demung
Ki Gusti Ngurah Celuk, Beribuk dari Celuk dan Membangun Puri Kediri. Sedangkan dari Istri Penawing
Ni Sagung Ayu Made
Ni Sagung Ayu Ketut
Kiayi Nengah Perean, berputra:
Kiayi Pangkung, berputra:
Ki Gusti Wayahan Kompyang -> Menurunkan Puri Kompyang
Ki Gusti Made Oka, Menurunkan Puri Oka
Kiayi Buruan Raja Tabanan ke XVI
Kiayi Banjar
Kiayi Tegeh
Kiayi Beng berputra Ki Gusti Wayahan Beng, Jero Beng, Jero Beng Kawan dan Jero Putu.
Ki Gusti Ngurah Agung
Ki Gusti Ngurah Agung (Ratu Singasana), Raja Tabanan ke XIX, berputra:
Sirarya Ngurah Tabanan, beribu Ni Sagung Wayan, putri dari Agung Ketut Jero Aseman Kerambitan.
Ki Gusti Ngurah Gede Banjar, beribu Ni Sagung Ayu Ngurah, putri dari Cokorda Made Penarukan, Puri Gede Kerambitan, Membangun Puri Anom Tabanan, bermukim di Saren Kangin Puri Anom Tabanan
Ki Gusti Ngurah Nyoman, Membangun Puri Anom Tabanan, bermukim di Saren Kawuh (sekarang disebut Saren Tengah) Puri AnomTabanan
Ki Gusti Ngurah Made Penarukan, Membangun Puri Anyar Tabanan
Sirarya Ngurah, Diperas oleh Ki Gusti Ngurah Demung (Ki Gusti Ngurah Made Kaleran)
Ki Gusti Ngurah Rai, Diperas oleh Ki Gusti Ngurah Demung, setelah Sirarya Ngurah Wafat tanpa keturunan.
Ni Sagung Ayu Gede
Ni Sagung Ayu Rai
Sirarya Ngurah Tabanan
Sirarya Ngurah Tabanan (Betara Ngeluhur), Raja Tabanan ke XX, bertahta tahun 1868 – 1903, berputra:
Sirarya Ngurah Agung
Ki Gusti Ngurah Gede Mas
Arya Ngurah Alit Senapahan
Ki Gusti Ngurah Rai Perang, Membangun Puri Dangin Tabanan, Beribu Ni Gusti Ayu, keturunan Gusti Delod Rurung
Ki Gusi Nyoman Pangkung, Membangun Puri Dangin Tabanan
Ki Gusti Ngurah Made Batan, Membangun Puri Dangin Tabanan
Ki Gusti Ngurah Gede Marga, Membangun Puri Denpasar Tabanan
I Gusti Ngurah Putu. Membangun Puri Pemecutan Tabanan, berputra:
I Gusti Ngurah Wayan
I Gusti Ngurah Made, berputra:
I Gusti Ngurah Gede
I Gusti Ngurah Mayun
Sagung Nyoman
I Gusti Ngurah Ketut
Sagung Rai
Sagung Ketut, Kawin ke Jero Kompyang
Sagung Istri Ngurah
Ni Sagung Ayu Wah, Memimpin Pebalikan Wongaya, Perang melawan penjajah Belanda tanggal 27 November 1906
Ki Gusti Ngurah Rai Perang
Ki Gusti Ngurah Rai Perang (Cokorda Rai) Raja Tabanan ke XXI tahun 1903 – 1906. Tewas muput raga di denpasar pada tahun 1906, sesaat setelah Puputan Badung, berputra:
Yang ikut masuk ke Puri Singasana/Agung Tabanan:
I Gusti Ngurah Gede Pegeg (sebagai putra mahkota), Tewas muput raga di Denpasar pada tahun 1906 sebelum naik tahta
Ni Sagung Ayu Oka, pindah ke Puri Anom Tabanan dan menikah dengan Kramer, clerk controlir Belanda
Ni Sagung Ayu Putu Galuh, pindah ke Puri Anom Tabanan, menikah dengan Ki Gusti Ngurah Anom, Puri Anom Saren Taman (Saren Kauh Sekarang)
Ki Gusti Ngurah Rai Perang/Ida Cokorda Rai (Raja Tabanan XXI) juga mempunyai putera dari istri yang lainnya dan tetap tinggal di Puri Dangin Tabanan,[3] sebaga berikut:
I Gusti Ngurah Anom (Keturunannya tinggal di Puri Dangin Tabanan), berputra:
I Gusti Ngurah Ketut
I Gusti Ngurah Alit
I Gusti Ngurah Made
Sagung Oka (Kawin ke Puri Anom)
Sagung Nyoman (Kawin ke Jro Oka di Jegu)
I Gusti Ngurah Gde Wisadnya
I Gusti Ngurah Agung
I Gusti Ngurah Putu Konol (Keturunannya tinggal di Puri Dangin Tabanan di Jegu), berputra:
I Gusti Ngurah Oka
I Gusti Ngurah Gde Sasak
Sagung Putri
Sagung Putra (Kawin ke Puri Dangin Tabanan)
Sagung Oka (Kawin ke Puri Pemecutan /Gede /Agung Tabanan)
Ni Sagung Made.
