Anarkisme egois adalah sebuah aliran pemikiran anarkis yang berakar dari filsafat Max Stirner, seorang filsuf eksistensialis abad ke-19 yang "namanya muncul secara teratur dalam berbagai pembacaan kesejarahan pemikiran anarkisme, sebagai salah satu pemrakarsa anarkisme individualis yang paling awal dan paling terkenal."
Max Stirner dan pemikirannya
Max Stirner
Johann Kaspar Schmidt (25 Oktober 1806 – 26 Juni 1856), lebih dikenal sebagai Max Stirner (nama panggilan yang ia ambil dari masa kecilnya, ia dapatkan karena alisnya yang tinggi, di dalam bahasa Jerman disebut Stirn) adalah seorang filsuf Jerman yang dikenal sebagai salah seorang pemrakarsa nihilisme, eksistensialisme, pascamodernisme dan anarkisme, terutama anarkisme individualis. Karya besar Stirner adalah Ego dan Dirinya Sendiri, juga dikenal sebagai The Ego and His Own (Der Einzige und sein Eigentum dalam bahasa Jerman, yang secara literal berarti Satu-satunya dan Kepemilikannya). Karya ini pertama kali diterbitkan di Leipzig pada tahun 1844 dan sudah dicetak ulang dalam berbagai edisi dan bahasa.
Pemikiran egois Stirner
Pemikiran Stirner biasanya disebut sebagai "egoisme". Ia mengatakan bahwa seorang egois tidak akan mengejar atau mengikuti "sebuah ide besar, protes besar, doktrin, sistem, panggilan jiwa". Ia mengatakan bahwa seorang egois tidak merasa terpanggil secara politis, tetapi "hidup dengan sendirinya" tanpa mementingkan "seberapa baik atau buruk kondisi kemanusiaan apabila ia melakukannya". Stirner menyatakan bahwa satu-satunya pembatasan hak individu adalah kekuatan diri sendiri untuk mencapai apa yang diinginkan. Ia juga mengatakan bahwa institusi sosial yang biasanya diterima—termasuk Negara, hak properti, hak natural secara umum, bahkan masyarakat—hanyalah "hantu" di dalam pikiran. Stirner hendak "membubarkan tidak hanya negara, tetapi juga masyarakat, sebagai sebuah institusi yang bertanggung jawab bagi anggotanya."
Konsep persatuan kaum Egois (dalam bahasa Jerman: Verein von Egoisten) yang dicetuskan Stirner, pertama kali dituliskan dalam Ego dan Dirinya Sendiri. Persatuan ini merupakan suatu serikat nonsistematis yang menurut Stirner berada berlawanan dengan konsep negara.[1] Persatuan ini dipahami sebagai hubungan antaregois yang selalu diperbarui dengan dukungan seluruh anggotanya, berdasarkan keinginan mereka sendiri.[2] Untuk mengikuti Persatuan ini, diperlukan partisipasi yang lahir dari egoisme yang sadar. Apabila ada satu pihak yang diam-diam merasa menderita, tetapi tidak menyuarakan penderitaannya dan berpura-pura tidak menderita, maka persatuan ini telah berubah menjadi sesuatu yang lain.[3] Persatuan ini tidak dapat dipandang berada lebih tinggi daripada kehendak seseorang. Ide ini sudah banyak diinterpretasikan untuk digunakan dalam politik, ekonomi, serta konsep percintaan dan seks.
Stirner mengklaim bahwa hak milik datang melalui kekuatan: "Barang siapa yang mengetahui caranya mengambil dan membela sesuatu, baginyalah hak milik." "Yang saya miliki dalam kekuasaan saya, itulah milik saya. Sepanjang saya menyatakan bahwa saya adalah pemiliknya, maka saya adalah pemilik benda tersebut." "Saya tidak menjauhkan diri saya dari benda kepemilikan Anda, akan tetapi saya memandangnya sebagai barang saya juga, hanya saja tidak saya pedulikan. Lakukanlah apa yang Anda mau dengan barang saya!" Konsep "hak milik egoistis" ini tidak hanya meniadakan pembatasan moral atas cara seseorang mendapatkan dan menggunakan suatu benda mati, tetapi juga orang lain.
Meskipun pemikiran Stirner bersifat individualis, ia berhasil memengaruhi beberapa komunis libertarian dan anarko-komunis. Bentuk-bentuk komunisme libertarian seperti anarkisme insureksi juga dipengaruhi oleh Stirner. Anarko-komunis Emma Goldman juga dipengaruhi oleh Stirner dan Peter Kropotkin, dan ia menyatukan pemikiran-pemikiran mereka menjadi miliknya sendiri.
