Yusuf Hamadani
Abu Yaqub Yusuf al-Hamdani (bahasa Arab: أبو يعقوب یوسف الهمدانی), atau biasa disebut Yusuf Hamadani saja, adalah seorang sufi dan mursyid (guru sufi) terkenal, yang dianggap sebagai pelopor dari Tarekat Naqsyabandiyah, aliran sufi yang terdapat pada agama Islam. Ia merupakan salah satu mursyid dari Tarekat Khwajagan yang berkembang di Asia Tengah sebelum munculnya tatanan Naqsyabandiyah. Pusat pengajaran Yusuf Hamadani berada di kota Marw (saat ini termasuk negara Turkmenistan). [butuh rujukan] Perjalanan hidupYusuf Hamadani dilahirkan di Buzanjird dekat Hamadan pada tahun 1062. Ia pindah dari Hamadan ke Baghdad ketika berusia delapan belas tahun. Ia mempelajari fiqih mazhab Syafi'i di bawah pengawasan gurunya Syekh Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzabadi. Di Baghdad, Yusuf Hamadani kerap bergaul dengan cendekiawan seperti Abu Ishaq asy-Syirazi, yang membuatnya merasa dihormati meskipun ia lebih muda. Namun, ia tetap berpegang pada mazhab Hanafi, tidak seperti gurunya.[butuh rujukan] Menurut sejarawan Ibnu Khallikan, Yusuf Hamadani memulai perjalanan spiritualnya dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam, lalu ia menjadi ahli hadits dan fiqih yang disegani serta pengkhotbah yang populer di Baghdad. Sebagai seorang ahli hukum Islam yang cemerlang, ia cukup dihormati dan disegani oleh para penuntut ilmu di Baghdad maupun pusat-pusat pengetahuan Islam lainnya, seperti di Isfahan, Bukhara, Samarqand, Khwarezmia, dan seantero Asia Tengah. [butuh rujukan] Belakangan, Yusuf Hamadani meninggalkan kegiatan-kegiatan keilmuannya. Ia menjalani cara hidup zuhud (asketik) yang intens serta bepergian ke timur; pertama-tama ia menetap di Herat, dan kemudian kembali ke Marw, di mana makamnya di sana masih dikenali. Ia menjalankan khalwat (menyendiri untuk beribadah) dan ibadah mujahadah (perjuangan spiritual secara konsisten), mengikuti ajaran gurunya Syekh Abu 'Ali al-Farmadhi. Walau demikian, ia jugaberhubungan dengan beberapa orang, antara lain Syekh Abdullah Ghuwayni dan Syekh Hasan Simnani. Yusuf Hamadani menyebutkan empat khalifah atau penerus pimpinan tarekatnya, sebuah pola berulang untuk beberapa generasi pada tarekat Khwajagan, dalam hal ini termasuk Ahmed Yesevi dan Khwaja Abdul Khaliq Gajadwani, mata rantai berikutnya dalam silsilah Naqsyabandiyah. [butuh rujukan] Bahan bacaan
|