Star Weekly (majalah Indonesia)Star Weekly (明星周刊[1]) adalah majalah mingguan yang diterbitkan oleh PT. Pers Dagang dan Percetakan Keng Po, beredar tiap Sabtu sejak 6 Januari 1946. Majalah ini bersaudara dengan harian Keng Po (1923–1957) dan majalah hiburan populer Varia (1958–1974), yang terbit tiap Rabu. Sebelum Star Weekly, PT Keng Po pernah menerbitkan majalah bulanan Star yang bertahan hanya selama 2 tahun (1939-1941). Pemimpin redaksi Star Weekly adalah Auwjong Peng Koen (Petrus Kanisius Ojong), yang kelak turut mendirikan majalah Intisari (1963) dan harian Kompas (1965). Salah Satu Redaktur tetap Star Weekly, Kho Tiang Hoen (Harjoko Trisnadi), juga adalah salah satu pendiri Majalah Tempo. Star Weekly dibredel pemerintah pada 1961 pada masa semakin opresifnya sensor oleh rezim Orde Lama.[2] Edisi terakhir Star Weekly bertarikh 7 Oktober 1961. Oplah dan pembacaPada edisi terakhirnya sebelum dibredel tahun 1961, tiras Star Weekly berjumlah 45.000. Persebarannya menjangkau kota-kota di Pulau Jawa, selain Jakarta, juga Kediri, Malang, Pekalongan, Cilacap, Yogyakarta, Solo, dll. Harga jualnya pada 1961 dibandrol Rp 5,4 di Jawa dan Rp 6 di luar Jawa.[3] Majalah Star Weekly populer di kalangan etnis Tionghoa, dan perspektif-perspektif yang dihadirkannya atas berbagai topik banyak menyangkut kepentingan kelompok etnis minoritas ini. Walau demikian, jika kita mengamati rubrik surat pembacanya, audiens Star Weekly sebenarnya tidak eksklusif dari etnis Tionghoa saja. RubrikStar Weekly menggodog campuran topik-topik serius dan santai dalam satu panci penerbitan. Halaman pertama Star Weekly selalu menyuguhkan analisis pemandangan politik terkini dari pandangan redaksi dalam rubrik "Timbangan", yang kemudian berganti judul menjadi "Intisari". Rubrik Star Weekly sangat beragam, yakni berita olahraga, sejarah, resep masakan, konsultasi problem keluarga, masalah hukum dan perburuhan, soal bahasa, kesehatan, cerita anak, cerita silat, komik, cerita terjemahan, kisah plesir ke luar negeri, esai-esai sastra dan film, serta ulasan pameran seni. beberapa kontributor tetap majalah Star Weekly , antara lain dokter dan ahli gizi Purwo Sudarmo; pemerhati musik Binsar Sitompul; penulis olahraga Tan Liang Tie; sutradara dan kritikus film Tan Tjoei Hock; kritikus seni rupa Oei Sian Yok; sastrawan Wiratmo Soekito, W.S Rendra, Harijadi S. Hartowardojo; serta komikus S. Topo.[3] Di samping para pembantu tetap, penulis-penulis seperti Pramoedya Ananta Toer, Trisno Sumardjo, Ong Hok Ham, Suwarsih Djojopuspito, dan Ajip Rosidi misalnya, tercatat pernah beberapa kali menerbitkan tulisannya dalam majalah ini. Kecondongan sikap dalam politik peranakanRedaksi Star Weekly condong mendukung gerakan asimilasi WNI keturunan Tionghoa yang berpendapat bahwa untuk menyelesaikan masalah minoritas, kategori sosial budaya WNI keturunan Tionghoa harus dilenyapkan dan melebur dengan WNI.[4] Gerakan ini muncul akibat peraturan-peraturan diskriminatif antara lain Peraturan Pedagang Ketjil dan Etjeran 1959 yang mengakibatkan eksodus besar-besaran orang Tionghoa (belum warganegara Indonesia) dan keturunan Tionghoa kembali ke Tiongkok.[4] Gerakan asimilasi mengemuka dengan suatu pernyataan oleh 10 orang Tionghoa peranakan dalam majalah Star Weekly pada 26 Maret 1960 dan memancing serangkaian polemik yang diakomodir majalah ini.[5] Keberadaan arsip fisikArsip fisik majalah Star Weekly teregister keberadaannya di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta dan Perpustakaan Monash University, Australia. Beberapa inisiatif penerbitan telah mengumpulkan dan menerbitkan ulang sejumlah artikel penulis yang pernah diterbitkan di Star Weekly. Antara lain tulisan-tulisan sejarawan Ong Hok Ham Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa (Komunitas Bambu, Jakarta: 2009) dan kritikus seni Oei Sian Yok Dari Pembantu Seni Lukis Kita: Kumpulan Tulisan Oei Sian Yok 1956-1961 (Dewan Kesenian Jakarta, Jakarta: 2019). DigitalisasiAtas dorongan awal dari Charles Coppel dan Ariel Heryanto, sejak 2018 Monash University mulai mendigitalisasi koran Sin Po, kemudian berlanjut dengan Star Weekly.[6] Digitalisasinya kini sudah tersedia di koleksi perpustakaan daring Monash University sehingga membuka akses bagi peneliti untuk menelusuri berbagai macam kemungkinan topik penelitian baru dari sumber-sumber ini. Lihat jugaReferensi
|