Pengaruh dan perluasan
Perkembangan awal
Eropa
Penulis Jerman kelahiran Skotlandia, John Henry Mackay, menemukan Stirner ketika sedang membaca Sejarah Materialisme dan Kritik terhadap Kepentingannya di Masa Kini oleh Friedrich Albert Lange. Mackay kemudian membaca Ego dan Dirinya Sendiri dan karena ia suka dengan konsepnya, ia menuliskan sebuah biografi Stirner (Max Stirner – sein Leben und sein Werk), yang dipublikasikan di Jerman pada tahun 1898.[4] Propaganda Mackay yang mendukung egoisme Stirnerian serta hak homoseksual dan biseksual memengaruhi Adolf Brand, yang pada tahun 1896 mengeluarkan publikasi rutin homoseksual pertama di dunia, berjudul Der Eigene.[5] Nama terbitan ini diambil dari Stirner, dan mereferensikan konsep "kepemilikan diri" seorang individu yang dikonsepkan oleh Stirner. Saat muda, Adolf Brand sendiri amat terpengaruh oleh Stirner. Der Eigene menerbitkan materi kultural dan keilmuan dan mungkin mencapai rata-rata 1,500 pelanggan per isu. Benjamin Tucker mengikuti jurnal ini dari Amerika Serikat.[6]
Terbitan anarkis Jerman lain yang amat dipengaruhi oleh Stirner berjudul Der Einzige. Terbitan ini muncul perdana tahun 1919 sebagai terbitan mingguan, lalu terbit secara tidak menentu hingga tahun 1925. Der Einzige diedit oleh sepasang sepupu, Anselm Ruest (pseudonim Ernst Samuel) dan Mynona (pseudonim Salomo Friedlaender). Judulnya diambil dari judul buku Der Einzige und sein Eigentum (Ego dan Dirinya Sendiri). Pengaruh lain adalah pemikiran filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche. Publikasi ini juga terkait erat dengan arus kesenian ekspresionis lokal dan pergerakannya menuju dadaisme.
Bagi Novatore, yang merupakan seorang "pembaca Stirner, namun bukan pengikut Stirnerisme", afirmasi sang individu serta tensi terus menerus menuju kebebasan, pada akhirnya akan berujung menjadi sebuah perlawanan terhadap yang ada, terhadap otoritas dan setiap jenis sikap 'tunggu dan lihat dahulu'. Egoisme Stirneris (dan Nietzschetianisme) sebagaimana dipandang Emile Armand dapat dilihat dalam tulisannya berjudul Individualisme Anarkis sebagai Hidup dan Aktivitas (1907), ketika ia menyatakan bahwa para anarkis adalah "para pemrakarsa yang tidak terikat pada pihak manapun, nonkonformis, berada di luar moralitas gerombolan dan perilaku 'asosial', 'baik' dan 'buruk', sebagaimana dipahami secara konvensional. Mungkin malah sudah berbeda 'spesies'. Mereka maju terus, kadang gagal, kadang jatuh, kadang menang, dan kadang mati. Akan tetapi, mereka terus maju, dan dengan kehidupan mereka, mereka akan membuka gerbang bagi mereka yang menolak arkisme, kaum unik yang akan menjadi keturunan mereka." Anarkis individualis Miguel Giménez Igualada menulis sebuah buku mengenai Stirner. Di Rusia, anarkisme individualis yang terinspirasi oleh Stirner, juga dengan Friedrich Nietzsche, memunculkan sekelompok seniman dan intelektual bohemian seperti Lev Chernyi, juga beberapa penyendiri yang menemukan ekspresinya dengan kriminalitas dan kekerasan. Mereka menolak berorganisasi karena mereka pikir hanya orang-orang yang tidak terorganisir yang aman dari pemaksaan dan dominasi, dan mereka juga merasa bahwa hal ini lebih dekat dengan ideal-ideal anarkisme.
Pengaruh Stirner juga muncul dalam cara yang berbeda, yaitu dalam anarkisme individualis Spanyol dan Prancis: "Posisi teoretis dan pengalaman kehidupan individualisme Prancis bersifat ikonoklastik dan penuh skandal, bahkan untuk seorang libertarian. Mereka menghimbau naturisme nudis (lihat anarko-naturisme), metode pengendalian kelahiran, ide "persatuan kaum egois" dengan keinginan satu-satunya yaitu praktik seks, pada akhirnya akan memunculkan suatu cara berpikir dan bertindak; dan cara berpikir dan bertindak ini akan disukai sekelompok orang dan dibenci sekelompok lainnya."
