Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Yuwen Shu

Yuwen Shu (Hanzi: 宇文述, ?-616), Adipati Gong dari Xu (许恭公), adalah seorang jenderal pada masa Dinasti Sui. Ia merupakan salah satu sekutu Yang Guang (putra ke-2 Kaisar Wen dari Sui) yang membantu Yang Guang merebut status putra mahkota dari kakaknya, Yang Yong.

Yuwen Shu
Adipati Gong dari Xu
Kematian616
KeturunanYuwen Huaji
Yuwen Shiji
AyahYuwen Sheng

Pengaruh

Setelah Yang Guang naik tahta sebagai Kaisar Yang dari Sui, pengaruh Yuwen di bidang politik dan militer semakin besar. Putra sulungnya, Yuwen Huaji, kelak menjadi tokoh yang menghancurkan Dinasti Sui dengan membunuh Kaisar Yang tahun 618 dan putranya yang lain, Yuwen Shiji, kelak menjadi perdana menteri Dinasti Tang.

Latar belakang

Yuwen Shu berasal dari etnis Xianbei (suku minoritas di Tiongkok utara), leluhurnya semula bermarga Poyetou (破野头), namun belakangan berganti marga menjadi Yuwen mengikuti nama marga pemimpin mereka. Keluarganya dari buyutnya, Yuwen Juyudun; moyangnya, Yuwen Changshou; dan kakeknya, Yuwen Gu, semua menjadi pejabat militer yang menjaga garnisun Woye (sekarang Bayan Nur, Mongolia Dalam) di bawah pemerintahan Wei Utara. Ayahnya, Yuwen Sheng, adalah jenderal yang mengabdi pada kerajaan Zhou Utara. Belakangan ia diangkat menjadi menteri urusan rumah tangga kekaisaran, salah satu dari enam menteri utama dalam struktur pemerintahan Zhou Utara.[butuh rujukan]

Dokumen sejarah tidak mencatat dimana Yuwen Shu dilahirkan, namun diduga ia berasal dari Wuchuan, Mongolia Dalam. Sejak muda ia sudah terkenal karena kemahirannya dalam memanah dan berkuda. Berkat prestasi ayahnya, Kaisar Wu dari Zhou Utara mengangkatnya sebagai pejabat tingkat menengah. Bakatnya membuat wali dan paman kaisar, Yuwen Hu, terkesan sehingga menjadikannya komandan pengawal pribadinya. Tahun 572, Kaisar Wu membunuh Yuwen Hu dan mengambil alih semua kekuasaan yang selama ini dipegang oleh pamannya itu. Kaisar Wu mengangkat Yuwen sebagai deputi menteri urusan rumah tangga kekaisaran, tak lama kemudian ia juga dianugerahi gelar Adipati Boling dan belakangan diubah menjadi Adipati Puyang.

Tahun 580, Kaisar Xuan dari Zhou Utara (putra dan penerus Kaisar Wu) meninggal, ia diteruskan oleh putranya yang masih bocah, Yuwen Yan, yang naik tahta sebagai Kaisar Jing dari Zhou Utara. Mertua Kaisar Xuan, Yang Jian, bertindak sebagai wali kaisar bocah ini dan mulai mendominasi pemerintahan. Jenderal Yuchi Jiong mengkhawatirkan ambisi Yang Jian merebut tahta dan menentang dominasinya sehingga ia menyatakan pemberontakan di Xiangzhou (sekarang Handan, Hebei). Yuwen menjadi bawahan Wei Xiaokuan yang diutus Yang Jian untuk menumpas pemberontakan Yuchi. Yuwen membuktikan keperkasaannya di medan perang dengan mengalahkan Li Jun (bawahan Yuchi) dan Yuchi Dun (putra Yuchi). Pemberontakan ini akhirnya berhasil ditumpas, Yuchi bunuh diri dalam kekalahanya. Atas prestasinya, Yuwen dianugerahi gelar Adipati Bao.

Di bawah pemerintahan Kaisar Wen

Tahun 681, Yang Jian memaksa Kaisar Jing menyerahkan tahta padanya dan mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Wen. Ia mendirikan dinasti baru dengan nama Sui, dengan demikian Dinasti Zhou Utara telah tamat riwayatnya. Pada musim dingin 688, Kaisar Wen mengirim pasukan besar untuk menaklukkan Dinasti Chen di selatan. Dalam kampanye militer ini Yuwen memimpin pasukannya menduduki benteng musuh di Shitou untuk memberi bantuan pada dua jenderal Sui lainnya, Han Qinhu dan Heruo Bi, yang sudah terlebih dulu menyeberangi Sungai Yangtze untuk menyerbu ibu kota Chen, Jiankang. Setelah Heruo dan Han mencaplok Jiankang dan menangkap hidup-hidup Kaisar Chen Shubao, dua orang jenderal Chen, Xiao Huan dan Xiao Yan masih melanjutkan perlawanan terhadap Sui dan menjadikan Zhejiang sebagai basis mereka. Kaisar Wen mengirim Yuwen dan Yan Rong menyerbu Zhejiang. Yuwen akhirnya berhasil mengalahkan Xiao Huan dan memaksa Xiao Yan untuk menyerah. Setelah kampanye militer yang sukses ini, Kaisar Wen mengangkat Yuwen sebagai komandan militer Anzhou (sekarang Xiaogan, Hebei), putranya Yuwen Huaji juga diangkat sebagai pejabat tingkat menengah dalam pemerintahan.

