Tabrakan bandar udara Guangzhou Baiyun 1990
Tabrakan di landasan pacu bandar udara Guangzhou Baiyun 1990 adalah akibat dari pembajakan Xiamen Airlines Penerbangan 8301 pada 2 Oktober 1990, ketika Boeing 737-200 yang ditabrak tersebut menabrak dua pesawat lainnya di landasan pacu Bandar Udara Internasional Guangzhou Baiyun lama setelah berupaya untuk mendarat. 128 orang tewas, termasuk 7 dari 9 anggota kru dan 75 dari 93 penumpang di Penerbangan 8301 dan 46 dari 110 penumpang di Penerbangan 2812. Insiden tersebut merupakan pembajakan atau upaya pembajakan fatal terakhir di tanah Tiongkok sampai Tianjin Airlines Penerbangan 7554 pada 29 Juni 2012. Peristiwa tersebut masih menjadi kecelakaan udara paling mematikan ketiga di Tiongkok, setelah China Southern Airlines Penerbangan 3943 dan China Northwest Airlines Penerbangan 2303. Pembajakan Penerbangan 8301Xiamen Airlines Penerbangan 8301, yang menggunakan Boeing 737-200,[1] dibajak oleh Jiang Xiaofeng (Hanzi sederhana: 蒋晓峰; Hanzi tradisional: 蔣曉峰; Pinyin: Jiăng Xiăofēng, kelahiran 11 Agustus 1969 di Kabupaten Linli, Provinsi Hunan[2][3]) pada hari Selasa, 2 Oktober 1990. Jiang, seorang agen berusia 21 tahun dari Hunan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), adalah pencari suaka politik di Taiwan. Sebelum membajak dan tak lama setelah pesawat tersebut lepas landas dari Xiamen, Jiang masuk ke kokpit sambil memegang bunga. Penjaga keamanan mengizinkannya masuk ke dalam; sebuah artikel TIME menyatakan bahwa para penjaga tersebut mungkin mengizinkannya karena mereka percaya bahwa Jiang bermaksud memberikan bunga kepada para pilot sebagai sebuah hadiah Perayaan Bulan. Artikel tersebut menyatakan bahwa dikabarkan, sesekali di kokpit, ia membuka jaketnya untuk memperlihatkan lima belas pound peledak. Artikel tersebut menambahkan bahwa Jiang menyuruh semua anggota kru keluar dari kokpit, kecuali pilot,[4] Cen Longyu,[2] yang ia suruh untuk menerbangkannya ke Taipei, Taiwan. Namun, pilot tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan penerbangan tersebut ke tujuan aslinya yakni Guangzhou. Laporan dari Xinhua News Agency tidak mengetahui kenapa pilot tersebut tidak memenuhi keinginan Jiang.[5] Komunikasi dengan penerbangan tersebut hilang. Pesawat tersebut akhirnya dapat dikontak kembali oleh bandar udara di Guangzhou, yang menyuruh pilot untuk mendarat di bandar udara yang tersedia, di dalam atau di luar perbatasan RRC. Pilot menyatakan bahwa satu-satunya bandar udara lainnya di mana pesawat tersebut dapat mendarat dengan bahan bakar yang ada adalah Hong Kong. Pengkontrol penerbangan Guangzhou setuju untuk mendaratkan pesawat tersebut ke Hong Kong, mengisi bahan bakar, dan melanjutkannya ke Taipei. Namun, Jiang tidak menyetujuinya dan mengancam akan meledakkan pesawat tersebut jika tidak didaratkan ke Hong Kong. Pilot mengelilingi Guangzhou, berupaya untuk beralasan dengan Jiang. Ia kemudian terpaksa untuk mendaratkan pesawat tersebut ketika bahan bakar pesawat tersebut menurun.[2] Pendaratan dan tabrakanDi Pesawat Xiamen Airlines 737, 7 dari 9 anggota kru dan 75 (termasuk 30 orang Taiwan, 3 orang Hong Kong dan satu orang Amerika) dari 93 penumpang tewas.[1] Di Pesawat China Southern 757 seluruh 12 anggota kru selamat dan 46 dari 110 penumpang tewas.[6] Dari semua penumpang yang tewas di 757, 8 berasal dari Taiwan.[7] Total korban tewas dalam peristiwa tersebut adalah 128 orang,[5] termasuk Jiang, pembajak pesawat Xiamen Airlines.[4] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|