Ilegalisme
Ilegalisme adalah praktik anarkis yang berkembang di Prancis, Italia, Belgia, dan Swiss di awal tahun 1900-an, yang dijustifikasi dengan filsafat Stirner. Kaum ilegalis secara terbuka menjalankan kehidupan sebagai kriminal. Kaum ilegalis biasanya tidak mencoba mencari dasar moral untuk kelakuan mereka dan hanya mengakui siapa yang memiliki "kekuasaan" dan bukan siapa yang memiliki "hak". Secara umum, tindakan ilegal dilakukan hanya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pribadi, bukan untuk ideal yang lebih tinggi; meskipun ada pula beberapa pihak yang melakukan kejahatan sebagai bentuk propaganda dengan perbuatan.
Ilegalisme pertama kali terkenal bagi sebuah generasi Eropa yang terinspirasi dengan demonstrasi pada tahun 1890-an. Ketika itu, Ravachol, Émile Henry, Auguste Vaillant dan Sante Geronimo Caserio melakukan kejahatan-kejahatan berani atas nama anarkisme, yang dikenal sebagia propaganda dengan perbuatan. Geng Bonnot di Prancis adalah kelompok ilegalis paling terkenal.
Para ilegalis tidak bersepaham dengan anarkis seperti Clément Duval dan Marius Jacob yang menjustifikasi pencurian dengan teori la reprise individuelle(reklamasi individu). Kaum ilegalis berpendapat bahwa tindakan mereka tidak memerlukan basis moral karena tindakan ilegal tidak dilakukan atas nama ideal yang lebih tinggi, namun semata karena mengejar keinginan mereka sendiri.
Sebagai reaksi terhadap hal ini, kaum anarko-komunis Prancis kemudian mencoba untuk menjauhkan diri mereka dari ilegalisme dan individualisme anarkis sekaligus. Pada bulan Agustus 1913, Fédération Communiste-Anarchistes (FCA) mengatakan bahwa individualisme bersifat borjuis dan lebih bersifat kapitalis daripada komunis. Sebuah artikel yang diperkirakan ditulis oleh Peter Kropotkin dalam koran anarkis Inggris, "Freedom",mengatakan bahwa: "Kamerad-kamerad berpikiran sederhana sering terbawa dengan logika anarkis kaum ilegalis; orang luar merasa jijik dengan ide-ide anarkis tersebut dan berhenti mendengarkan propaganda apa pun."[3]
Amerika Serikat dan Britania Raya
Beberapa anarkis individualis asal Amerika Serikat, seperti Benjamin Tucker, meninggalkan posisi hak alami dan berpindah ke posisi anarkis egois Max Stirner. Tucker menolak ide hak moral dengan mengatakan bahwa hanya ada dua hak, "hak kekuatan" dan "hak kontrak". Ia juga mengatakan: "Di masa lalu ... saya berkebiasaan menjelek-jelekkan hak tanah seseorang. Itu kebiasaan buruk, dan saya sudah meninggalkan kebiasaan itu sekarang ... Hak satu-satunya manusia adalah kekuatannya atas tanah itu." Tucker menolak hak alami yang sudah lama dianggap sebagai fondasi pemikirannya dan mengadopsi posisi egoisme Stirnerian. Penolakan ini kemudian memunculkan perdebatan besar; para pendukung ide hak alami mengatakan bahwa para egois sedang menghancurkan anarkisme individualis itu sendiri. Konflik ini menjadi amat berkepanjangan hingga beberapa pendukung ide hak alami berhenti menulis di koran Liberty, meskipun mereka sampai sejauh itu telah sering menjadi kontributor. Setelah itu, koran Liberty mendukung egoisme, meskipun isinya secara umum tidak banyak berubah.
Beberapa terbitan lain juga terpengaruhi oleh presentasi Liberty tentang egoisme, misalnya Saya yang dipublikasikan oleh Clarence Lee Swartz, diedit oleh William Walstein Gordak dan J. William Lloyd (semuanya merupakan orang-orang yang dekat dengan koran Liberty); Ego dan Sang Egois, yang diedit oleh Edward H. Fulton. Koran-koran egois yang dilanggan oleh Tucker misalnya koran Jerman Der Eigene, yang diedit oleh Adolf Brand; dan Sang Elang (The Eagle) dan Sang Ular (The Serpent) yang dikirim langsung dari London. Sang Ular merupakan jurnal egois berbahasa Inggris yang paling terkenal, yang terbit antara tahun 1898 hingga 1900 dengan subjudul Jurnal Filsafat dan Sosiologi Egois.
