Sri Warso Wahono
Sri Warso Wahono pada tahun 1974 mulai diikut sertakan dalam pameran Biennale seni lukis Indonesia yang diprakasai oleh Dewan Kesenian Jakarta, juga diundang pada pameran Triennale I seni lukis Indonesia di Denpasar, Bali tahun 1983. Selanjutnya sejak tahun 1987 hingga tahun 1991 aSeringkalii diundang menyertai berbagai pameran baik kelompok maupun lembaga diberbagai tempat di Jakarta termasuk pameran seni rupa Kristiani (Pamesrani ‘91) yang diselenggarakan oleh Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) pada ulang tahunnya ke-43 di Jakarta.[2] PameranIa pernah membuat beberapa pameran: diantaranya:
Pameran ini berlangsung di Balai Budaya Jakarta tanggal 9 - 19 Agustus 2018 bertajuk "Kidung Rambogan" Dalam Rambogan Sri Warso membuat semcam catatan,perenungan,tentang berbagai peristiwadan fenomena disekitarnya. Itu bisa tentang korupsi,watak serakah,,watak mulia,perilaku tokoh-tokoh, dan berbagai drama kehidupan dalam kehidupanmasyarakat...Istilah Rambogan daia pinjam dari salah satu adegan dalam pergelaran wayang kulit ketika pasukan bersenjata lengkap siap siaga dan waspada. Warso sebagai seniman memaknai rampogan sebagai peristiwa atau fenomena munculnya ketidakseimbangan. Karena itu,ia memandang perlu adanya penyeimbang."Rambogan mempunyai makna filosofi,historis dan secara fenomenologis mewakili zaman, kata warso yang ditulis oleh Frans Sartono Direktur Program Bentara Budaya Jakarta dalam katalog pameran kidung Rampogan. Referensi
. |