Kaisar Wen juga mengangkat putra keduanya, Yang Guang, Pangeran Jin, yang menjadi komandan tertinggi dalam ekspedisi penaklukkan Chen, menjadi komandan Yangzhou, Jiangsu. Pada tahun 600, Yang Guang yang berteman baik dengan Yuwen Shu meminta ayahnya untuk memindahkan Yuwen ke Shouzhou (sekarang Lu'an, Anhui) yang berdekatan dengan pos militernya. Setelah itu, Yang Guang berkonsultasi dengan Yuwen mengenai rencana merebut status putra mahkota dari kakaknya, Yang Yong. Yuwen menyarankan untuk menjalin persekutuan dengan Yang Su, seorang menteri yang mempunyai pengaruh besar dan orang kepercayaan Kaisar Wen. Untuk itu mula-mula harus terlebih dulu mendekati adik dan orang kepercayaannya, Yang Yue. Maka Yang Guang memberi Yuwen sejumlah harta dan menyuruhnya ke ibu kota Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi) untuk bertemu Yang Yue. Yuwen memberi sebagian harta rampasan perang dari Chen pada Yang Yue dan sengaja mengalah ketika berjudi dengannnya. Setelah mulai cocok dengan Yang, mulailah ia mengutarakan tujuan Yang Guang untuk menjalin hubungan dengan Yang Su, ia juga menekankan pada Yang Yue bahwa hubungan kakaknya dengan putra mahkota Yang Yong tidak akur sehingga masa depan keluarganya dapat terancam jika kelak Yang Yong naik tahta menggantikan ayahnya. Yang Yue merasa alasan ini masuk akal dan ia segera membujuk kakaknya untuk bergabung dengan Yang Guang.

Saat itu kebetulan hubungan Yang Yong dengan kedua orang tuanya pun sedang tidak baik karena Kaisar Wen tidak menyukai sifatnya yang pemboros dan suka mengoleksi barang-barang antik, sedangkan ibunya, Permaisuri Dugu Qieluo, juga tidak menyukai sifatnya yang suka mengumpulkan selir. Kaisar Wen dan permaisurinya mempertimbangkan apakah Yang Yong masih pantas menjadi kaisar berikutnya. Atas bujukan Yang Su, akhirnya pada tahun 600, Kaisar Wen mengalihkan status putra mahkota Yang Yong ke Yang Guang. Sebagai balas budi, Yang Guang mengangkat Yuwen Shu sebagai komandan pengawal istananya dan menikahkan putrinya, Putri Nanyang dengan salah satu putra Yuwen, Yuwen Shiji.

Tahun 604, ketika Kaisar Wen sakit keras, Yuwen Shu adalah salah satu komandan pengawal istana yang diperintahkan Yang Guang untuk menjaga istana peristirahatan Renshou di Baoji, Shaanxi dimana sang kaisar terbaring sakit. Kaisar Wen meninggal tak lama kemudian, penyebab kematiannya masih menjadi misteri hingga kini, diduga ia dibunuh atas perintah Yang Guang, tetapi belum ada bukti-bukti kuat yang mengarah pada dugaan tersebut. Tahun itu juga Yang Guang naik tahta dengan gelar Kaisar Yang dan ia segera menghukum mati Yang Yong.

Di bawah pemerintahan Kaisar Yang

Setelah Yang Guang menjadi kaisar, Yuwen Shu sebagai sekutu dekatnya otomatis mendapat pengaruh dan kekuasaan yang semakin besar, ia menjadi salah satu orang paling berkuasa di Tiongkok saat itu. Kaisar Yang menaikkan gelarnya menjadi Adipati Xu. Tahun 607, Yuwen bermaksud mengajak Yun Dingxing, ayah Selir Yun (selir kesayangan Yang Yong) untuk bergabung dalam pemerintahan Kaisar Yang. Untuk itu ia membujuk Yun dan Kaisar Yang untuk terlebih dulu melenyapkan putra-putra Yang Yong. Maka Kaisar Yang meracuni putra sulung Yang Yong dari Selir Yun, Yang Yan dan mengasingkan putra-putranya yang lain yang belakangan ia perintahkan untuk dihabisi. Setelah itu barulah Yuwen merekomendasikan Yun pada Kaisar Yang yang akhirnya mengangkatnya sebagai salah satu kepala insinyurnya.

