Severus Snape adalah guru Ramuan dan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dan sekaligus kepala sekolah di Hogwarts setelah Albus Dumbledore dalam kisah Harry Potter. Dia berhidung bengkok seperti paruh elang, berambut klimis-hitam-pendek.
Snape terlahir dari pasangan Tobias Snape, seorang Muggle, dan Eileen Prince yang penyihir. Masa kecil Snape jarang sekali disinggung dalam buku. Tapi di Harry Potter and the Order of the Phoenix ketika Harry belajar Occlumency dari Snape, dapat disimpulkan bahwa Snape sering kali menyaksikan, bahkan mungkin menjadi korban kekerasan ayahnya. Di saat remaja pun Snape adalah murid yang tidak populer karena kesukaannya pada ilmu hitam.
Snape adalah satu angkatan di Hogwarts dengan James Potter, Sirius Black, Remus Lupin, dan Peter Pettigrew. Tapi Sirius dan James sangat membencinya, demikian pula sebaliknya. Di setiap kesempatan, mereka, terutama Sirius sering kali mengolok-olok Snape, baik secara mental maupun fisik.
Pada suatu hari, Sirius berencana untuk membuat lelucon yang berbahaya terhadap Snape. Sirius memberitahu Snape kemana Lupin pergi setiap bulan purnama, dengan harapan Snape akan terluka atau bahkan terbunuh ketika Lupin tengah bertransformasi menjadi manusia serigala. Snape yang serba-ingin-tahu bermaksud membuktikan hal ini. Tetapi di saat-saat terakhir, James menghalangi Snape dan berusaha menyelamatkan hidupnya. Meski demikian Snape telah melihat wujud Lupin sebagai manusia serigala. Snape berjanji pada Dumbledore untuk tidak memberitahu siapa pun tentang Lupin. Sejak itu Snape makin membenci Sirius, James, dan Lupin (meski sebenarnya Lupin tidak membencinya). Meski James telah menyelamatkannya, Snape menganggap itu demi kepentingan James sendiri, supaya tidak dikeluarkan dari Hogwarts. Kebencian ini terus berlanjut sampai mereka dewasa.
Sirius mengatakan pada Harry bahwa Snape yang masuk Slytherin, bergabung dengan geng Slytherin seperti Bellatrix dan Rodolphus Lestrange, Avery, Wilkes and Evan Rosier, yang dikemudian hari menjadi Pelahap Maut. Snape adalah anggota Orde Phoenix, meskipun hingga akhir cerita kesetiaannya dipertanyakan. Baik Dumbledore maupun Voldemort beranggapan Snape ada di pihak mereka.
Dalam buku ketujuh, diungkapkan bahwa Snape sebenarnya mencintai dan berteman dengan Lily Evans sejak kecil, dan keduanya selalu bersama sampai masuk Hogwarts. Karena perbedaan pendapat dan salah paham, keduanya berpisah pada jalan masing-masing. Diungkapkan pula James membenci Snape sejak pertama kali bertemu di Hogwarts Express dan saling menghina. Karena laporannya pada Voldemort tentang Ramalan, membuat dia menyesali perbuatannya; Voldemort jadi mengejar Harry Potter, anak dari Lily Potter. Kemudian dia menemui Dumbledore dan mengubah kesetiaannya dari Pelahap Maut menjadi Orde Phoenix, dan menjadi mata-mata bagi Voldemort. Setelah kematian keluarga Potter, Snape bersumpah agar menjaga dan mengawasi Harry dan berubah menjadi menyayanginya (dia menangis setelah mengetahui bahwa Harry harus mati sebelum mengalahkan Voldemort), meskipun pada awalnya dia membenci Harry yang sangat mirip dengan ayahnya namun memiliki mata ibunya.
Peran Snape Dalam Seri Harry Potter
Kebencian Snape pada Harry sudah tampak sejak pertama kali mereka bertemu di Hogwarts. Bahkan Harry mengira Snape yang hendak mencuri Batu Bertuah. Snape menyelamatkan Harry ketika Professor Quirell memantrai sapunya, tetapi Harry tetap membencinya. Begitu pun Snape, yang selalu mempersulit Harry dalam pelajaran, dan senantiasa mencari-cari kesempatan untuk mengeluarkan Harry dari Hogwarts.
