Alawi Bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib adalah leluhur Ba 'Alawi, yakni sebuah qabilah keturunan Imam Husain yang berasal dari Hadramaut.[butuh rujukan]Keberadaan Ubaidillah sebagai Ayah dari Alawi baru mulai tercatat di kitab-kitab nasab muktabar pada abad 10 Hijriyah dan keatas . Sementara sejak abad 4-9 Hijriyah tidak ditemukan nama Ubaidillah tersebut dalam kitab-kitab nasab muktabar.[1] Hal ini menyebabkan keberadaan Alwi dan Ubaidillah sebagai tokoh historis dipertanyakan banyak pihak. Bisa dikatakan Fiktif dan dongeng dan tidak ada dalilnya sampai hari ini. Secara ilmiyah metode nasab telah meyakinkan para ahli dan peneliti.
Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir, dilahirkan di daerah Saml atau Sumul, Hadramaut dan dibesarkan disana. Ayah beliau adalah Sayyid Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi
Beliau adalah orang yang pertama kali diberi nama Alwi, nama yang asalnya diambil dari nama burung yang terkenal dengan keindahannya.
Dari beliau inilah turun segala dzuriah para habaib 'Alawiyyin Bani 'Alawi yang masyhur sepanjang masa. Diduga keluarga Junjungan Nabi SAW, keturunan Imam Husain dari jalur Imam 'Ali Al-'Uraidhi dinisbahkan sebagai Aali Ba 'Alawi (keluarga Ba 'Alawi) atau 'Alawiyyin. Mereka menamakan diri mereka sebagai Ba Alawi tersebut karena adanya term Ba Alawi yang terdapat dalam kitab Al-Suluk karya Al-Janadi (w. 730 H), yaitu ketika menerangkan tentang seorang ahli hadits yang bernama Ali Abul hasan dari keluarga Ba Alawi yang tinggal di Hadramaut. Habib Ali Al-Sakran (w. 895 H), kemudian mengklaim keluarga dan leluhurnya sebagai bagian dari keluarga Ba Alawi tersebut.
Beliau lahir dan dibesarkan di Hadramaut. Semenjak kecil beliau dididik langsung oleh ayahnya dan berjalan pada thariqah yang telah ditempuh oleh ayahnya. Beliau gemar mendalami ilmu dan selalu menyibukkan dirinya untuk menuntut ilmu, sehingga beliau berhasil menguasai berbagai macam ilmu. Beliau juga adalah seorang yang hafal Al-Qur’an. Selain menuntut ilmu di Hadramaut, beliau juga menuntut ilmu sampai ke kota Makkah dan Madinah.[4]
Diceritakan dalam salah satu riwayat, yaitu ketika beliau hendak melaksanakan perintah haji dan berziarah ke makam kakeknya Rasulullah SAW. Ikut di dalam rombongan beliau sekitar 80 orang, belum termasuk para pembantu dan sanak kerabatnya. Ikut juga di dalamnya saudaranya yang bernama Jadid. Itu semua beliau yang menanggung biaya perjalanannya. Ditambah lagi beliau sering bersedekah kepada orang lain di saat perjalanan pulangnya. Beliau juga membawa unta-unta dalam jumlah yang banyak untuk dipakai buat orang-orang yang lemah dalam rombongannya.[4]
^Zad al-Ma'ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah; Quraisy adalah julukan bagi salah satu di antara Fihr atau an-Nadhr (Raudhatul Anwar karya Shafiyyurahman al-Mubarakfuri).