Untuk perangkat pakaian imam dalam Gereja Katolik Roma, lihat Velum.
Vellum (diturunkan dari kata Latin “vitulinum” artinya "dibuat dari sapi muda", yang menjadi istilah bahasa Prancis kuno “Vélin”, artinya "kulit sapi muda"; "calfskin") adalah sebutan bagi lembaran untuk menulis yang terbuat dari kulit sapi muda,[1] dan bukan dari kulit binatang lain.[2] Biasanya dipersiapkan untuk ditulisi atau bahan cetakan, guna menghasilkan halaman-halaman tunggal, gulungan, kodeks atau buku. Istilah ini sering kali digunakan lebih luas untuk menyebut perkamen berkualitas halus yang terbuat dari berbagai kulit binatang.
Vellum umumnya halus dan tahan lama, meskipun ada variasi besar tergantung cara penyiapan dan kualitas kulit. Pembuatannya meliputi pembersihan, pemutihan, pembentangan pada suatu kerangka (suatu "herse"), dan pengerutan permukaan kulit dengan pisau berbentuk sabit (sebuah “lunarium” atau “lunellum”). Untuk menghasilkan suatu tensi, kerutan diselang seling dengan pembasahan dan pengeringan. Hasil akhir dicapai dengan menggosok permukaan menggunakan suatu pumice, dan membubuhkan larutan kalsium hidroksida (lime) atau kapur untuk membuat permukaan itu dapat menerima tinta tulisan atau cetak.[2]
"Kertas vellum" modern (vellum dari sayuran) sangat berbeda dengan material sintetis, digunakan untuk berbagai tujuan termasuk, peta, gambar teknis dan cetak biru.
Pembuatan
Vellum adalah suatu material yang tembus pandang, dan sering dibuat dari lembaran yang dipisahkan dari kulit lengkap, berasal dari binatang muda. Kulit itu dibasuh dulu dengan air dan larutan kalsium hidroksida (lime), secara bergantian, tidak dicampur. Setelah itu direndam dalam larutan kalsium hidroksida beberapa hari agar melunak dan bulu-bulunya dapat dibuang.[3]
Setelah bersih, kedua sisinya tampak berbeda: sisi bagian dalam dan sisi bulu (permukaan). Sisi bagian dalam biasanya berwarna lebih mjuda dan lebih lembut. Bekas-bekas bulu masih terlihat di bagian permukaan, juga bekas luka, yang terjadi ketika binatang itu masih hidup. Lembaran membran ini dapat juga menunjukkan pola jaringan pembuluh darah binatang yang disebut “veining” lembaran itu.[4]
Sisa-sisa bulu dibuang (“scudding”) dan kulit itu dikeringkan dengan melekatkan pada suatu kerangka (sebuah “herse”).[5] Kulit itu dilekatkan pada titik-titik sekitar lingkar luar dengan sebuah kabel. Supaya tidak robek, pembuatnya membungkus area kulit yang akan dilekati kabel dengan sebuah kelereng (sebuah “pippin”).[5] Pembuat itu kemudian menggunakan pisau berbentuk sabit (sebuah “lunarium” atau “lunellum”) untuk membersihkan sisa-sisa bulu. Setelah kulit itu benar-benar kering, dibersihkan sekali lagi dan diproses menjadi lembaran-lembaran. Jumlah lembaran yang dapat dibuat dari selembar kulit tergantung ukuran kulit dan ukuran lembaran sesuai pesanan. Misalnya, rata-rata selembar kulit sapi muda dapat menghasilkan tiga setengah lembaran berukuran sedang untuk penulisan. Jumlah lembaran dapat digandakan dengan melipat dua lembaran tersebut, disebut juga bifolium. Sejarawan menemukan bukti naskah-naskah berisi petunjuk dari jurutulis pada abad pertengahan yang masih diikuti sampai sekarang oleh pembuat membran pada zaman modern.[6] Membran ini kemudian digosong dengan benda bulat dan rata (“pouncing”) untuk memastikan tinta dapat menempel dengan baik.[4]