Sony SugemaH. Sony Sugema, MBA 7 Februari 1965 – 31 Januari 2016 adalah pendiri Sony Sugema College (SSC), salah satu Lembaga Bimbingan Belajar terbesar di Indonesia. SSC telah banyak membantu siswa-siswi SMA selama bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi. Sony Sugema juga turut membidani Sekolah Alfa Centauri di Bandung dan kantor berita Islam Mi'raj News Agency (MINA).[1] Sony menghembuskan nafas terakhir akibat penyakit jantung yang dideritanya selama dua tahun ke belakang.[2][3] PendidikanSony Sugema menamatkan pendidikan menengahnya di SMU Negeri 3 Bandung. Tahun 1982, Sony lulus tes masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil. Karier AwalSony Sugema mengaku mengawali kariernya sebagai "pengusaha" bimbingan belajar ketika duduk di kelas II SMU Negeri 3 Bandung saat berusia 15 tahun. Ketika itu, ayahnya meninggal dunia sehingga Sony harus bekerja untuk menghidupi ibu dan keempat adiknya. Ia lalu memberi les privat kepada teman-teman sekelasnya. Setelah mengajar teman-temannya di SMU, Sony mengaku ketagihan mengajar dan merasa tertarik dengan dunia pendidikan.[4] Tahun 1982, Sony lulus tes masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil. Ketika dia masih tingkat I, Sony memutuskan untuk menikah. Saat itu, istrinya kuliah di jurusan Biologi ITB dan berumur sekitar tiga tahun lebih tua. Setelah menikah, Sony merasa tanggungannya semakin banyak. Akhirnya, untuk menambah penghasilan, dia memutuskan untuk menjadi guru di SMU Angkasa, Bandung. Ketika itu, Sony mengajar pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia untuk siswa kelas I, II, dan III.[1][2][5] Sony memang berhasil mengembangkan bisnisnya—yang semuanya masih di bidang pendidikan—hingga menjadi empat perusahaan. Tidak heran jika dia menerima penghargaan dari ITB berupa Penghargaan Alumni ITB Berprestasi tahun 2002 dalam bidang industri. Sebelumnya, Sony memperoleh penghargaan Citra Top Executive Indonesia tahun 1997 dan masuk dalam 50 Enterprise Semangat Wirausaha Indonesia dari majalah SWA dan Accenture.[5][6] Mendirikan Sony Sugema College (SSC)Lokasi cikal bakal Sony Sugema College (SSC) terletak di Jalan Dipatiukur. Modal awal pendirian bimbel ini hanya Rp 1,5 juta, yang diperoleh Sony dari pembayaran royalti buku-bukunya. Sony Sugema memang pernah menulis buku tentang pembahasan soal-soal UMPTN yang setiap tahun selalu diperbaharui. Awalnya, murid bimbingan belajar ini hanya 140 orang, dan Sony satu-satunya pengajar. Uang sebesar Rp 1,5 juta itu, kata Sony, digunakannya untuk menyewa ruangan tempat belajar sebesar Rp 750.000, dan sisanya untuk membayar gaji karyawan. Bimbingan belajar ini awalnya hanya mengkhususkan diri sebagai bimbingan belajar intensif untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN). Lambat laun, Sony merasa bahwa dirinya tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya karena terlalu sibuk bekerja sebagai pengajar tunggal. Akhirnya, dia memutuskan untuk meminta teman-temannya dari ITB, UNPAD, dan IKIP (sekarang UPI) untuk membantunya mengajar pada bimbingan belajar tersebut.[5][5] Tahun 1991, dia membuka cabang di Jakarta, disusul dengan cabang-cabang di seluruh Indonesia. Lembaga bimbingan belajar ini berhasil meluluskan 618 siswanya ke ITB. Jumlah ini, kata Sony, menunjukkan bahwa hampir separuh mahasiswa ITB merupakan lulusan SSC. Ketika ditanya apa yang membedakan SSC dengan bimbingan belajar lain, Sony mengaku, dia menerapkan dua sistem pengajaran. Pada sistem yang pertama, kata Sony, dia menciptakan sistem penyelesaian soal dengan cepat yang diklaim sebagai the fastest solution.[7] Fastest solution, kata Sony, adalah cara belajar agar pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Apabila siswa mudah memahami pelajaran, siswa akan lebih bersemangat untuk belajar. Selain the fastest solution, Sony juga memiliki metode lain, yaitu learning is fun. Dengan metode ini, kata Sony, siswa akan lebih bergairah dan bersemangat dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang selama ini dianggap menakutkan, seperti matematika dan fisika.[7] Wafat Setelah Sholat TahajjudSebelum meninggal pada Minggu dini hari (31/1) di kamar rawat inap RS Santosa Bandung, Sony sempat menjalani perawatan pascaoperasi pemasangan ring di pembuluh darah di jantungnya. Pria berjuluk 'Raja Bimbel' itu menghembuskan nafas terakhir saat menunaikan salat tahajud.[6] Sebelum menderita penyakit jantung, almarhum Sony Sugema yang dikenal dermawan ini memiliki riwayat penyakit diabetes sejak enam tahun lalu. Almarhum Sony diketahui cukup anti berobat pada medis. Menurut adik almarhum Tomy Djatnika (50 tahun), Sony lebih memilih berobat alami dengan berpuasa Daud untuk mengobati diabetesnya yang berhasil sembuh.[8] Pranala luar
Referensi
|