Dalam Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Snape membuatkan ramuan untuk Lupin setiap bulan, untuk mengurangi rasa sakit akibat transformasi menjadi manusia serigala. Hal ini mungkin atas suruhan Dumbledore, karena Harry sering kali mendapati Snape "menatap jijik" pada Lupin. Terbukti pada akhir tahun ajaran, Snape secara "tidak sengaja" keceplosan bahwa Lupin adalah manusia serigala, karena kemarahan akibat lolosnya Sirius Black dari genggamannya.
Di akhir Harry Potter and the Goblet of Fire, ketika Dumbledore berusaha meyakinkan Fudge bahwa Voldemort telah kembali, Snape menunjukkan Tanda Kegelapan yang tampak jelas di lengannya, menandakan bahwa Voldemort benar-benar kembali. Tapi Fudge mengabaikannya. Kemudian Dumbledore segera mengutusnya untuk sebuah tugas rahasia, yang kemudian terungkap dalam Order of the Phoenix, yaitu memata-matai Voldemort dan menjadi agen ganda.
Dalam Harry Potter and the Order of The Phoenix, Snape atas suruhan Dumbledore memberi pelajaran Occlumency pada Harry. Snape dipilih karena dia adalah salah satu Occlumens yang hebat. Tapi pelajaran ini gagal total. Harry curiga Snape justru membuka pikirannya agar dapat dimasuki Voldemort, sementara Snape marah besar ketika Harry kepergok melihat kenangan terburuknya dalam Pensieve. Menjelang akhir cerita, menurut Dumbledore, Snape memastikan bahwa Sirius baik-baik saja ketika Harry mendapat penglihatan bahwa Sirius tertangkap oleh Voldemort. Snape pun mencari Harry ke Hutan Terlarang ketika ia dan Umbridge tidak juga kembali. Dan Snape segera mengontak anggota Orde Phoenix lain untuk segera membantu Harry di Kementerian. Disini terdapat indikasi bahwa Snape sebenarnya berpihak pada Orde, karena komunikasi Orde adalah dengan Patronus, yang hanya dapat dilakukan oleh penyihir putih. Ini disebabkan karena Mantra Patronus membutuhkan pikiran positif agar berfungsi sepenuhnya, sesuatu yang tidak dimiliki oleh para Pelahap Maut.
The Half-Blood Prince
Snape memiliki peranan besar dalam Harry Potter and the Half-Blood Prince. Di awal cerita dikisahkan kakak-beradik Narcissa dan Bellatrix mendatangi Snape di rumahnya, Spinner's End (dan ternyata Wormtail juga ada di sana). Narcissa hendak meminta Snape untuk melindungi Draco, anaknya, yang mendapat tugas khusus dari Voldemort. Narcissa menduga tugas ini sebagai pelampiasan amarah Voldemort karena Lucius tidak berhasil mencuri ramalan di Departemen Misteri, bahkan tertangkap. Bellatrix yang tidak menyukai Snape berusaha menghalangi Narcissa dan sempat adu mulut dengan Snape. Namun akhirnya Snape bersedia melakukan Sumpah-Tak-Terlanggar, yaitu dia akan menyelesaikan tugas yang diemban Draco bila Draco terbunuh atau pun tidak sanggup melakukannya. Bila Snape tidak melakukan hal itu, maka nyawanya menjadi taruhannya.
