Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Tortor Manduda

Tortor Manduda adalah salah satu tarian masyarakat Batak Simalungun dari Sumatera Utara, Indonesia. Arti "manduda" bagi masyarakat Batak Simalungun adalah "menumbuk padi yang nantinya menjadi beras". Tortor ini diadakan dalam rangkaian pesta Horja Harangan, yaitu pesta panen. Tarian ini merupakan tarian yang menggambarkan perasaaan suka cita saat panen padi terjadi.[1] Tari Manduda adalah salah satu dari sekian banyak seni tari tradisi budaya di Simalungun. Tari ini telah ada sejak jaman dahulu kala yaitu pada jaman kerajaan Simalungun. Adapun gerakan tari yaitu Gerak memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar melaui motif-motif gerakannya yang lemah gemulai dan lincah. Makna dari tarian Manduda dan musik pengiring adalah bersahabat atau komunikatif, bekerja sama, kreatif, mandiri, santun, hormat, jujur, toleran, disiplin, peduli, sopan, cinta damai dan demokrasi. teknik tarian ini dibagi menjadi dua;

  • Teknik Simalungun Atas
  • Teknik Simalungun Bawah

Pada dasarnya teknik pada Tari Manduda di Simalungun Atas dan Simalungun Bawah adalah sama yaitu ondok, herbang, manerser dan eot yang merupakan empat teknik yang di ajarkan oleh Taralamsyah Saragih. Bukan hanya letak geografis yang mempengaruhi perbedaan antara gaya gerak di Simalungun Atas dan di Simalungun Bawah tetapi pola aktivitas, mata pencaharian serta suku pendatang juga menyebabkan perubahan gaya gerak tari Manduda di Simalungun Atas dan Simalungun Bawah.

Teknik merupakan aturan-aturan yang terdapat pada masyarakatnya. Berhubungan dengan pembagian wilayah secara geografis oleh masyarakat menjadi Simalungun Atas dan Simalungun Bawah, menyebabkan gaya tari ini menjadi berbeda disebabkan oleh adanya percampuran suku-suku pendatang di Simalungun Bawah. Suku Simalungun asli lebih banyak berdiam di daerah Simalungun Atas, sedang daerah Simalungun Bawah lebih bercampur dengan penduduk yang bermigrasi ke daerah tersebut, seperti suku Jawa, Melayu, dan Cina. Kenyataan tersebut menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan gaya dalam membawakan tarian, seperti pada tari Manduda.

Tari Manduda merupakan tari kreasi yang sudah mentradisi sebagai hasil dari pembawaan gaya masyarakat itu sendiri. Tari Manduda dahulunya berasal dari ilah yang merupakan lagu rakyat masyarakat Simalungun yang dinyanyikan oleh sekelompok orang dengan nada yang dikeluarkan dari tepukan tangan. Dari situ masyarakat Simalungun kemudian membuatnya ke dalam sebuah lagu atau doding dengan judul Manduda. Doding Manduda ini kemudian menjadi pengantar tari Manduda yang mengandung pesan agar kaum muda menghormati kaum yang lebih tua. Sejalan dengan itu, Eka dalam Kusmayati (2000:61) berpendapat bahwa “gaya adalah cara mengintegrasikan semua elemen gerak dalam bentuk ekspresi si koreografer, dengan kata lain gaya adalah cara semua hal disatukan”. Dalam menarikan tari ini juga terdapat teknik-teknik gerak yang merupakan aturan dari gerak-gerak Tari Manduda. Menurut Hidajat (2011:82) berpendapat bahwa “Pada dasarnya semua jenis tari selalu dibangun dari teknik tari, sebab tanpa menguasai teknik tari dari jenis tari tertentu (baik yang bersumber dari susunan orang lain atau susunannya sendiri) selalu memiliki atau mempunyai teknik tarinya yang khas, kekhasan tersebut yang pada akhirnya dapat melahirkan sebuah citra estetik (keindahan)”. Tanpa memperhatikan teknik tari, maka berbagai jajaran motif-motif gerak hanya menjadi rangkaian yang tidak mampu memberikan sentuhan rasa[2] Beberapa nama motif gerakan tari Manduda, yaitu: Mangunje Mangodak, gerakan kedua tangan menyilang di depan dada dan kedua tangan di kiri dan kanan dengan membolak-balikan telapak tangan. Ser-ser, gerakan bergeser dengan cara membuka tutup telapak kaki. Menapih padi, gerakan timpuh sambil memegang suri-suri. Membuka roha, gerakan timpuh badan condong ke depan sambik mangadok ke kiri dan kanan. Nahei kaki, gerakan silang kaki sambil memegang suri-suri Manduda, gerakan khas seperti menumbuk padi menggunakan lesung Ondok, gerakan menekukkan kaki ke depan seperti akan menjatuhkan pinggul dan kembali tegak, dilakukan secara berulang-ulang. Penari tarian ini menggunakan baju adat Simalungun dengan iringan musik yang riang gembira dan lincah. Umumnya tarian Manduda dibawakan oleh penari perempuan. Namun, seiring perkembangan zaman tidak menutup kemungkinan penari laki-laki bisa bergabung.[3]

Referensi

  1. ^ "Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". Tari Manduda. 25 Desember 201. Diakses tanggal 30 Juli 2019. 
  2. ^ Aprila, Nurul (2013). "Teknik Dan Gaya Tari Manduda Pada Masyarakat Simalungun Atas Dan Masyarakat Simalungun Bawah". Jurnal Unimed: 12. 
  3. ^ Gischa, Serafica (15/03/2021). Gischa, Serafica, ed. "Tari Manduda, Menceritakan Kehidupan Petani di Sumatera Utara". Kompas.com. Diakses tanggal 10/10/2021. 
Kembali kehalaman sebelumnya