Kaum anarkis Amerika yang mengikuti egoisme adalah Benjamin Tucker, John Beverley Robinson, Steven T. Byington, Hutchins Hapgood, James L. Walker, Victor Yarros, dan Edward H. Fulton. John Beverley Robinson menulis sebuah esai berjudul "Egoisme" yang mengatakan: "Egoisme modern sebagaimana dipandang oleh Stirner dan Nietzsche, dan diperluas oleh Ibsen, Shaw dan lain-lain, adalah ini semua; tetapi juga lebih daripada itu, egoisme modern adalah kesadaran seorang individual bahwa dirinya adalah seorang individual; yakni, urusan mereka adalah bahwa mereka adalah satu-satunya individual." Steven T. Byington adalah pengikut Georgisme yang kemudian berpindah ke posisi egois Stirneris setelah berkenalan dengan Benjamin Tucker. Ia menerjemahkan dua karya anarkis penting, dari bahasa Jerman ke bahasa Inggris; yaitu Ego dan Dirinya Sendiri karya Stirner dan Anarkisme: Eksponen Filsafat Anarkis oleh Paul Eltzbacher.
James L. Walker (kadang dikenal dengan nama pena Tak Kak) adalah salah satu kontributor utama bagi koran Liberty. Ia banyak menerbitkan karya filsafatnya, berjudul Filsafat Egoisme, di bulan Mei 1890 hingga September 1891 dalam terbitan Egoism. James L. Walker memublikasikan karya Filsafat Egoisme yang di dalamnya ia mengatakan bahwa egoisme "mengimplikasikan pemikiran kembali hubungan antara diri sendiri dan yang liyan, tidak kurang daripada "revolusi penuh relasi antarmanusia" yang menghindari prinsip "arkis" yang melegitimasi dominasi dan posisi "moralis" yang meningkatkan pemunduran diri sendiri dari masyarakat menjadi sesuatu yang baik. Walker menggambarkan diri sendiri sebagai seorang "anarkis egois" yang percaya pada kekuatan kontrak dan kerja sama sebagai prinsip praktis untuk mengatur interaksi sehari-hari." Bagi Walker, sang egois menolak kewajiban dan tidak peduli terhadap kesulitan kaum tertekan yang menyetujui perbudakan mereka sendiri dan orang lain yang tidak setuju. Sang egois datang dan menyadari dirinya sendiri bukan untuk kepentingan Tuhan atau kemanusiaan, tetapi bagi kepentingan dirinya sendiri. Baginya, "kerja sama dan timbal balik hanya mungkin dilakukan bagi mereka yang tidak ingin mengikuti pola-pola keadilan yang sudah ajeg dalam relasi manusia; dan mengikuti sebentuk perilaku timbal balik, persatuan kaum egois, yang di dalamnya mereka senang melakukan sesuatu bagi satu sama lain." Walker merasa bahwa "yang mendefinisikan egoisme bukanlah kepentingan diri sendiri, atau rasa enak, atau ketamakan; melainkan kedaulatan individu, ekspresi penuh subyektivitas ego individual."
Friedrich Nietzsche dan Stirner sering dibandingkan dengan "anarkis sastra" asal Prancis, dan interpretasi anarkis atas ide-ide Nietzsche juga tampaknya populer di Amerika Serikat. Salah seorang penulis mengatakan: "Terjemahan tulisan Nietzsche di Amerika Serikat mungkin sekali pertama kali muncul di dalam koran Liberty, yang diedit oleh Benjamin Tucker." Ia mengatakan bahwa "Tucker menyukai menggunakan tulisannya, tetapi ia juga berhati-hati, karena ia berkata: 'Nietzsche banyak mengatakan hal yang saya suka, dan pernyataan-pernyataannya sering bersifat Anarkis, akan tetapi ia bukanlah seorang Anarkis. Kaum Anarkis dengan demikian mesti mengeksploitasi filsuf ini atau ia yang akan mengeksploitasi kita. Ia boleh digunakan secara menguntungkan, tetapi kita tidak boleh memperlakukan kata-katanya seperti ramalan."
