Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Tertembaknya Seorang Residivis

Tertembaknya Seorang Residivis
SutradaraImam Tantowi
Ditulis olehImam Tantowi
PemeranBarry Prima
Advent Bangun
Herman Ngantuk
Teddy Mala
Belkiez Rachman
Amin Ansari D
Anen Wijaya
Wieke Widowati
Hasan Dollar
Tina Winarno
Joescano Jusuph
Maximillian
Penata musikRezky Ichwan
PenyuntingJanis Badar
DistributorPT. Kanta Indah Film
Tanggal rilis
1985
Durasi84 menit
NegaraIndonesia

Tertembaknya Seorang Residivis adalah film laga Indonesia tahun 1985 dengan disutradarai oleh Imam Tantowi dan dibintangi oleh Barry Prima dan Advent Bangun.

Sinopsis

Wawan (Barry Prima), yatim-piatu yang tumbuh di tengah kaum gelandangan pencoleng. Bersama teman-temannya dia harus setor pada bos mereka yang kejam dan senang menyiksa bila setoran dirasa kurang. Keadaan ini terbawa saat dia dewasa dan mulai menegakan bendera, meski tetap bekerja untuk seorang bos. Kadar kejahatannya tidak kecil-kecilan lagi. Ia punya satu pantangan: tidak membunuh. Pantangan itu terlanggar, saat dia merampok rumah seorang pedagang emas. Sirene ambulans yang disangka polisi, membuat anak gadis pedagang yang sembunyi dalam kamar lari. Wawan panik dan menembaknya hingga mati. Ia sempat menaruh bunga di pusaranya. Peristiwa ini menghantuinya terus, hingga—dengan dorongan pacarnya Suci (Wieke Widowati) yang dikenalnya di tempat pelacuran—Wawan berniat mengundurkan diri dari dunia kejahatan. Dia bekerja sebagai buruh kasar di sebuah proyek bangunan. Kawan-kawanya khawatir dia berkhianat, maka mereka berniat ingin menyingkirkan Wawan. Saat perkelhaian satu lawan ramai-ramai, Daniel (Advent Bangun), kawan sekerja, membantunya. Daniel yang mengaku preman Surabaya, mengajak bergiat kembali. Wawan tetap menolak. Bersama Suci, ia ingin ke desa. Niat itu tidak kesampaian. Semalaman berjalan bersama Daniel, tahulah dia bahwa Daniel seorang intel polisi. Daniel sendiri punya dendam, karena gadis pedagang emas yang ditembak Wawan adalah calon istrinya. Wawan berbalik. Ia bertekad menyerahkan diri pada polisi. Sesampai di rumah, didapatinya Suci mati disiksa. Maka berangkatlah Wawan dan Daniel menantang bekas kawan-kawan Wawan. Di ujung cerita, setelah menghabisi gerombolan penjahat itu, Wawan mengosongkan pelurunya dan menantang duel Daniel. Tak pelak lagi, Wawan terkapar. Ia merasa telah menebus dosanya.[1]

Referensi

  1. ^ JB Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-1995, PT Grafiasri Mukti,Jakarta, 1995 hal 298

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya