Suling NagaSuling Naga adalah Episode ke-13 dari serial Bu Kek Sian Su karya A. S. Kho Ping Hoo. Episode ini menandai berakhirnya era keluarga Suma sebagai tokoh utama pria dan digantikan oleh beberapa tokoh dari luar, meski untuk tokoh utama wanita dan ilmu-ilmu yang diturunkan sebagian masih bersumber dari keluarga Suma. Episode ini merupakan sambungan langsung dari episode ke-12 berjudul Kisah Pendekar Pulau Es, dan ceritanya berlanjut ke episode ke-14 berjudul Kisah si Bangau Putih. Suling Naga (Liong-siauw-kiam) sendiri merupakan nama dari senjata sakti (fiktif) berbentuk suling dengan sisi yang tajam seperti pedang, terbuat dari kayu langka yang direndam dalam ramuan penguat sehingga kekuatannya bahkan melebihi baja. Turun temurun dimiliki oleh pertapa di Himalaya hingga akhirnya diwariskan kepada Sim Houw. Pesilat yang memegang pusaka ini berhak menyandang gelar Pendekar Suling Naga. Alur CeritaDiawali dengan peralihan kepemilikan Liong-siauw-kiam (Pedang Suling Naga) milik Pek-bin Losian kepada Sim Houw, putra dari Pendekar Pedang Naga Siluman Sim Hong Bu, melalui pertarungan yang dimenangkan oleh Sim Houw. Senjata pusaka ini secara unik sangat serasi dengan gabungan ilmu suling emas yang diwarisinya dari Pendekar Suling Mas II Kam Hong serta ilmu pedang naga siluman yang diwarisi dari ayahnya sendiri. Di saat yang sama, tokoh sesat sakti Sam-kwi (3 Iblis) yang sangat berambisi menghancurkan keluarga Pulau Es dan merebut Liong-siauw-kiam menggembleng murid baru bernama Can Bi Lan, tetapi hal itu justru menimbulkan iri suci-nya Bi-kwi (Iblis Cantik) Ciong Siu Kwi yang kemudian menyelewengkan semua ilmu yang dipelajari Can Bi Lan hingga menyebabkan dia menjadi linglung dan keracunan hebat. Untungnya dia bertemu dengan pasangan keluarga Gurun Pasir Kao Kok Cu - Wan Ceng yang mengobati dan mengangkatnya sebagai murid, bahkan dia dipinjami pedang maut Ban-tok-kiam (Pedang Selaksa Racun). Suma Ciang Bun yang mengembara tanpa arah secara kebetulan mengangkat murid seorang anak bernama Gu Hong Beng yang diselamatkannya dari tangan kepala daerah lalim yang membunuh kedua orang tua anak itu. Tujuh tahun kemudian, Sim Houw telah tenar berjuluk Pendekar Suling Naga, selalu mendapat gangguan dari murid-murid Sam-kwi yang berniat merebut senjatanya. Dalam satu kesempatan, Gu Hong Beng yang seperjalanan dengan Can Bi Lan (setelah lari dari sucinya) bersua dengan tokoh sesat Sai-cu Lama yang berhasil merampas Ban-tok-kiam. Senjata yang kemudian digunakan untuk menculik Suma Lian, putri pendekar sakti Suma Ceng Liong, serta membunuh neneknya Teng Siang In. Namun sebelum meninggal, nenek ini sempat menyuruh Gu Hong Beng untuk bersumpah agar kelak menikahi Suma Lian. Sumpah yang membuat Gu Hong Beng minder berhadapan dengan seluruh keluarga besar Pulau Es. Sebelum itu, Can Bi Lan sempat menolak cinta dari 2 pria sekaligus, Gu Hong Beng dan pewaris Lembah Naga Siluman, Cu Kun Tek, kejadian yang kemudian berbuntut panjang. Di istana, calon perdana menteri Hou Seng yang lalim punya keinginan untuk melanggengkan cengkeramannya atas Kaisar Kian Liong, sehingga dia berupaya mengumpulkan orang-orang berkemampuan tinggi untuk menjaga dirinya serta menghabisi saingan-saingannya, termasuk di antara korbannya adalah seorang menteri jujur bernama Pouw Tong Ki dan keluarganya yang dituduhnya melakukan makar. Tapi kakek sakti Bu-beng