Situs arkeologi adalah tempat (atau kelompok situs fisik) yang menunjukkan adanya bukti kegiatan masa lalu yang diawetkan (baik prasejarah, sejarah tertulis, atau kontemporer) yang telah atau dapat diinvestigasi menggunakan disiplin ilmu arkeologi dan merupakan bagian dari yang catatan arkeologi. Situs arkeologi tersebut mulai dari yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sisa-sia bukti yang dapat terlihat di atas tanah, atau bukti yang ditandai dengan adanya bangunan dan struktur lain yang masih dapat digunakan. Di lain sisi, definisi dan cakupan geografis dari sebuah "situs arkeologi" dapat sangat bervariasi, tergantung pada periode yang dipelajari dan pendekatan teoritis yang digunakan oleh para arkeolog.[1][2]
Artefak, Fitur, dan Ekofak
Sebuah situs arkeologi bisa dalam skala sekecil tumpukan peralatan batu yang ditinggalkan oleh pemburu pada masa prasejarah, atau bahkan bisa berupa sebuah situs sebesar dan serumit sebuah situs purbakala Chaco Culture di San Juan County yang terletak di wilayah barat laut New Mexico, Amerika Serikat. Bahkan situs arkeologi terkecil pun mungkin memiliki banyak informasi penting terkait sejarah. Misalnya adalah artefak —benda yang dibuat atau dimodifikasi dan digunakan oleh manusia. Para arkeolog biasanya menganalisis artefak dengan tujuan untuk mempelajari tentang sejarah orang yang membuat dan menggunakan artefak tersebut. Selain itu ada juga fitur, yang merupakan salah satu informasi penting yang ada di sebuah situs arkeologi. Fitur tersebut misalnya noda tanah yang menunjukkan tempat lubang penyimpanan, bangunan, atau bahkan pagar yang pernah ada. Sedangkan ekofak merupakan bahan organik atau sisa-sisa alam yang ditemukan di sebuah situs arkeologi. Misalnya yaitu tulang hewan, tumbuhan, arang, dan sejenisnya.[3][4][5][6]
Dunnell, Robert C., and William S. Dancey, 1983 The Siteless Survey: A Regional Scale Data Collection Strategy, in Advances in Archaeological Method and Theory 6:267-287. M.B. Schiffer, ed.