Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Alalabang

Alalabang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisi di Kabupaten Sumenep yang memadukan antara seni macapat, wayang, dan topeng dhalang.

Asal Kata

Alalabang (bahasa Madura) berasal dari kata labang yang artinya pintu. Alalabang maksudnya datang dari pintu ke pintu. Jenis kesenian yang menyajikan sastra lisan dari satu rumah ke rumah yang lain. Bentuk keseniannya bermacam-macam ada yang menyanyi tanpa iring-iringan musik, ada juga melantunkan syair-syair agama dengan pukulan 3 buah gendhang rebana, dan ada berupa rombongan anak-anak kecil, 2 anak di depan berpakaian pengantin sedang yang lainnya bertindak sebagai penyanyi cilik. Masing-masing wilayah mempunyai bentuk alalabang yang berbeda. Lebih-lebih rombongan alalabang, akan banyak menyedot penonton, ketika para rombongan itu membawakan sebuah kesenian topeng dhalang.[1]

Waktu Kegiatan

Pada musim panen kesenian ini akan ramai mendapat undangan untuk unjuk kebolehannya, karena saat itu masyarakat pedesaan bersuka ria atas nikmat yang dikarunia Tuhan. Biasanya jauh sebelum kesenian alalabang ini didatangkan, masyarakat menyelenggarakan acara tasyakuran, dengan mendatangkan beberapa tokoh masyarakat dan agama, untuk turut berdoa serta bersyukur atas hasil penen yang melimpah, dan dalam hal ini mereka menyebutnya along-polong hingga beberapa hari berselang, didatangkanlah jenis kesenian alalabang.

Konsep panggungnya menggunakan layar topeng dalang diiringi musik saronen, siter, saron, gender, dan seperangkat gamelan. Salenthem, gendang, siak (kecrek). Jenis Gending: kennnong tello’, sarama’an, giroan (gending kasar), dan kejungan. Sementara tokoh topeng yang ditampilkan Anoman, pasusukan anoman, Indrajit dan pasukan Indrajit, serta Trijata. Nayaga dan para pemain termasuk dalang dan apneges tidak langsung berada di panggung. Saat musik gamelan dan saronen mulai dibunyikan rombongan musik diiringi dengan bacaan tembang, para pemain berjalan menuju ke arena pementasan.[2]

Referensi

  1. ^ "Menilik Kembali Kesenian Alalabang « Media Madura". Archive.is. 2011-03-15. Archived from the original on 2012-12-11. Diakses tanggal 2014-06-15. 
  2. ^ Hidayat Raharja (2008-04-24). "TULISAN-TULISANKOE: Alalabang, Reaktualisasi Tradisi Lisan Ditengah Gempuran Kesenian Populer". Hidayatraharja.blogspot.com. Diakses tanggal 2014-06-15. 


Kembali kehalaman sebelumnya