Tahun 607, Kaisar Yang sedang mengadakan inspeksi di perbatasan utara. Ketika ia sedang berada di pos militer Yulin (sekarang Yulin, Shaanxi), dua orang putra Yuwen Shu, yaitu Yuwen Huaji dan Yuwen Zhiji, terlibat skandal perdagangan ilegal dengan suku Tujue (suku Turki pengembara). Kaisar Yang murka dan menjatuhkan vonis mati terhadap keduanya. Namun belakangan, menjelang saat-saat terakhir eksekusi, ia memberi pengampunan pada mereka dan memulangkan mereka pada ayahnya dengan status budak.

Tahun 608, seorang pejabat bernama Pei Ju memprovokasi suku Tiele untuk menyerang Tuyuhun. Setelah Tiele mengalahkan Tuyuhun, kepala suku Tuyuhun, Bujiabo Khan (Murong Fuyun) menawarkan diri untuk menyerah pada Sui. Kaisar Yang mengutus sepupunya, Yang Xiong, Pangeran Ande bersama Yuwen untuk menyambut Murong dan menerima penyerahan dirinya. Namun begitu Yuwen tiba di Linqiang (sekarang Xining, Qinghai), Murong Fuyun ketakutan melihat kekuatan pasukan Yuwen sehingga ia berubah pikiran dan kabur ke barat. Yuwen menanggapi reaksi ini dengan menyerang rakyat Tuyuhun di sepanjang rute yang dilaluinya dan menawan beribu-ribu dari mereka. Kaisar Yang menjadikan wilayah-wilayah taklukan bekas kekuasaan Tuyuhun ini sebagai pos-pos militer Sui.

Tahun 612, dalam Perang Goguryeo-Sui, Yuwen berpartisipasi dalam penyerangan ke Kerajaan Goguryeo, Korea. Kaisar Yang bersama pasukan inti mengepung kota strategis milik Goguryeo di Liaodong (sekarang Liaoyang, Liaoning), sementara Yuwen bersama pasukan cadangan bertolak ke selatan menyeberangi Sungai Yalu langsung menuju ke ibu kota Goguryeo, Pyongyang. Namun di tengah jalan, pasukannya kehabisan persediaan makanan sehingga terpaksa harus mundur. Pasukan Goguryeo yang mengetahui hal ini, mengejar dan mengalahkan pasukannya yang sedang mundur. Setelah Kaisar Yang kembali dari pengepungan yang gagal di Liaodong, ia menjebloskan Yuwen ke penjara karena kegagalannya, mengingat hubungannya dengan Yuwen, kaisar juga menurunkan statusnya menjadi rakyat biasa dan tidak menjatuhkan hukuman mati. Namun tak lama kemudian ia memulihkan gelar kebangsawanan Yuwen.

Tahun 613, Kaisar Yang kembali mengirim pasukan untuk menyerang Goguryeo yang kedua kalinya. Dan sekali lagi ia memimpin secara pribadi serangan ke Liaodong dan memerintahkan Yuwen dan Yang Yichen menyerang Pyongyang. Ketika Kaisar Yang sedang sibuk mengepung Liaodong, tersiar kabar bahwa Yang Xuan'gan, putra Yang Su melakukan pemberontakan di wilayah timur Luoyang. Kaisar terpaksa membatalkan kampanye militer ini dan menarik mundur pasukannya untuk menumpas pemberontakan Yang. Ia memerintahkan Yuwen dan Qutu Tong untuk terlebih dulu memimpin bala bantuan kepada pasukan Sui di sekitar Luoyang. Yuwen, Qutu, dan beberapa jenderal Sui lainnya berhasil mengalahkan Yang. Yang Xuan’gan kabur ke barat sambil mengincar ibu kota Chang’an. Yuwen, Qutu, Wei Wensheng, dan Lai Hu’er berhasil menyusul Yang di Hongnong (sekarang Sanmenxia, Henan) dan menghancurkan pasukannya. Yang melarikan diri dan di tengah jalan dalam keadaan frustasi ia meminta adiknya sendiri, Yang Jishan untuk membunuhnya. Atas saran Yuwen, Kaisar Yang menghukum mati Yang Jishan dan Wei Fusi (ahli strategi Yang Xuan’gan) dengan kejam.

