Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Wangsa Ottonian

Gambaran dari pohon keluarga Ottonian dari naskah abad ke-12.

Dinasti Ottonian merupakan sebuah dinasti Raja-raja Jermanik (919-1024), yang dinamai seperti kaisar pertamanya namun juga dikenal sebagai dinasti Sachsen setelah asal keluarga. Keluarga itu sendiri juga kadang-kadang diketahui sebagai Liudolfing, setelah anggota yang paling awal Liudolf dan salah satu nama tokoh terkemuka utamanya. Para pemimpin Ottonian juga dianggap sebagai dinasti pertama Kekaisaran Romawi Suci, sebagai pewaris Franka dinasti Carolingia dan Charlemagne, yang sering dilihat sebagai pendiri Kekaisaran Romawi Suci.

Pohon keluarga Ottonian

Memerintah di Jerman dan Kekaisaran Romawi Suci

Meskipun tidak pernah menjadi Kaisar, Henry I si Pemburu Burung, Adipati Sachsen, dapat dikatakan pendiri dinasti kerajaan ini, sejak pemilihannya sebagai raja Jerman dapat membuat putranya, Otto I yang Agung untuk mengambil kerajaan tersebut. Karena Otto I kebanyakan raja-raja Jerman juga dimahkotai Kaisar Romawi Suci. Dibawah pemerintahan para penguasa Ottonian, kerajaan Timur Franka akhirnya menjadi Jerman dengan kesimpulan dari penyatuan wilayah adipati dari Lorraine, Sachsen, Franconia, Swabia, Thuringia dan Bayern kedalam satu kerajaan. Juga penyatuan Jerman dengan Kekaisaran Romawi Suci, yang mendominasi sejarah Jerman sampai tahun 1806, dimulai dengan koronasi Otto I yang Agung di Roma tahun 962. Tetapi proyeksi restorasi Kekaisaran Romawi telah gagal di bawah Otto III, Kaisar Romawi Suci.

Setelah kepunahan dinasti Ottonian dengan kematian Henry II, Kaisar Romawi Suci pada tahun 1024 mahkota diserahkan kepada wangsa Sali. Luitgard, putri Kaisar Otto I menikah dengan Adipati dari wangsa Sali, Conrad yang Merah dari Lorraine. Buyutnya adalah Conrad II, Kaisar Romawi Suci.

Raja-raja dan Kaisar-kaisar Ottonian:

Beberapa anggota Liudolfing atau Istana Ottonian yang terkenal adalah:

Referensi

  • Karl Leyser, "Ottonian Government" The English Historical Review 96.381 (October 1981), pp 721–753.
Kembali kehalaman sebelumnya