Skadron Pendidikan 102 disingkat (Skadik 102) adalah unsur pelaksana pendidikan Wing Pendidikan Terbang dan berkedudukan langsung di bawah Danwingdik 100/Terbang. Tugas Skadik 102 adalah pelaksana Wingdik Terbang yang bertugas melaksanakan pendidikan sekolah penerbang tingkat lanjut dan sekolah instruktur penerbang.[1]
Fungsi
Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Skadik 102 menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
- Melaksanakan operasi pendidikan Sekolah Penerbang Tingkat Lanjut dan Sekolah Instruktur Penerbang (SIP).
- Menyiapkan tenaga pendidik instruktur penerbang, mengarahkan dalam persiapan mengajar (lesson plan).
- Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan operasi pendidikan guna menjamin pencapaian sasaran kegiatan secara berhasil dan berdaya guna.
- Menyiapkan pembinaan, penyiapan pesawat, awak pesawat, prasarana dan melaksanakan pemeliharaan tingkat ringan sista udara untuk menjamin kelangsungan kesiapan pendidikan.
- Membina sarana pemeliharaan, komponen, dan prasarana yang ada di Skadik 102 agar selalu siap pakai.
Sejarah
Untuk mempercepat memenuhi kebutuhan tenaga penerbang di lingkungan TNI AU, maka selain mendidik calon tenaga penerbang di dalam negeri juga mengirim pemuda-pemudi yang telah dinyatakan lulus seleksi untuk dididik menjadi penerbang di luar negeri antara lain ke California, Amerika Serikat. Adapun tahapan pendidikan calon penerbang dilaksanakan mulai bina kelas, latih mula, latih dasar dan latih lanjut. Skadron Pendidikan 102 berdasarkan keputusan KSAU Nomor Kep/19/V/1978 tanggal 27 Mei 1978 melaksanakan pendidikan penerbang tingkat dasar (basic trining). Dalam menyelesaikan pendidikan tingkat dasar dibutuhkan waktu selama 8 bulan atau 32 minggu dengan rincian 120 jam 20 menit bina terbang dengan menggunakan pesawat T-34 Charlie dan 515 jam pelajaran bina kelas, sedangkan tahapan pendidikan tingkat dasar (basic training) dilaksanakan setelah menyelesaikan pendidikan tingkat mula. Dalam perkembangan selanjutnya Skadron Pendidikan 102 tidak hanya mendidik calon penerbang tingkat dasar (basic training), tetapi melaksanakan juga pendidikan penerbang tingkat lanjut. Adapun sesuai struktur organisasi Skadron Pendidikan 102 berkedudukan di bawah Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto.[2]
Planet Jupiter
Lanud Adisutjipto sebagai salah satu Satuan dalam Jajaran Kodiklatau mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan dan pengoperasian pendidikan seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan minat dan potensi Kedirgantaraan serta pelaksana Komando Operasi TNI AU II dalam menyelenggarakan operasi udara. Kegiatan Sekolah Penerbang dan Sekolah Instruktur Penerbang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Instruktur Penerbang sebagai salah satu dari komponen pendidikan secara bergantian berdatangan untuk melaksanakan tugas mengajar dan pada saatnya meninggalkan Lanud Adisutjipto untuk melaksanakan tugas lain. Dalam melaksanakan tugasnya Instruktur Penerbang mendapatkan nomor Jupiter sebagai tanda dirinya di udara.
Jupiter Number
Jupiter adalah panggilan bagi seorang Instruktur Penerbang di udara dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan nomornya menunjukkan urutan dari mulai melaksanakan tugas mengajar. Nomor Jupiter diberikan secara berurutan dan berkesinambungan. Jupiter merupakan ciri khas seorang Instruktur Penerbang. Mengapa Jupiter? Bukan sembarang nama sehingga terpilihlah nama Jupiter untuk menyebut jatidiri seorang Instruktur Penerbang. Alkisah, menurut mitos Yunani Kuno, dalam jagad perdewaan yang mereka yakini, maka Dewa Jupiter adalah sosok dewa yang paling pintar, bijaksana, sekaligus berilmu tinggi. Nah, rasanya tidaklah berlebihan jika kemudian sosok dewa ampuh itu dipilih untuk menyebut Instruktur Penerbang kita. Bukankah mereka memang orang-orang yang – diharapkan – memang pintar, bijaksana, dan sekaligus berilmu tinggi? Nama, kata orang tua, mengandung harapan. Jika ada Instruktur Penerbang yang belum memenuhi kualifikasi bagai Dewa Jupiter, tentu kewajiban yang bersangkutan untuk terus meningkatkan kualitas dirinya sehingga – paling tidak – bisa mendekati sosok dan kapasitas sang dewa. Why not?
Untuk mendapatkan Nomor Jupiter, lulusan siswa SIP (Sekolah Instruktur Penerbang) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Lulus dari Asisten Instruktur menjadi Instruktur
- Mengajar siswa Sekbang dengan pesawat latih organic Lanud Adisutjipto
- Instruktur tersebut anggota organic Lanud Adisutjipto
Sedangkan tata cara pemberian Nomor Jupiter dilaksanakan sebagai berikut:
- Asisten Instruktur yang mengajar Siswa Sekbang diberikan Nomor Jupiter secara lisan.
- Nomor Jupiter diberikan menurut waktu mulai bertugas dan bila terdapat pada waktu bersamaan lebih dari seorang maka diurut berdasarkan Senioritas.
- Telah memenuhi persyaratan, Asisten Instruktur tersebut mengikuti tes untuk menjadi Instruktur.
- Setelah lulus tes, diberi Surat Keputusan Pemberian Nomor Jupiter dan Piagam Jupiter.
Apabila belum lulus menjadi Instruktur sudah ditugaskan ke lain tempat (berhenti mengajar Sekbang) maka Nomor Jupiter tersebut diserahkan kembali untuk dilaksanakan pengurutan lagi. Dari mulai Sekbang dibuka di zaman Pak Adisutjipto hingga sekarang, jumlah “penghuni Planet Jupiter” telah mencapai hampir 500 Instruktur.
Jupiter Kehormatan
13 orang diantaranya merupakan Jupiter Kehormatan (yakni para perintis pendahulu yang pada dasarnya juga berkualifikasi Instruktur Penerbang, namun – barangkali – ketika itu belum dikenal tradisi penyebutan dan pemberian Jupiter Number). Tentu saja jumlah ini dari waktu ke waktu akan terus bertambah dan bertambah lagi seiring perjalanan Sekbang. Untuk menghormati dan menghargai para Instruktur Penerbang yang menjadi komunitas “Planet Jupiter”, atas segala jasa dan jerih payah mereka dalam melanjutkan kesinambungan serta eksistensi Sekbang sebagai kawah candradimuka yang melahirkan gatotkaca-gatotkaca pengawal kedaulatan negara di udara.
Komandan
Lihat juga
Referensi