Tahun 615, Yuwen Shu terlibat pembantaian massal keluarga bangsawan Li Hun, yang juga adalah saudara iparnya. Kasusnya berawal ketika Yuwen masih menjadi komandan pengawal Kaisar Yang ketika masih menjadi putra mahkota. Saat itu Li Hun, putra bangsawan senior, Li Mu, Adipati Shen, yang wafat pada tahun 586, terlibat konflik dengan keponakannya Li Yun yang mewarisi gelar Adipati Shen. Ia menyuruh orang membunuh Li Yun lalu mengkambinghitamkan sepupunya, Li Jutan, atas pembunuhan ini sehingga ia dihukum mati. Setelah itu, Li Hun menyogok Yuwen, saudara iparnya, dengan janji bahwa bila ia mewarisi gelar adipati ayahnya, ia akan membagikan setengah dari penghasilan wilayah kekuasaannya. Yuwen menyetujuinya dan ia membujuk Kaisar Wen untuk menurunkan gelar itu pada Li. Namun setelah meraih gelar itu, Li hanya membayar sogokan itu selama dua tahun dan setelah itu berhenti. Yuwen, yang kesal dengan Li karena pelanggaran janjinya, menyimpan dendam. Sekitar tahun 615, tersiar sebuah isu yang berisi sebuah ramalan bahwa kaisar berikutnya berasal dari marga Li. Kaisar Yang mencurigai keponakan Li Hun yang bernama Li Min, suami dari Yuwen E’ying (putri adik perempuannya, Yang Lihua, Putri Leping), karena Li Min memiliki nama julukan ‘Hong’er’ (洪儿) yang artinya ‘putra banjir’. Beberapa tahun sebelumnya, Kaisar Wen pernah bermimpi ibu kota direndam banjir. Kaisar Yang pun memerintahkan Li Min melakukan bunuh diri, tetapi Li tidak menuruti perintah itu. Yuwen lalu menyuruh seorang pejabat bernama Pei Renji memfitnah Li Hun atas tuduhan makar. Ketika Kaisar Yang memerintahkan Yuwen melakukan penyelidikan, ia membuat bukti-bukti palsu, mula-mula ia membujuk Yuwen E’ying bahwa Kaisar Yang hanya akan menghukum mati keluarga Li dan ia harus menyelamatkan diri. Maka di bawah pengaruh Yuwen Shu, Yuwen E’ying menulis pengakuan yang menyatakan Li Hun dan Li Min terlibat rencana makar. Akhirnya Li Hun, Li Min, dan 32 anggota keluarga lainnya dijatuhi hukuman mati, kerabat mereka yang lain diasingkan. Beberapa bulan kemudian, Yuwen E’ying pun tewas diracun.

Musim gugur 615, Yuwen menemani Kaisar Yang melakukan perjalanan di provinsi-provinsi utara. Saat itu, kepala suku Tujue, Shibi Khan (Ashina Duojishi) melakukan serangan mendadak sehingga Kaisar Yang terkepung di Yanmen (sekarang Xinzhou, Shanxi). Yuwen mengusulkan untuk memilih beberapa ribu pasukan kavaleri untuk membuyarkan kepungan, tetapi Su Wei dan Fan Zigai mengusulkan lain. Akhirnya Kaisar Yang lebih memilih usul adik iparnya, Xiao Yu, untuk meminta bantuan dari Putri Yicheng, istri Ashina Duojishi yang juga adalah putri Sui. Putri Yicheng menyampaikan laporan palsu pada suaminya bahwa Tujue sedang diserang musuh dari utara sehingga ia menarik mundur pasukannya. Su menyarankan agar kaisar segera kembali ke Chang’an, tetapi kaisar lebih memilih menuju ke ibu kota timur, Luoyang, atas saran Yuwen.

Pada musim gugur 616, ketika pemberontakan petani meletus di seantero negeri menyusul kegagalan perang di Korea dan bencana kelaparan, Kaisar Yang meminta informasi mengenai kondisi negara pada para pejabatnya. Yuwen, yang ingin menenangkan kaisar, mengatakan bahwa sebagian besar pemberontakan telah berhasil ditumpas. Sebaliknya, Su Wei secara terus terang mengatakan bahwa pemberontakan semakin berbahaya dan mulai mengancam stabilitas negara. Kaisar Yang tidak senang dengan berita ini, ia hampir menghukum mati Su, tetapi belakangan ia hanya menurunkan statusnya menjadi rakyat biasa. Tak lama kemudian, Kaisar Yang berniat memindahkan ibu kota ke Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu) karena pemberontakan di wilayah utara semakin meluas. Yuwen mendukung rencana ini dan ia turut menemani kaisar dan keluarganya mengungsi ke Jiangdu. Tak lama setelah tiba di sana, Yuwen jatuh sakit dan menghembuskan napas terakhir pada musim dingin tahun itu juga. Dalam permintaan terakhirnya ia memohon pada kaisar agar memulihkan status kedua putranya, Yuwen Huaji dan Yuwen Zhiji dan mengembalikan mereka pada jabatannya.

Kembali kehalaman sebelumnya