Siti Adiyati SubangunSiti Adiyati Subangun merupakan seorang perempuan pekerja seni Indonesia pada era 70-an kelahiran 2 Oktober 1951 di Yogyakarta. Ia merupakan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI) pada tahun 1975-1979.[1] Karya
Eceng Gondok Berbunga Emas merupakan karya pertama Siti Adiyati yang dipamerkan dalam pameran ke-2 GSRBI di Taman Ismail Marzuki pada tahun 1979. Ia membuat karya berbentuk kolam yang berisi eceng gondok (Eichhornia crassipes), sebagai metafora atas kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin pada masa pemerintahan Orde Baru. Material eceng gondok diambil dari Kalipasir, Jakarta Pusat, sebuah pemukiman orang-orang miskin kota. Di dalam kolam, Siti Adiyati menyebarkan ratusan mawar plastik berlapis emas yang dipertanyakan sebagai representasi parasit nyata dalam hidup masyarakat Indonesia pada masa itu.[1] Karya Eceng Gondok Berbunga Emas juga dipamerkan kembali di perhelatan Jakarta Biennale 2017. Kali ini, ia mengambil eceng gondok dari empang sebuah perusahaan real-estate di Jakarta Utara.[2] Untuk konteks perhelatan tersebut, karyanya membicarakan tentang konsumerisme yang berlebihan, di mana memunculkan imaji atas akan datangnya suatu masa gemilang.[3]
Dengan jumlah 200 halaman, buku ini memuat tulisan Siti Adiyanti antara 1975-1977 antara lain tentang peristiwa pameran dan esai-esai kebudayaan. Buku ini diterbitkan di Jakarta Biennale 2017 dengan Hendro Wiyanto sebagai penyunting buku dan salah satu kurator biennale.[4] Referensi
|