Sila, Nusalaut, Maluku Tengah
Sila adalah salah satu dari tujuh negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Nusalaut, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Negeri ini tergolong sebagai negeri pesisir.[4] Menurut BPS tahun 2018, berstatus sebagai negeri atau desa swadaya.[5] Sebagai sebuah negeri atau desa adat, Sila dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Raja Sila bergelar sebagai tuan patti (patih). Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Jabatan raja di Sila dipangku oleh fam (matarumah parentah) Soselisa. Pejabat yang menjabat kepala pemerintahan negeri saat ini adalah Drs. Hengky Tomasoa, MA yang menggantikan Raja Wendi Soselisa sejak tahun 2016. SejarahSejak abad ke-18 Masehi Sila telah berkenalan dengan ajaran Kristen Protestan. Tepatnya tahun 1710 masyarakat negeri ini telah dibaptis dan menganut ajaran Kristen. Lima tahun sejak perpindahan keyakinan menjadi penganut Kristen, masyarakat Sila di bawah pimpinan Raja Louis Soselisa mendirikan gereja tertua di Pulau Nusalaut. Gereja tersebut selesai dan diresmikan pada 1719 Masehi dan ditahbiskan dengan nama Ebenhaezer. Di kemudian hari GPM Ebenhaezer turut melayani masyarakat Negeri Leinitu negeri tetangga yang terletak persis di sebelah Negeri Sila. Belanda membangun banyak bangunan penting kolonial di Nusalaut, khususnya Sila. Salah satu peninggalan yang masih tersisa adalah Benteng Beverwijk.[6] Benteng Beverwijk menjadi salah satu objek vital di Nusalaut yang direbut oleh pasukan Pattimura dalam perang melawan Belanda. Geografi dan iklimSila terletak di daerah pesisir dengan ketinggian rata-rata 50 m.dpl.[7] Berada di tepi Selat Komuhatanyo yang merupakan bagian dari Laut Banda, Sila dipengaruhi oleh iklim tropis laut dan iklim musim. Adat dan budayaFam di Sila
Hubungan sosialSila terikat hubungan gandong dengan beberapa negeri yang ada di Pulau Ambon, Haruku, Saparua, dan Seram. Total terdapat tujuh negeri dalam persekutuan gandong yang biasa dikenal dengan akronim Silatupatih, kependekan dari Sila, Asilulu, Laimu, Tulehu, Paperu, Tial, dan Hulaliu.[9] [10] Di antara tujuh negeri Tulehu, Asilulu, Laimu, dan Tial beragama Islam, sedangkan tiga yang lain memeluk agam Kristen Protestan. Selain itu, Sila menjalin hubungan pela dengan Makariki sebagai pela keras dan Laha yang jenis hubungannya tidak diketahui.[11] Hubungan Sila dengan kedua negeri pela boleh dikatakan tidak akrab. Sila memiliki hubungan yang baik dengan negeri-negeri lain di Nusalaut. Hubungan dengan Leinitu misalnya, kedua negeri beribadah di gereja yang sama --GPM Ebenhaezer yang terletak di Negeri Sila. Dalam tatanan adat di Nusalaut, Sila, Akoon, Leinitu, Abubu, dan Nalahia adalah bawahan dari Negeri Titawaai dan Ameth. Raja Titawaai dan Ameth bergelar sebagai tuan latu, sementara raja Sila dan empat negeri yang lain bergelar sebagai tuan patti (patih). Seperti halnya seluruh negeri di Pulau Nusalaut, memiliki ikatan gandong dengan seluruh desa/negeri di Pulau Ambalau. Referensi
|