Lo-kai (Pengemis Tua Tanpa Nama) Gak Bun Beng berhasil menyelamatkan satu-satunya putri keluarga itu (Pouw Li Sian) serta membebaskan cucunya Suma Lian dari penculikan, kedua bocah itu kemudian diangkat murid dan berikrar sebagai saudara angkat. Gak Bun Beng sendiri menjadi pengelana tanpa tujuan setelah meninggalanya Milana istrinya karena tekanan batin akibat kedua putra kembarnya—Gak Jit Kong dan Gak Goat Kong (Beng-san Sian-eng atau Sepasang Garuda dari Beng-san)--jatuh cinta dan menikah hanya dengan satu wanita—Souw Hwi Lan—yang tidak lain murid mereka sendiri. Pertikaian antara pendekar beraliran lurus dengan tokoh-tokoh sesat bawahan Hou Seng setelah diadakan pibu 7 lawan 7 yang dimenangkan oleh para pendekar. Dalam pibu ini Kim Hwa Nio-nio (suci Sam-kwi), Sam-kwi, Sai-cu Lama, dan beberapa tokoh Pek-lian-kauw dan Pat-kwa-kauw tewas, tetapi Bi-kwi diampuni oleh sumoinya. Kekuasaan Hou Seng mulai melemah sejak saat itu. Namun setelah itu, Kao Hong Li, putri dari Kao Cin Liong dan Suma Hui, diculik oleh pendeta yang mengaku bernama Ang I Lama, padahal dia adalah samaran dari Sin-kiam Mo-li, murid terkasih Kim Hwa Nio-nio. Akibatnya terjadi kesalahpahaman antara keluarga itu dengan kalangan pendeta jubah merah (Lama). Apalagi kematian Ang I Lama tak lama kemudian saat berusaha menyelamatkan Kao Hong Li malah memperkeruh suasana karena kunjungan keluarga itu sebelumnya ke Tibet. Kesalahpahaman antara Can Bi Lan dan Gu Hong Beng memanas akibat dia membantu suci-nya yang telah bertobat untuk membebaskan petani berhati satria yang dicintainya, Yo Jin. Karena sebelumnya Bi-kwi sempat bertempur dengan Suma Ciang Bun demi kebebasan Yo Jin dan hampir menewaskannya. Untuk membersihkan namanya, dia jauh-jauh pergi ke Gurun Pasir ditemani oleh Sim Houw untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya, dalam perjalanan inilah benih cinta antara keduanya bersemi. Suami istri penguasa Gurun Pasir menugaskan dia untuk mencari Kao Hong Li sampai ketemu untuk bisa mencuci namanya, saat itulah Can Bi Lan bersumpah tidak akan menikah dengan Sim Houw sebelumnya tugasnya berhasil, hal yang membuat keluarga besar Pulau Es dan Gurun Pasir terkesan atas kelurusan watak serta keteguhan hatinya. Sisa-sisa tokoh sesat yang lolos bergabung kembali dengan Sin-kiam Mo-li, hal inilah yang menyebabkan Gu Hong Beng yang tidak mau keduluan Can Bi Lan malah berhasil ditangkap dan dijebloskan penjara bawah tanah di kediaman Sin-kiam Mo-li yang penuh jebakan rahasia. Namun atas kecerdikan Bi-kwi jualah akhirnya Gu Hong Beng lolos dan dibantu Sim Houw serta Can Bi Lan bertempur mati-matian melawan Sin-kiam Mo-li dan komplotannya. Meski Sin-kiam Mo-li dan beberapa pembantunya berhasil lolos, tapi Kao Hong Li berhasil diselamatkan. Hal yang paling menggembirakan adalah cairnya ketegangan antara Can Bi Lan dan Gu Hong Beng serta keberadaan Bi-kwi yang diterima oleh para pendekar beraliran lurus. Episode ini ditutup dengan pernikahan Can Bi Lan dan Pendekar Suling Naga Sim Houw di kediaman Kao Cin Liong yang dihadiri hampir seluruh keluarga besar Pulau Es dan Gurun Pasir. Gu Hong Beng berhasil menumpahkan uneg-uneg mengenai perjanjiannya dengan mendiang nenek Teng Siang In kepada gurunya, meski begitu Suma Ceng Liong menyerahkan keputusan perjodohan kepada putrinya. Tokoh-tokohProtagonis
Antagonis
Figuran
Tempat-tempat
Lihat pulaPranala luar
|