Tarung Bebas Genggong
Tarung Bebas Genggong atau Lebih dikenal Tarung Bebas adalah olahraga dan seni beladiri yang menampilkan dua orang partisipan dengan berat yang serupa bertanding satu sama lain, Kesenian ini berasal dari Genggong di Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Tarung bebas sudah menjadi tradisi warga Nahdlatul Ulama di Probolinggo, Jawa Timur.[1] Layaknya tinju bebas, peserta saling baku hantam tanpa pelindung, namun tidak ada dendam. Peserta saling baku hantam di atas arena. Dilengkapi dengan ring se tinggi 2 meter, dan para pendekar jawa timur yang menjadi wasitnya, pertarungan satu lawan satu ini menjadi lebih menarik. EtimologiIstilah Tarung Bebas Genggong dikenal secara luas di Indonesia, akan tetapi khusus di Genggong Jawa Timur istilah yang digunakan adalah Tarug Bebas . Dalam perkembangannya kini istilah "Tarung Bebas" lebih mengedepankan unsur seni dan tradisi daerah, sedangkan "Genggong" adalah nama tempat dimana tradisi ini dilahirkan pertamakali. Aturan TarungPara petarung tidak menggunakan body protector ataupun head protector, menariknya lagi, sasaran serangan bebas sebebas-bebasnya. hanya ada 2 aturan dalam pertarungan ini, pertama,tidak boleh menggunakan senjata, hanya dengan tangan kosong. Kedua, lawan harus se imbang. Wasit yang menentukan imbang tidaknya petarung, dan wasit juga yang menentukan kapan pertarungan di hentikan. Acara ini hingga saat ini masih sering digelar. Setiap satu tahun sekali pasti akan ada satu acara seperti ini yang ikut terangkai dalam rangkaian haul alm. KH. Damanhuri Romli. Ada grup resmi di Facebook yang munkin jika ada gamer sekalian yang berminat untuk begabung. Referensi
|