Ki Gusti Ngurah Ketut
Ki Gusti Ngurah Ketut (Cokorda Ngurah Ketut), Raja Tabanan ke XXII dari 29 Juli 1938 - 1947, berputra:
I Gusti Ngurah Gede, beribu dari Puri Denpasar Tabanan
I Gusti Ngurah Alit Putra, beribu Gusti Siluh Biang Resi
I Gusti Ngurah Raka, beribu Mekel Merta
Sagung Mas, beribu Sagung Istri Oka dari Puri Kediri Tabanan
I Gusti Ngurah Agung, beribu Sagung Istri Oka dari Puri Kediri Tabanan
I Gusti Ngurah Gede
I Gusti Ngurah Gede (Cokorda Ngurah Gede), Raja Tabanan ke XXIII dari Maret 1947 - 1986, Berputra:
Sagung Putri Sartika
I Gusti Ngurah Bagus Hartawan
Sagung Putra Sardini
I Gusti Ngurah Alit Darmawan
Sagung Ayu Ratnamurni
Sagung Jegeg Ratnaningsih
I Gusti Ngurah Agung Dharmasetiawan
Sagung Ratnaningrat
I Gusti Ngurah Rupawan
I Gusti Ngurah Putra Wartawan
I Gusti Ngurah Alit Aryawan
Sagung Putri Ratnawati
I Gusti Ngurah Bagus Grastawan
I Gusti Ngurah Mayun Mulyawan
Sagung Rai Mayawati
Sagung Anom Mayadwipa
Sagung Oka Mayapada
I Gusti Ngurah Raka Heryawan
I Gusti Ngurah Bagus Rudi Hermawan
I Gusti Ngurah Bagus Indrawan
Sagung Jegeg Mayadianti
I Gusti Ngurah Adi Suartawan.
I Gusti Ngurah Rupawan
I Gusti Ngurah Rupawan (Ida Cokorda Anglurah Tabanan), Raja Tabanan ke XXIV dari 21 Maret 2008. Cokorda Anglurah Tabanan berputera:
Sagung Manik Vera Yuliawati
I Gusti Ngurah Agung Joni Wirawan
Sagung Inten Nismayani
Catatan kaki
^Buku "Riwayat Pulau Bali Dari Dzaman Ke Dzaman", Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar - Bali
^Babad Arya Tabanan, Kantor Dokumentasi Budaya Bali Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar, 1997
^Prasasti dan Silsilah (Keturunan) Arya Kenceng yang tersimpan di
Sumber
Prasasti dan Silsilah (Keturunan) Arya Kenceng yang tersimpan di: Puri Agung Tabanan, Puri Gede Krambitan, Puri Anom Tabanan, Puri Dangin Tabanan di Jegu.
BABAD ARYA TABANAN, KANTOR DOKUMENTASI BUDAYA BALI PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI, DENPASAR, 1997
Artikel-Artikel yang bersumber dari Lontar-Lontar yang dimiliki Keluarga Puri Tabanan
Buku “Riwayat Pulau Bali Dari Djaman Ke Djaman”, Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar - Bali