Beralih ke Hogwarts, akhirnya Snape mendapatkan pekerjaan yang telah lama diidam-idamkannya, yakni sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Harry tidak menduga bahwa akhirnya Dumbledore mempercayakan Snape untuk mengajar subjek yang disukainya itu. Harry yang semula gembira karena tidak akan bertemu Snape lagi, terpaksa menelan kekecewaannya. Semula Harry tidak akan meneruskan pelajaran Ramuannya, karena Snape tidak mengizinkan muridnya yang tidak mendapatkan nilai "O" (Outstanding- Luar Biasa) dalam Ujian OWL untuk mengambil kelas NEWT Ramuan. Namun Horace Slughorn, guru Ramuan yang baru, mengizinkan murid dengan nilai "E" (Exceed Expectations - Di Luar Dugaan) seperti Harry, mengambil kelas NEWT nya. Harry yang tidak membeli buku Ramuan, mendapat pinjaman buku sekolah, yang bertuliskan "Milik Half-Blood Prince". Buku ini berisi tips-tips membuat ramuan, yang kadang-kadang menyimpang dari instruksi sebenarnya, tetapi benar-benar memuaskan. Alhasil Harry menjadi murid kesayangan Slughorn. Hermione menyelidiki tentang Prince, dan yang dapat ditemukannya adalah Eileen Prince, kapten tim Gobstone Hogwarts, seorang siswi yang belajar di Hogwarts bertahun-tahun yang lalu. Harry membantah anggapan ini, karena yakin bahwa Prince adalah seorang laki-laki. Namun di akhir cerita terungkap bahwa pemilik buku itu adalah Snape, dan Snape pun mengetahui bahwa Harry yang membawa bukunya karena Harry menggunakan mantra Sectumsempra terhadap Malfoy. Snape-lah yang menciptakan mantera tersebut.
Harry diberitahu Trelawney bahwa Snape-lah yang mencuri dengar pembicaraan-nya dengan Dumbledore di Hog's Head ketika Trelawney hendak melamar jabatan sebagai guru Hogwarts. Harry menduga bahwa Snape juga bertanggung jawab atas kematian orangtuanya.
Di bagian akhir Snape membunuh Dumbledore dengan kutukan Avada Kedavra dan pergi meninggalkan Hogwarts. Saat membunuh Dumbledore, terlihat bahwa raut wajah Snape terlihat seperti marah,padahal ekspresi-nya tersebut bukanlah berarti dia benci pada Dumbledore, tetapi benci akan dirinya yang harus membunuh orang yang sangat dia hormati.
The Deathly Hallows
Snape menjadi kepala sekolah Hogwarts, setelah Kementerian Sihir diambil alih oleh Pelahap Maut. Snape juga ditugaskan untuk memberikan pedang Godric Gryffindor pada Harry tanpa diketahui identitasnya. Menjelang Pertempuran Hogwarts, ia melarikan diri setelah sempat berduel melawan Minerva McGonagall. Sampai akhirnya dia dibunuh oleh Voldemort, penyamarannya sebagai Pelahap Maut tidak terungkap, dan menjadi musuh Orde Phoenix dan Guru Hogwarts. Dalam keadaan sekarat, dia memberikan memorinya pada Harry, dan memohon Harry untuk melihatnya. Hal ini menunjukan kepada siapa sebenarnya kesetiaannya selama ini, kepada Orde Phoenix yang di bawah Dumbledore bukan kepada Pelahap Maut di bawah Voldemort, meskipun semata-mata karena kecintaan-nya pada Lily Evans. Hal ini terungkap di mana patronusnya adalah rusa betina yaitu patronus yang sama dengan Lily, yang ditunjukannya ke Dumbledore untuk membuktikan perasaannya selama ini kepada Lily. Memori itu juga memberikan informasi bahwa Harry adalah Horcrux terakhir, yang tanpa sengaja dibuat Voldemort pada hari kejatuhannya yang pertama (31 Oktober 1981), sehingga ia "harus mati" untuk memusnahkan bagian jiwa Voldemort di tubuhnya. Inilah faktor utama kemenangan Harry atas Voldemort di akhir cerita.
Menurut J.K Rowling, karena Snape melarikan diri dengan masih menjabat kepala sekolah Hogwarts, lukisannya tidak dipajang di kantor Kepala Sekolah di akhir cerita. Harry kemudian berjuang meyakinkan pihak Kementerian Sihir untuk memajang lukisan Snape, sekaligus menjelaskan kepada masyarakat sihir mengenai kesetiaan Snape yang sebenarnya, dan peranannya dalam memerangi Voldemort.