Anarka-feminis Emma Goldman amat terpengaruh oleh Stirner dan Peter Kropotkin, serta juga oleh aliran anarkisme individualis Rusia, dan ia menggabungkan filsafat-filsafat tersebut dalam karyanya sendiri, sebagaimana tampil dalam Anarkisme dan Esai-esai Lainnya. Di dalam karya itu, ia membela Stirner dan Nietzsche, ketika ia mengatakan: "Kecenderungan paling menyedihkan para pembaca adalah mengambil satu kalimat dari sebuah karya sebagai sebuah kriteria utama ide atau kepribadian penulisnya. [...] Ini adalah sikap sempit yang sama yang digunakan orang ketika melihat Max Stirner seolah-olah hanya mengajarkan teori 'setiap orang bagi dirinya sendiri, sang iblis berada di ekornya'. Individualisme Stirner mengandung kemungkinan sosial paling besar, namun hal ini diabaikan. Akan tetapi, kita akan terus melihat bahwa apabila masyarakat akan dibebaskan, pembebasan ini akan tiba melalui individu-individu terbebaskan yang dalam pergerakannya, mereka membangun masyarakat."[7] Egoisme di dalam anarkisme biasanya diasosiasikan dengan anarkisme individualis, akan tetapi kaum anarkis sosial arus utama seperti Emma Goldman dan Federica Montseny (yang juga mengagumi Nietzsche) juga mengagumi ide-ide itu. Max Baginsky adalah kolaborator penting dalam terbitan Goldman berjudul Mother Earth. Dalam sebuah esai berjudul "Stirner: Ego dan Dirinya Sendiri" yang diterbitkan di dalam Mother Earth, Baginski menyampaikan sebuah interpretasi anarko-komunis dari filsafat Stirner: "secara sepenuh hati kaum Komunis bersetuju dengan Stirner ketika ia menggantikan kata 'minta' dengan 'ambil'. Hal ini berujung pada peluruhan hak milik, berujung pada ekspropriasi. Individualisme dan Komunisme berjalan dalam langkah yang sama."[8]
Enrico Arrigoni (pseudonim Frank Brand) adalah seorang pengoperasi mesin bubut, pengecat rumah, pemasang batu bata, dramatis dan aktivis politik Italia Amerika berorientasi anarkis individualis yang amat dipengaruhi oleh Max Stirner.[9] Ia mengambil pseudonim itu dari salah satu karakter fiksi dalam naskah drama Henrik Ibsen. Pada tahun 1910-an, ia mulai terlibat dalam aktivisme anarkis dan antiperang di sekitar Milan. Dari tahun 1910-an hingga 1920-an, ia berpartisipasi dalam berbagai kegiatan anarkis dan demonstrasi populer di berbagai negara, termasuk Swiss, Jerman, Hungaria, Argentina, dan Kuba. Sejak tahun 1920-an, ia hidup di New York, bekerja sebagai editor jurnal anarkis individualis eklektik berjudul Eresia pada tahun 1928. Ia juga menulis untuk publikasi anarkis Amerika lainnya, seperti L'Adunata dei refrattari, Cultura obrera, Controcorrente dan Intessa libertaria.
Amerika Latin
Sejarawan anarkis Argentina, Angel Cappelletti, melaporkan bahwa di Argentina, "di antara para pekerja yang tiba di Eropa di dua dekade pertama abad ini, terdapat beberapa individualis Stirnerian yang terpengaruhi oleh filsafat Nietzsche, yang memandang sindikalisme sebagai musuh potensial ideologi anarkis. Mereka mendirikan ... kelompok-kelompok yang pada tahun 1912 sampai memiliki 20 anggota, menurut Max Nettlau. Pada tahun 1911, di Colón, berdiri sebuah terbitan periodik berjudul El Único, yang menyebut dirinya sendiri sebagai 'Publicación individualista'."[10]
Vicente Rojas Lizcano, bernama pseudonim Biófilo Panclasta, adalah penulis dan aktivis anarkis individualis asal Kolombia. Ia mulai menggunakan nama Biófilo Panclasta pada tahun 1904; dalam bahasa Spanyol, biófilo berarti "pecinta kehidupan" dan panclasta berarti "musuh semua"). Ia mengunjungi lebih dari lima puluh negara, mempropagandakan anarkisme yang dalam versinya amat terpengaruh pemikiran Stirner dan Nietzsche. Karya-karya tertulisnya adalah Siete años enterrado vivo en una de las mazmorras de Gomezuela: Horripilante relato de un resucitado (1932) dan Mis prisiones, mis destierros y mi vida (1929) yang di dalamnya ia banyak berbicara tentang petualangan-petualangannya, pemikirannya, dan pengalamannya dipenjara di negara-negara yang berbeda.
