Dr. Suyoto M.Si (lahir 17 Februari 1965, biasa disapa Kang Yoto) adalah seorang tokoh pendidikan, tokoh politik Nasionalis-Islam dan Bupati Bojonegoro yang menjabat pada dua periode yakni, 2008-2013 dan 2013-2018. Ia bersama pasangannya Setyo Hartono dilantik pada 12 Maret 2008[1] dan 13 Maret 2013.[2] Berdasarkan hasil rekapitulasi surat suara resmi KPU Kabupaten Bojonegoro pasangan ini meraih 320.536 (44.38%). Pasangan ini memenangi perolehan suara di 22 kecamatan dari 27 kecamatan di Bojonegoro. Yaitu Kecamatan Ngraho, Margomulyo, Tambakrejo, Purwosari, Padangan, Kasiman, Ngambon, Sekar, Gondang, Temayang dan lainnya. Sedangkan urutan kedua yakni, pasangan M Choiri-Untung Basuki (Choirun) dengan perolehan suara sebanyak 227.522 (31.50%). Kemudian, pasangan M Thalhah-Budiyanto di urutan ketiga dengan perolehan suara sebanyak 104.803(14.51%), pasangan independen Andromeda Qomariah-Sigit Budi memperoleh suara sebanyak 49.117 (6.80%). Sedangkan, pasangan independen Sarif Usman-Syamsiah Rahim (Sasa) memperoleh suara sebanyak 20.311 (2.81%).[3]
Ia juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Gresik, dan pernah menjadi rektor disana pada periode 2000-2004.[4]
Riwayat Hidup
Kang Yoto meraih gelar Doktor Program Ilmu Sosial dan Ilmu Politik setelah menjalani ujian terbuka di hadapan promotor dan penguji di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada hari Sabtu, 23 September 2017.[5] Beliau melakukan penelitian di Desa Pajeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Disertasi yang mengulas demokrasi ala desa itu dan diberi judul "Konstruksi Pemaknaan Ritual Kematian sebagai Perwujudan Nilai-nilai Kebijakan Sosial dalam Perspektif Bergerian".[6]
Prestasi
Sebagai Bupati, Kang Yoto dikenal berprestasi dalam memimpin Kabupaten Bojonegoro. Selama hampir sepuluh tahun menjabat, berbagai terobosan ia lakukan dalam membangun dan mengelola Kabupaten Bojonegoro. Hasilnya cukup mencengangkan, melalui tangan kreatif dan solutifnya ia mampu mengakhiri "kutukan" Bojonegoro sebagai daerah tertinggal, miskin, berkalang hutang, intoleran dan langganan banjir. Segala kisah miring tentang Bojonegoro berbalik menjadi kisah manis, bahkan kini menjadi percontohan dunia, ratusan penghargaan telah diraih baik nasional maupun internasional. Keberhasilan Kang Yoto dalam mengentaskan kemiskinan endemik di Bojonegoro serta temuannya tentang dialog generatif dalam kajian disertasinya membuatnya diakui sebagai satu-satunya ahli pembangunan desa di Indonesia.[7]
Bupati Bojonegoro Suyoto atau akrab disapa Kang Yoto juga sukses membawa daerahnya menjadi percontohan pada ajang Open Government Partnership (OGP) Subnational Government Program atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka. Bojonegoro yang dulu merupakan daerah termiskin, kini sejajar dengan beberapa kota besar di dunia seperti Paris dan Madrid. Bojonegoro menjadi satu dari 15 pemerintahan daerah di dunia yang lolos seleksi pada ajang OGP. Bojonegoro sejajar dengan Paris, Madrid, Skotlandia, Buenos Aires, Jalisco (Meksiko) dan Sao Paulo. Program OGP ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan sejak kemitraan OGP terbentuk di bulan September 2011. Kemitraan ini bertujuan untuk mendukung kemajuan keterbukaan pemerintah sesuai dengan aspirasi dan komitmen negara yang mencanangkannya. OGP ini mendorong negara-negara anggotanya mewujudkan transparansi, partisipasi publik, akuntabilitas dan inovasi dalam tata kelola pemerintahannya. Di Indonesia, OGP yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Nasional Open Government Indonesia dan sejauh ini Bojonegoro menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang lolos seleksi untuk menjadi percontohan pemerintahan daerah terbuka. DKI Jakarta dan Banda Aceh ikut berpartisipasi namun belum lolos seleksi.[8]
Selama 10 tahun memimpin Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2008 sd 2018. Keberhasilannya antara lain sebagai berikut:
- Menjadikan menjadikan Bojonegoro dari rangking 3 termiskin di Jawa Timur (2008) menjadi rangking 11 tahun (2016)
- Menjadikan Bojonegoro sebagai pilot project pemerintahan terbuka dan partnership (open government Partnership sub National Level pilot project) bersama dengan 15 kota terkemuda dunia: Seoul, Madrid, Paris, Ontario, Scotland, Sao Paulo, Buenos Aries, Austin dan lain lain
- Mengubah wajah Bojonegoro yang tadinya hanya dikenal karena banjir dan kekeringannya menjadi daerah yang mendapatkan penghargaan tingkat nasional maupun Internasional.
Kang Yoto menjadi salah satu Bupati yang kerap mewakili Indonesia di Forum International dalam forum Extractive Industry for sustainable development and Poverty Reduction (antara lain di forum Badan PBB UNDP 2014 di Brasilia Brazil, BADAN PBB untuk pembangunan berkelanjutan (UNSDN) dan Vatican pada tahun 2014). Open Government Partnership Forum di Washington D.C. dan Paris. World Bank dalam forum Asia Pacific untuk pengelolaan pemerintah Daerah.
Selain itu, beliau ikut juga sharing di MIT USA, University Of Briton dan Manchester UK, dan Tsinghua University China.
Kang Yoto juga menulis beberapa buku dan artikel (Antara lain: Buku Al-Fatekah Codes, Buku Melawan Kutukan Sumber Daya Alam, Buku Spirit Of Love, Buku Resonansi Kepemimpinan Transformatif, The Essence Of Leadership.
Sebelum memutuskan bergabung dengan Partai NasDem, Kang Yoto pernah menjabat sekretaris, Ketua DPW Jawa Timur dua periode dan Waketum DPP PAN.
Beberapa BUKU TENTANG Kang Yoto:
- Leading from emerging future, Otto C Scharmer, MIT USA (2013)
- Curse to blessing, Rhenald Kasali, PT Mizan, 2016
- Kepemimpinan Transformatif, Cahyo Suryanto, PT Mizan, 2016
- Kepemimpinan Transformatif, Prof Munir Mulkhan, Suara Muhammadiyah, 2016
- Belaian Simbok (novel tentang kang yoto), Kristin Samah, PT Gramedia, 2016
- Beberapa Disertasi, Tesis dan Skipsi
Referensi
Jabatan politik
|
Didahului oleh: Mohammad Santoso
|
Bupati Bojonegoro 2008–2018
|
Diteruskan oleh: Anna Muáwanah
|