Sumpah Setia Tiga Saudara di Taman Persik
Sumpah Setia Tiga Saudara di Taman Persik adalah sebuah peristiwa fiksi yang terdapat pada roman sejarah Kisah Tiga Negara yang ditulis oleh Luo Guanzhong.[1] Peristiwa ini terjadi pada akhir pemerintahan Dinasti Han Timur pada tahun 180-an M, ketika Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei mengambil sumpah persaudaraan pada upacara di Taman Persik (saat ini dipercaya berada di Zhuozhou, Hebei), dan menjadi saudara sedarah sejak itu. Tujuan mereka mengambil sumpah adalah untuk melindungi Dinasti Han dari Pemberontakan Serban Kuning. Sumpah itu mengikat tali persaudaraan antara ketiganya, yang kemudian akan memainkan peran penting dalam pendirian negara Shu Han pada zaman Tiga Negara. Sumpah ini juga sering disinggung sebagai lambang persaudaraan sejati. Latar belakangBagian pertama Kisah Tiga Negara mengisahkan pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan Sepuluh Kasim dan terjadinya Pemberontakan Serban Kuning yang mengakibatkan melemahnya Dinasti Han. Ketika para pemberontak Serban Kuning bergerak maju ke Prefektur You, sang gubenur memasang kertas pemberitahuan wajib militer di wilayah Zhuozhou. Melihat pemberitahuan itu, Liu Bei, pria berumur 28 tahun yang merupakan keturunan langsung dari keluarga penguasa Dinasti Han, menghela nafas panjang. Dia kemudian dimarahi oleh Zhang Fei, seorang pemotong daging, karena tidak bersedia melayani negara. Liu Bei kemudian menyampaikan cita-citanya untuk menyelamatkan negara beserta rakyatnya, dan Zhang Fei menyarankan mereka bersama-sama merekrut seorang sukarelawan untuk menghadapi pemberontak Serban Kuning. Ketika sedang minum di sebuah kedai, mereka bertemu dengan Guan Yu yang sedang dalam perjalanan untuk bergabung menjadi relawan. Liu Bei memberitahukan kepada Guan Yu tentang rencana mereka dan ketiganya kemudian pergi ke rumah Zhang Fei untuk membicarakannya lebih lanjut. Zhang Fei menyarankan untuk melakukan upacara sakral kepada langit dan bumi dan mengambil sumpah saudara di bawah pohon persik yang sedang mekar di taman miliknya, yang mana Liu Bei dan Guan Yu sepakat. Isi sumpahBerikut merupakan isi sumpah yang diambil oleh Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei yang tertulis pada Kisah Tiga Negara[2]:
Setelah pengambilan sumpahSetelah pengambilan sumpah, Liu Bei menjadi kakak tertua, diikuti oleh Guan Yu, dan Zhang Fei menjadi paling muda. Liu Bei meminta seorang penempa untuk menempa sepasang pedang untuknya, lalu Golok Naga Hijau untuk Guan Yu, dan tombak berkepala ular sepanjang 1,8 zhang untuk Zhang Fei. Mereka merekrut 500 sukarelawan untuk berperang di bawah komando sang gubernur dan mengusir gerak maju para pemberontak, sekaligus menjadi pertempuran pertama dalam perjalanan panjang ketiga saudara untuk mengembalikan negara dalam kedamaian. Meskipun telah bersumpah, ketiganya tidak mati di hari yang sama. Guan Yu dibunuh oleh pasukan Sun Quan pada tahun 220. Ketika Liu Bei naik takhta untuk memulihkan keluarga Han, dekrit pertamanya adalah berperang melawan Sun Quan untuk membalaskan dendam Guan Yu. Zhang Fei sangat bersedih oleh kematian Guan Yu dan seringkali menyiksa anak buahnya untuk melampiaskan kemarahannya; dia kemudian dibunuh oleh anak buahnya pada tahun 221, tepat sebelum ekspedisi ke wilayah timur. Liu Bei meninggal karena sakit pada tahun 221, setahun setelah kekalahan besarnya pada Pertempuran Xiaoting. Ketika pasukan Shu Han dipanggil, Guan Xing, putra Guan Yu, dan Zhang Bao, putra Zhang Fei, saling bersaing untuk mendapatkan posisi pemimpin barisan terdepan. Liu Bei memarahi keduanya karena melupakan persaudaraan ayah mereka yang telah meninggal. Atas perintah Liu Bei, Guan Xing dan Zhang Bao juga disumpah menjadi saudara sedarah. KesejarahanTidak disebutkan Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei menjadi saudara sedarah pada Catatan Sejarah Tiga Negara yang ditulis Chen Shou, yang merupakan sumber resmi sejarah penghujung Dinasti Han Timur dan zaman Tiga Negara. Namun, pada biografi Guan Yu, disebutkan hubungan mereka dijelaskan "dekat bagaikan saudara", sampai-sampai "berbagi di tempat tidur yang sama".[3] Pada biografi Zhang Fei disebutkan bahwa Guan Yu lebih tua dari Zhang Fei, sehingga Zhang Fei menganggap Guan Yu sebagai kakak yang lebih tua.[4] Pengaruh budayaKuil-kuil yang disebut dengan "Kuil-Kuil Sanyi" (yang berarti Kuil-Kuil Sang Tiga Keadilan) didedikasikan untuk Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei, sang tiga saudara. Kuil-kuil tersebut bisa ditemukan di banyak tempat seperti di Zhuozhou, tempat asal Liu Bei dan diceritakan juga sebagai tempat pengambilan sumpah tiga saudara, dan Chengdu, ibukota Shu Han.[5] Beberapa pertunjukan opera Tiongkok yang menceritakan kisah Tiga Negara menyebut Zhao Yun sebagai saudara yang keempat, namun ini adalah cerita yang ditambah-tambah dan bukan berasal dari tulisan Luo Guanzhong. Pada Bagian 73 Kisah Tiga Negara, ketika ditunjuk sebagai yang pertama diantara Lima Jenderal Macan, Guan Yu berkata bahwa Zhao Yun "telah menjadi pengikut lama kakakku, dan dia bagaikan adikku". Perkataan ini tidak bisa ditafsirkan bahwa Zhao Yun sedang mengambil sumpah persaudaraan.[6] Sumpah Tiga Saudara juga menginspirasi berbagai perkumpulan rahasia di masyarakat Tiongkok saat ini, seperti perkumpulan triad, dalam menggunakan upacara yang serupa ketika pengambilan sumpah anggota baru. "Walau tidak lahir di tahun, bulan, dan hari yang sama, kami berharap untuk mati di tahun, bukan, dan hari yang sama"[7]—kalimat yang diucapkan oleh tiga saudara ketika mengambil sumpah—juga telah menjadi populer di kalangan anggota perkumpulan rahasia. GaleriTema lukisan, patung dan kaligrafi yang menggambarkan tentang Sumpah Setia Tiga Saudara sangat dikenal dalam seni budaya Tionghoa dan banyak ditemukan di kuil-kuil yang menghormati Guan Yu.
ReferensiWikimedia Commons memiliki media mengenai Oath of the peach garden.
|