Tembagapura, Mimika
Distrik Tembagapura adalah sebuah distrik setingkat kecamatan yang terletak di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Indonesia. Distrik Tembagapura dan distrik-distrik dataran tinggi Mimika lainnya secara tradisional termasuk dalam negeri Amungsa, negeri asli masyarakat Amungme. Amungsa, bersama dengan negeri Damal (Puncak), Moni (Intan Jaya), dan Mee (Paniai, Dogiyai, Deiyai) termasuk wilayah adat Papua bernama Mee Pago. Orang Amungme dapat dianggap satu budaya dengan orang Damal. Namun penduduk asli Tembagapura cenderung mengaku diri Amungme, sedangkan yang mengaku Damal biasanya berasal dari luar Mimika. Keduanya penutur satu bahasa yang sama, yang oleh Amungme disebut Amungkal dan oleh Damalme disebut Damalkal. SejarahTambang Ertsberg (aktif hingga awal 1990an) dan Tambang Grasberg (1988-kini) terdapat di Distrik Tembagapura. Tambang Grasberg di Gunung Zaagkam merupakan tambang dengan cadangan tembaga terbesar ketiga di dunia dan cadangan emas terbesar di dunia. Kedua tambang ini dioperasikan oleh PT. Freeport Indonesia. Ertsberg dalam bahasa Amungkal disebut Yelsegel-Ongopsegel (terkadang dieja Jeltsengel-Ongoptengel), dan Grasberg aslinya bernama Wangmabuk, yang dalam bahasa Amungkal berarti bukit rumput (Muller & Omabak, 2014). Marga-marga Amungme yang secara langsung memiliki hak tanah adat atas kedua tambang ini antara lain Omabak, Natkime, Beanal, Jamang dan Magal. Dulu, di kaki gunung Yelsegel-Ongopsengel pernah ada pemukiman Amungme bernama Tenggogoma, tetapi penduduknya dimukimkan kembali ke Kwamki Lama oleh pemerintah Indonesia pada awal 1970an untuk menghindarkan mereka dari berbagai marabahaya terkait kegiatan pertambangan. Gunung Puncak Jaya (Amungkal: Nemangkawi Ninggok, "gunung suci panah putih") merupakan batas utara Amungsa dan Distrik Tembagapura/ Kabupaten Mimika. Gunung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Carstensz Pyramid ini merupakan salah satu dari Tujuh Puncak Dunia sebagai gunung tertinggi di kawasan kepulauan Pasifik. Menurut kepercayaan masyarakat Amungme, gunung-gunung seperti Nemangkawi, Yelsegel-Ongopsegel dan Wangmabuk adalah tempat peristirahatan arwah leluhur yang dikeramatkan. Namun dahulu masyarakat Amungme dengan senang hati memandu orang asing yang ingin mengenal tempat-tempat ini dengan itikad baik. Ketika masyarakat Amungme mengetahui maksud memulai tambang Ertsberg pada tahun 1960an, mereka langsung memalang jalan ke sana dengan palang-palang larangan. Namun pada akhirnya alat berat PTFI dan dukungan militer maju terus, dan masyarakat Amungme tidak berdaya melawannya. Pemukiman PT Freeport di kelurahan Tembagapura disebut juga MP68, yaitu lokasi pal mil ke-68 dari Pelabuhan Amamapare di pantai Mimika Timur Jauh. MP68 terletak di lembah Mulkini di kaki gunung Zaagkam, dan merupakan tanah asli marga Natkime. Sebelum kedatangan PT Freeport Indonesia, lembah Mulkini adalah tanah perang dan lahan tani masyarakat Amungme dari Waa, dan dihuni beberapa ratus warga marga Natkime. Tuarek Natkime adalah kepala suku besar yang dahulu menyambut kedatangan Freeport di Mulkini. Ketika itu, Natkime menaruh kepercayaan atas itikad baik orang kulit putih, yang sebelumnya datang menyebarkan agama Kristen di Amungsa pada tahun 1950an dengan ajaran-ajaran seperti welas asih dan perdamaian. Meskipun lokasinya terpencil, Kelurahan Tembagapura di sekitar MP68 mempunyai fasilitas