Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Tari Isosolo

Isosolo atau Isolo merupakan tarian milik suku Sentani yang dipimpin oleh Ondoafi dan diikuti oleh masyarakat suku yang sedang menari di atas perahu di perairan Danau Sentani dari satu kempung ke kampung lainnya yang terdapat di Danau Sentani.

Tarian Isosolo dalam Festival Danau Sentani, Khalkote, Kabupaten Jayapura, Papua

Etimologi

Tarian Ini terdiri dari dua kata yaitu Iso dan Solo atau Holo. Iso artinya bersukacita dan menari mengungkapkan perasaan hati, Solo atau Holo adalah kelompok atau kawanan orang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang sedang menari. Isosolo memiliki arti sebagai sekelompok orang yang sedang menari dengan sukacita mengungkapkan perasaan hati.

Bentuk tarian

Tarian Isolo terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan dengan jumlah peserta 30 hingga 50 orang. Untuk menampung peserta penari didalam perahu maka akan digunakan beberapa perahu berukuran besar yang kemudian dirapatkan satu dengan lainya kemudian diatas perahu diletakan papan atau kayu Nibung dimana ukuran kayu menyesuaikan dengan ukuran perahu dan kapasitas peserta tari. Setelah proses itu perahu akan dihiasi dengan daun kelapa atau daun puring (Khamea) dimana daun ini sering digunakan dalam tarian adat suku Sentani sebagai hiasan pada area tubuh atau hiasan alat-alat yang digunakan untuk seni adat. Penari Isosolo dilengkapi dengan pakaian adat seperti rok atau rumbai-rumbai (Yonggoli), manik-manik (Mori-mori), Noken (Holbhoi) dan Tifa (Wakhu) juga beberapa atribut "perang" tradisional Papua seperti busur panah.[1]

Sejarah dan Nilai Artistik Tarian Isolo

Tarian Isolo di Sentani dilakukan oleh Ondofolo (Kepala Adat) beserta masyarakat kampung untuk mempersembahkan suatu hadiah atau seserahan kepada Ondofolo lainnya yang berada disekitar perairan Danau Sentani. Ada beberapa barang yang dianggap berharga akan juga diberikan kepada Ondofolo kampung lainnya berupa hasil hutan seperti babi hutan, hasil kebun, dan juga ternak peliharaan.Tarian Isolo juga dilakukan jika masyarakat kampung hendak menikahkan seorang anak gadis untuk diantarkan kepada calon suami di kampung lainnya, melakukan pengantaran tiang,[1] atau memenangkan perang. Tarian Isolo mengisahkan tentang kerukunan antar kampung yang terdapat di perairan danau Sentani, melambangkan kebesaran Ondoafi disuatu kampung. Menunjukkan bahwa Isolo bukan hanya sebagai seni komunal, tetapi juga merupakan ekspresi dari identitas kultural setiap kampung. Isolo adalah tarian kebesaran Ondoafi yang dibawakan dengan sukacita dan semarak. Elemen artistik tarian ini bersumber dari kearifan lokal budaya Suku Sentani seperti atribut Ondoafi, hasil alam, mitos sejarah dan benda budaya Suku Sentani yang khas. Dalam pertunjukan Isolo, terdapat pengungkapan nilai-nilai penting Suku Sentani seperti spiritualitas, solidaritas, dan kepedulian lingkungan. Signifikansi Isolo tidak hanya berakar pada sejarah kompleks, tetapi juga terhubung dengan jaringan relasi sosial antarkampung serta konsep rokhabia yang mendorong pertukaran gagasan budaya. Isolo menjadi medium untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dengan mengintegrasikan nilai-nilai rokhabia di dalamnya. Implikasi penting dari penelitian ini adalah memperdalam pemahaman tentang konsep Isolo sebagai bagian penting dari budaya Suku Sentani, serta memberikan pondasi kuat dalam menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi yang ada.[2]

Tarian Isolo dalam Festival Danau Sentani

Tari Isolo menjadi salah satu tarian yang selalu ada dalam pertunjukan Festival Danau Sentani (FDS) yang diadakan di Khalkote Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Festival parawisata tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2007 mengundang banyak wisatawan lokal dan juga wisatawan dari berbagai negara. Festival Danau Sentani merupakan sebuah warisan tradisi leluhur dari masyarakat Sentani yang dijadikan sebuah event pariwisata oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura. Festival ini sangat penting untuk dipertahankan karena mengandung atraksi budaya masyarakat adat Sentani yang pernah dilakukan oleh leluhur mereka.[3]

Referensi

  1. ^ a b "Isolo". Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. 01-01-2010. Diakses tanggal 01-06-2024. 
  2. ^ Peradantha, Ida Bagus Gede Surya (05-04-2024). Isolo, Sosioartistik, Bentuk Artistik, Makna Artistik, Signifikansi, Suku Sentani, Festival Danau Sentani (Tesis). Institutional Repository Institut Seni Indonesia Surakarta. http://repository.isi-ska.ac.id/6525/1/DISERTASI%20IBG%20SURYA%20PERADANTHA%202024%20pot.pdf. Diakses pada 01-06-2024. 
  3. ^ Farghani, Nabhan Shidqi (06-07-2023). "Festival Danau Sentani 2023". Kementerian Keuangan Republik Indonesia (KPKNL Jayapura). Diakses tanggal 01-06-2024. 
Kembali kehalaman sebelumnya