Horst Matthai Quelle adalah seorang filsuf anarkis Jerman berbahasa Spanyol yang dipengaruhi oleh Stirner. Pada tahun 1938, pada awal krisis ekonomi Jerman, kebangkitan Nazisme dan fasisme di Eropa, Quelle pindah ke Meksiko dan mendapatkan gelar sarjana, master dan doktoral di filsafat di Universitas Otonom Nasional Meksiko. Ia kembali mengajar filsafat di universitas yang sama pada tahun 1980-an. Quelle berargumen bahwa karena sang individual memberikan bentuk bagi dunia, ia sendiri adalah salah satu objek tersebut, berikut orang lain dan seluruh alam jagad raya. Salah satu pandangan utamanya adalah "teori jagad infinit", yang baginya dikembangkan oleh para filsuf pra-Sokratik.
Jepang
Jun Tsuji adalah anarkis Jepang, seorang musikus shakuhachiEpikurean dan Dadais, sekaligus juga seorang aktor dan bohemian yang menemukan dan mengikuti filsafat Stirner serta langsung menerjemahkan Ego dan Dirinya Sendiri ke dalam bahasa Jepang. Stirner juga memengaruhi penulis dan aktivis anarkis Jepang, Sakae Osugi, yang juga mendapat pengaruh dari Nietzsche, Henri Bergson, Pyotr Kropotkin dan Georges Sorel.[11]
Pertengahan abad ke-20
Pada tahun 1939, anarkis individualis anarko-pasifis Prancis, André Arru, memulai aktivitasnya sebagai orator dan penulis dengan sebuah konferensi yang membahas Max Stirner dan bukunya, Ego dan Dirinya Sendiri. Para individualis anarkis Prancis mendirikan kelompok yang mengikuti Émile Armand dan mempublikasikan L'Unique setelah Perang Dunia II. L'Unique, yang namanya terinspirasi dengan terjemahan Prancis Ego dan Dirinya Sendiri (L'Unique et sa propriété), terbit dari tahun 1945 hingga 1956 dengan total 110 isu. Pada tahun 1956, anarkis individualis Spanyol, Miguel Giménez Igualada, mempublikasikan tulisan panjang mengenai Stirner, yang didedikasikan kepada anarkis individual lain, Émile Armand. Pada tahun 1960-an, seorang anarko-komunis Prancis, Daniel Guérin, menulis bahwa "Stirner merehabilitasi sang individu ketika bidang filsafat sedang didominasi antiindividualisme Hegelian, dan kebanyakan para pereformasi di bidang sosial sedang dikacaukan oleh egotisme borjuasi untuk menekankan hal yang sebaliknya", dan ia mengagumi "keberanian dan keluasan pemikirannya".
Anarkisme eksistensialis
Di Britania Raya, Herbert Read amat dipengaruhi oleh egoisme ketika ia mendekat ke eksistensialisme. Dalam Herbert Read Reassessed, David Goodway menulis bahwa di dalam Education Through Art (1943) terdapat "egoisme Max Stirner, diasimilasi dalam komunisme anarkis Peter Kropotkin." Ia mengutip satu tulisan Read yang menunjukkan pengaruh egoisme:
Keunikan tidak memiliki nilai praktis apabila tidak disampaikan. Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari psikologi modern dan pengalaman sejarah terbaru adalah bahwa edukasi harusnya menjadi sebuah proses, bukan hanya proses individuasi, tetapi juga proses integrasi, yaitu rekonsiliasi keunikan individual dengan kesatuan sosial [...] sang individu bisa menjadi "baik" sejauh individualitasnya dinyatakan dalam kesatuan organis seluruh masyarakat.
