Sindrom kelas ekonomi adalah sindrom yang terjadi karena trombosis pada pembuluh balik atau vena pada penumpang pesawat terbang. Istilah sindrom ini disampaikan pertama kali pada akhir tahun 1980an.[1]
Sindrom ini ditemukan pada orang yang menjalani perjalanan panjang dengan menggunakan pesawat terbang. Penderita mengalami trombosis pada pembukuh balik dalam dan mengalami komplikasi utamanya yakni embolisme paru. Selain itu, sindrom kelas ekonomi juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Orang yang mengalami trombosis pada pembuluh darah balik bagian dalam berisiko 60% lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung dan 2x lipat lebih tinggi mengalami stroke.[2]
Mekanisme terjadinya trombosis pada penderita dimungkinkan karena penumpang yang tidak bergerak selama perjalanan (terus dalam posisi duduk) dan dehidrasi. Beberapa keadaan ini berisiko lebih tinggi untuk mengalami trombosis vena dalam
1. Orang yang memiliki riwayat penyakit kanker
2. Orang yang memiliki penyakit yang membuat darah lebih mudah menggumpal
3. Orang yang memiliki riwayat operasi
4. Orang yang mengkonsumsi pil kontrasepsi
5. Ibu hamil
6. Obesitas
7. Penumpang yang duduk di tempat duduk dekat jendela lebih berisiko dibandingkan dengan penumpang yang duduk di lorong.
Sindrom ini dapat dicegah dengan minum air yang cukup, berjalan untuk menggerakkan otot, atau beberapa bentuk peregangan ketika di dalam pesawat. Untuk pasien yang mudah mengalami trombosis, dapat diresepkan aspirin sebagai anti pembekuan darah atau antikoagulan.
Referensi
Lihat juga
Pranala luar