relatif lengkap seperti kota kecil di Amerika Serikat, misalnya rumah sakit, pasar swalayan modern, pusat perbelanjaan, gelanggang olah raga, perpustakaan, kantor pos, kafe, salon, penerangan jalan dan transportasi umum dalam kota. Karyawan PT Freeport Indonesia dapat bergabung dengan klub pendaki Ndugudugu yang sesekali melakukan ekspedisi ke Nemangkawi dan gunung-gunung lain di dekat Grasberg. Klub ini berlatih dengan standar kebugaran dan keamanan yang ketat, sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja PT Freeport Indonesia. Di MP68 terdapat Mt Zaagkam International School (MZS), sekolah Internasional paling terpencil di dunia, yang diperuntukkan bagi anak-anak WNA yang bekerja disana. Sedangkan anak-anak WNI bersekolah di SD dan SMP Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Tembagapura di MP68, yang juga dihadiri oleh anak-anak Amungme yang dimukimkan di Asrama Tomawin. Film Denias, Senandung Di Atas Awan ceritanya bersetting di YPJ Tembagapura, tetapi direkam di YPJ Kuala Kencana. Sutradara Ali Sihasale adalah alumni YPJ Tembagapura. Kampung-kampung lain di distrik Tembagapura gaya hidupnya masih relatif tradisional, namun ratusan pria Amungme bekerja di PT Freeport Indonesia, dan PT Freeport juga banyak membantu membangunkan rumah modern di Waa-Banti, Tsinga dan Arwandop. Departemen Social and Local Development PT Freeport juga memperkenalkan budidaya kopi kepada petani Amungme sejak 1995, dan kini memproduksi Amungme Coffee yang biasa disajikan di acara-acara PT Freeport. Kopi diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif di Distrik Tembagapura apabila kelak PT Freeport gulung tikar karena Kontrak Karya habis ataupun alasan lainnya. Masyarakat Amungme, Damal, Moni, Mee dan Nduga dapat berobat secara cuma-cuma di Rumah Sakit Waa-Banti yang dibiayai oleh PT Freeport. Waa-Banti juga merupakan pusat pendulang dataran tinggi yang mencari emas dalam limbah tailing PT Freeport di aliran Sungai Aghawagon. Sebagian besar pendulang di Sungai Aghawagon adalah orang Dani dan Damal, namun ada juga pendatang dari Manggarai, Jawa dan Toraja. Keberadaan Ertsberg dan Grasberg sebagai aset negara di Distrik Tembagapura membuatnya dijaga ketat oleh aparat keamanan, sehingga menjadi distrik yang paling termiliterisasi di seluruh Indonesia. Militerisasi ini juga dilakukan untuk mengantisipasi serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata, seperti penembakan, penculikan, dan sabotase operasional PT Freeport Indonesia. GeografiTembagapura terletak di dataran berbatu pada ketinggian 1.930 meter (6.330 ft) di kaki Gunung Zaagkam, yang terletak 16 kilometer (9,9 mi) di tenggara tambang.[1] Kota ini terletak di Pegunungan Sudirman, tidak jauh dari Puncak Jaya (Gunung Carstens), puncak tertinggi di Oceania. Daerah ini mendapat curah hujan sekitar 3.220 milimeter (127 in) setiap tahun. Cuaca biasanya cerah di pagi hari, berubah menjadi berawan dan dingin di siang hari. Batas-batas wilayah administrasi distrikBatas-batas Wilayah administrasi distrik ini adalah:
IklimTembagapura memiliki iklim dataran tinggi subtropis (Cfb) dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun.
Pembagian AdministratifKampung/kelurahanDi Distrik Tembagapura ada 1 kelurahan dan 13 kampung yakni:
DemografiKelompok suku yang tinggal di dekat Tembagapura meliputi suku Ekari, suku Moni, suku Amung, suku Amungme, dan suku Dani. Pranala luar
|