Albert Camus menghabiskan satu bagian The Rebel kepada Stirner. Ia menyatakan bahwa Stirner terpuruk di dalam gurun isolasi dan negasi, "mabuk dengan kehancuran". Camus juga menuduh Stirner "menghina agama dengan sangat berlebihan." Ia menyatakan bahwa Stirner "mabuk dengan perspektif menjustifikasi" kriminalitas tanpa mengatakan bahwa Stirner membedakan dengan hati-hati antara kriminal biasa dan seorang "kriminal" sebagai seorang pelawan sesuatu yang "suci". Ia melakukan sebuah kesalahan karena ia salah mengutip Stirner, ketika ia mengatakan bahwa Stirner menyuruh kita untuk "bunuhlah [manusia lain], jangan membuat mereka menjadi martir"; padahal Stirner menulis "Saya bisa membunuh mereka, tidak menyiksa mereka"—dan hal ini konteksnya pun kepada sang moralis yang membunuh dan menyiksa untuk menghormati "konsep 'kebaikan'". Meskipun di dalam bukunya Camus berhati-hati untuk menggambarkan "sang pelawan" sebagai sebuah alternatif yang lebih disukai daripada "sang revolusioner", ia tidak menyatakan bahwa perbedaan ini diambil dari perbedaan yang dibuat Stirner, yaitu perbedaan antara "sang revolusioner" dan "sang insureksionis"."[12][13]
Akhir abad ke-20 dan masa kini
Sidney Parker adalah anarkis individualis egois Inggris yang menulis artikel dan mengedit terbitan anarkis dari tahun 1963 hingga 1993, seperti Minus One, Egoist, dan Ego.[14] Dalam Ego dan Masyarakat, ia menulis: "Di depan mistik sang sosiokrat, berdirilah ego sadar seorang autokrat, yang kemenjadiannya berada di dalam dirinya sendiri, dan melihat 'masyarakat' secara sederhana, yaitu sebagai sebuah cara atau sebuah instrumen, bukan sebagai sumber atau sebagai kutukan. Sang egois menolak diikat jaring imperatif konseptual yang mengelilingi hipostatisasi 'masyarakat'; ia lebih menginginkan yang nyata daripada yang tidak nyata, yang fakta daripada yang mitos."[15]Donald Rooum adalah kartunis dan penulis anarkis Inggris, yang sudah lama berasosiasi dengan Freedom Press. Rooum mengatakan bahwa pikirannya "paling dipengaruhi oleh Max Stirner. Saya sangat senang disebut anarkis Stirnerian, meskipun tentunya 'Stirnerian' di sini harus berarti seseorang yang setuju dengan arahan umum dari Stirner, bukan seseorang yang bersesuai dengan seluruh kata-katanya."[16]An Anarchist FAQmelaporkan: "Donald Rooum menggabungkan Stirner dan anarko-komunisme dengan cara bertemu kaum anarkis di Glasgow pada Perang Dunia II."[17]
Pada tahun 1990-an di Argentina, ada sebuah publikasi Stirnerian berjudul El Único: publicacion periódica de pensamiento individualista.[18][19][20]
Situasionis
Pada tahun 1970-an, sebuah kolektif Situasionis bernama Bagi Kita Sendiri: Persatuan Manajemen Diri Secara Umum (For Ourselves: Council for Generalized Management) menerbitkan sebuah buku berjudul The Right to be Greedy: Theses on the Practical Necessity of Demanding Everything (Hak Ketamakan: Sebuah Tesis tentang Keperluan Kita Meminta Semuanya) yang didalamnya mereka menghimbau semacam "egoisme komunis" dan mendasarkan diri mereka pada Stirner. Para penulisnya mengatakan bahwa: "Perspektif egoisme komunis adalah konsepsi egoisme yang positif yang merupakan jantung dan kesatuan koherensi politis dan teoretis kami." Kemudian, para penulisnya melanjutkan: "Perspektif egoisme komunis adalah perspektif keegoisan yang tidak menginginkan apa pun kecuali orang lain, keegoisan yang tidak menginginkan apa pun kecuali ego lain; adalah ketamakan yang tamak untuk mencinta—dan cinta di sini berarti 'kepemilikan total' satu manusia oleh manusia lainnya."
Anarkisme pascakiri
Pada tahun 1980-an, di Amerika Serikat, muncullah kecenderungan anarkisme pascakiri yang amat terpengaruh oleh egoisme dalam beberapa aspek, misalnya kritik ideologi. Jason McQuinn mengatakan bahwa "ketika saya (dan anarkis antiideologi lainnya) mengkritik ideologi, pandangan saya selalu datang dari perspektif yang sangat kritis dan anarkis, yang berakar pada filsafat skeptis dan individualis-anarkis oleh Max Stirner."[21] Bob Black dan Feral Faun/Wolfi Landstreicher juga sangat mendukung egoisme Stirnerian. Pada tahun 1980-an, The Right to be Greedy dicetak ulang dan Black terlibat dalam percetakan ulang ini, berikut juga memberikan kata pengantar.[22] Black juga pernah berkelakar tentang ide "Stirnerisme Marxis" ketika ia menulis sebuah esai tentang "groucho-marxisme".[23] Di kata pengantar The Right to be Greedy, Black menuliskan: "Apabila Marxisme-Stirnerisme itu mungkin, maka setiap ortodoksi yang menginginkan kebebasan dan pembebasan, termasuk anarkisme, harus dipertanyakan. Satu-satunya alasan Anda membaca buku ini, sebagaimana akan disetujui oleh para penulisnya, adalah apa yang bisa Anda dapatkan darinya."
Hakim Bey mengatakan: "Dari "Persatuan Mereka yang Memiliki Dirinya Sendiri", kita harus lanjut ke lingkaran "Jiwa Bebas" Nietzsche dan kemudian ke "Seri Kejiwaan" Charles Fourier, terus menerus menggandakan diri kita sendiri, bahkan ketika sang Liyan sedang mengalikan dirinya sendiri dalam eros kelompok."[24] Bey juga menulis: "Komunitas Mackay, yang di dalamnya saya dan Mark aktif, sangat peduli pada anarkisme Max Stirner, Benj. Tucker & John Henry Mackay... Komunitas Mackay, merepresentasikan pemikiran individualis yang tidak begitu dikenali namun tidak pernah melepaskan ikatannya dengan pekerjaan revolusioner. Dyer Lum, Ezra & Angela Haywood merepresentasikan aliran pemikiran ini; Jo Labadie, yang menulis untuk Liberty, juga membuat dirinya sendiri semacam hubungan antara anarkis "garis bawah" Amerika, individualis "filosofis", & cabang pergerakan yang bersifat sindikalis atau komunis, dan pengaruhnya tiba di Komunitas Mackay melalui anaknya, Laurance. Seperti kaum Stirnerian di Italia (yang memengaruhi kami melalui almarhum teman kami, Enrico Arrigoni), kami mendukung seluruh aliran antiotoritarian, meskipun kontradiksinya tetap tampak."[25]
Pasca-anarkisme
Dalam gabungan pascastrukturalisme dan anarkisme yang disebut pasca-anarkisme, seorang teoris politik Australia, Saul Newman, banyak menulis tentang Stirner dan kemiripannya dengan pascastrukturalisme. Ia menulis:
Pengaruh Max Stirner terhadap teori politik kontemporer sering dilupakan. Meskipun demikian, dalam pemikiran politik Stirner dapat ditemukan kesamaan yang mengejutkan dengan teori pascastrukturalis, terutama dengan hubungannya dengan fungsi kekuasaan. Misalnya, Andrew Koch memandang Stirner sebagai seorang pemikir yang melewati tradisi Hegelian yang biasanya menjadi tempatnya, dan mengatakan bahwa karya Stirner adalah pemrakarsa bagi ide pascastrukturalis mengenai fondasi pengetahuan dan kenyataan.[26]
Newman telah memublikasikan beberapa esai tentang Stirner. Di dalam War on the State: Stirner and Deleuze's Anarchism dan Empiricism, Pluralism, and Politics in Deleuze and Stirner,[27] ia menuliskan kesamaan-kesamaan yang ia lihat antara pemikiran Stirner dan Gilles Deleuze. Dalam Spectres of Stirner: A Contemporary Critique of Ideology, ia mendiskusikan konsepsi ideologi menurut Stirner.[28] Dalam Stirner and Foucault: Toward a Post-Kantian Freedom, ia menggambarkan kemiripan antara Stirner dan Michel Foucault.[29] Ia juga menulis Politics of the Ego: Stirner's Critique of Liberalism.[30]
Anarkisme insureksionis
Egoisme memiliki pengaruh kuat pada anarkisme insureksionis, sebagaimana dapat dilihat pada karya Wolfi Landstreicher dan Alfredo Bonanno. Bonanno menulis mengenai Stirner dalam karya-karya seperti Max Stirner dan Max Stirner und der Anarchismus.
Pada tahun 1995, Feral Faun menulis:
Dalam permainan insurgensi—permainan perang gerilya dalam kehidupan—penting sekali menggunakan identitas dan peran. Sayangnya, konteks hubungan sosial memberikan kekuatan kepada peran dan identitas tersebut untuk mendefinisikan sang individu yang menggunakannya. Jadi, saya, Feral Faun, menjadi [...] seorang anarkis [...] seorang penulis [...] seorang teoris anti-peradaban, pascasituasionis yang terpengaruh oleh Stirner [...] jika tidak menurut saya sendiri, setidaknya oleh kebanyakan orang yang telah membaca tulisan saya.[31]
^Nyberg, Svein Olav, "The union of egoists"(PDF), Non Serviam, Oslo, Norway: Svein Olav Nyberg, 1: 13–14, OCLC47758413, diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 12 October 2012, diakses tanggal 1 September 2012
^Karl Heinrich Ulrichs had begun a journal called Prometheus in 1870, but only one issue was published. Kennedy, Hubert, Karl Heinrich Ulrichs: First Theorist of Homosexuality, In: 'Science and Homosexualities', ed. Vernon Rosario (pp. 26–45). New York: Routledge, 1997.