Willem OltmansWillem Oltmans adalah jurnalis Belanda yang menyimpan kenang-kenangan yang indah tentang Soekarno. Oltmans berasal dari keluarga kolonial tradisional. Setelah lulus dari Baarns Lyceum di Nijenrode, Belanda, dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Yale, Amerika Serikat. Pada 1953, dia direkrut oleh harian Algemeen Handelsblad, dan dua tahun kemudian ditempatkan di Roma, Italia.[1] Willem Oltmans atau Willem Leonard Oltmans lahir di Huizen, Belanda pada 10 Juni 1925 dan meninggal pada 30 September 2004 di Amsterdam, Belanda Utara. Dia lahir dari keluarga kolonial tradisional, merupakan anak seorang insinyur kimia dan pengacara bernama Antonie Cornelis Oltmans, sedangkan ibunya bernama Alexandrine van der Woude merupakan ahli filologi. Dikenal sebagai seorang yang suka menyendiri, pemberontak, tidak suka kompromi dan masih banyak lagi. KisahHuis De Horst di Bosch dan Duin merupakan tempat di mana Oltmans telah menghabiskan masa kecil dan masa mudanya. Mulai umur delapan tahun, dia mulai menampakkan jiwa jurnalisnya dengan membuat buku harian yang berisikan tentang bertahun-tahun kehidupan pribadi yang dijalaninya, kehidupan politik di sekitarnya dan keadaan umum lainnya yang dia rasakan, serta akhir-akhir ini dalam buku hariannya dia mencatat sebuah kebenaran yang nyata dan sangat penting bagi dirinya sendiri.[2] Setelah menempuh pendidikan di Universitas Bisnis Nyenrode pada 1946, tetapi belum sampai lulus, pada tahun 1948 dia sudah menghentikannya terlebih dahulu karena merasa sudah terlalu banyak. Kemudian, pada 1948-1950 dia melanjutkan pendidikan di Universitas Yale juga belum sampai lulus. Selama di Nijenrode, dia bertemu serta menjadi teman baik dari seorang seorang jurnalis, komentator, penulis esai, sekaligus kolumnis Belanda bernama Henk Hofland. Pada tahun 1950 Oltmans kembali ke Belanda untuk memulai karier jurnalistiknya di surat kabar harian liberal milik Belanda dengan nama Algemeen Handelsblad, merupakan atas bantuan dari Hofland teman baiknya. Sementara Oltmans melakukan kerja keras untuk memulai sebuah awal yang baik dalam kariernya, dia juga berjuang untuk kehidupan pribadi, karena jiwa homoseksualitas yang terdapat pada dirinya mulai tumbuh dan dia rasakan.[3] Untuk melakukan pencegahan atas ketertarikannya dengan sesama jenis, pada 1955 akhirnya dia bertunangan dengan seorang putri yang bernama Frieda Westerman, dari sebuah keluarga yang kaya.[4] Oltmans dan SoekarnoPertemuan pertama kali antara Oltmans dengan Soekarno adalah pada Juni 1956 yaitu di Roma, Italia, dia sebagai wakil dari sebuah koran milik Belanda De Telegraaf. Setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Soekarno dalam beberapa kali, membuat Oltmans merasa bahwa pertemuannya dengan seorang yang sangat penting ini menghasilkan kontak yang baik sebagai sebuah persahabatan, dan akan mengenal dengan benar kepada pemimpin Indonesia ini, sebab dia diterima dengan sangat baik dan ramah. Namun, hubungan yang baik ini dinilai menjadi sangat negatif oleh liputan media di Belanda, karena menganggap bahwa pertemuan ini adalah sebuah pengkhianatan bagi Belanda karena Soekarno merupakan musuh bebuyutannya. Setelah melakukan pertemuan, kemudian dia menulis laporan yang berisikan tentang cerita-cerita dari pertemuan tersebut. Tulisan Oltmans mengenai pertemuan dengan Presiden Soekarno ini diterbitkan pada 23 Juni 1956 di majalah mingguan Belanda yang sangat populer yaitu Elseviers Weekblad. Publikasi mengenai pertemuan Oltmans dengan Soekarno ini menjadi berita di halaman depan dan menjadi tanda awal dari reputasinya sebagai seorang jurnalis.[3] Selain itu, pada 24 Juni 1956 dia juga membuat artikel panjang di majalah Elseviers, yang berisi bahasan mengenai orang Belanda, sengketa Irian Barat, dan keinginannya berkunjung ke Den Haag untuk mendamaikan antara Indonesia dengan Belanda untuk selamanya. Berita ini menjadi berita yang menggemparkan Belanda. Akibatnya, tulisan-tulisan karya Oltmans disisihkan oleh banyak pemimpin redaksi yang bekerjasama dengan pusat pemerintahan di Den Haag. Dia sendiri oleh pemerintah Belanda dimasukkan ke dalam buku daftar hitam dan dinyatakan sebagai persona non grata (orang yang tidak disukai). Berdasarkan hal ini, akhirnya membuat dia menjadi pindah ke Amerika Serikat dan hidup di sana selama 26 tahun.[3][5] Selama berada di Amerika, Oltmans bertemu dengan seorang wakil tetap dari Indonesia di PBB, yaitu Ali Sastroamidjojo yang memberikan anjuran kepadanya agar menulis buku tentang Bung Karno. Wartawan ini akhirnya terobsesi dengan anjuran tersebut, dan benar pada Agustus 1995 selesailah tulisan mengenai pengalamannya dengan Soekarno dan sekarang buku tersebut berada di Indonesia sudah dalam bentuk terjemahan. Investigasi OltmansAntara waktu Oltmans bertemu dengan ibu Lee Harvey Oswald, seorang pembunuh bayaran yang membunuh John Fitzgerald Kennedy, di Bandara Internasional JFK dan menjadi saksi pada kasus pembunuhan. Dia melakukan sebuah investigasi mengenai terbunuhnya Presiden Amerika Serikat ke-35 yaitu John F. Kennedy. Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy ini dibunuh oleh Oswald pada Jumat, 22 November 1963 di Dealey Plaza 22, Dallas, Texas pukul 12:30 di umur 46 tahun.[6] Atas kasus ini menjadikan Oltmans terlibat dengan seorang ahli geologi minyak bumi bernama George de Mohrenschildt, merupakan seorang teman dari Oswald sejak musim panas tahun 1962, dan masih berteman sampai dua hari setelah kematian Kennedy, yang sebelumnya telah bersaksi di hadapan Komisi Warren pada bulan April 1964. Riwayat
Film
Lihat pulaRujukan
Pranala luar |