Senyawa azo adalah senyawa yang memiliki gugus fungsi R–N=N–R′, yang mana R dan R′ dapat berupa aril atau alkil. IUPAC mendefinisikan senyawa azo sebagai: "Turunan diazena (diimida), HN=NH, dimana kedua hidrogen tersubstitusi oleh gugus hidrokarbil, misalnya PhN=NPh azobenzena atau difenildiazena."[1] Turunan yang paling stabil mengandung dua gugus aril. Gugus N=N disebut sebagai sebuah gugus azo. Nama azo berasal dari azote, Bahasa Prancis untuk nitrogen yang berasal dari Bahasa Yunani ἀ- (a-, "tidak") + ζωή (zōē, kehidupan).
Banyak bahan tekstil dan kulit menjadi berwarna setelah diberi perlakuan dengan pewarna azo dan pigmen.[2]
Sebagai akibat dari delokalisasi-п, senyawa aril azo memiliki warna yang hidup, terutama merah, jingga, dan kuning. Oleh karena itu, mereka digunakan sebagai pewarna, dan biasanya dikenal sebagai zat warna azo. Beberapa senyawa azo, seperti metil jingga, digunakan sebagai indikator asam-basa karena perbedaan warna yang terjadi saat berada dalam bentuk asam dan garamnya. Kebanyakan cakram DVD dan beberapa CD-R menggunakan zat warna azo biru sebagai pelapis rekam.
Pigmen azo terdiri dari partikel berwarna (biasanya tanah atau lempung) yang diberi warna menggunakan senyawa azo. Pigmen azo sangat penting dalam berbagai cat termasuk cat para seniman atau pelukis. Pigmen ini memiliki sifat pewarnaan yang sangat baik, utamanya dalam rentang warna kuing hingga merah, serta pencahayaan. Pencahayaan tidak hanya tergantung pada karakteristik senyawa azo organik, tetapi juga pada cara bagaimana cahaya dapat terserap pada pembawa pigmen.
Kimia organik
Senyawa aril azo
Senyawa aril azo biasanya stabil, dengan spesi berbentuk kristalin. Azobenzena adalah senyawa azo aromatik prototipikal. Senyawa ini sebagian besar hadir sebagai isomer trans, tapi setelah fotolisis, terkonversi menjadi isomer cis.
Karena garam diazonium terkadang tidak stabil pada suhu mendekati suhu ruang, reaksi kopling azo biasanya dilakukan pada suhu es. Oksidasihidrazin (R–NH–NH–R′) juga menghasilkan senyawa azo.[4] Pewarna azo juga dapat dibuat melalui kondensasi nitroaromatik dengan anilin diikuti dengan reduksi zat antara azoksi yang dihasilkan:
Ilustrasi senyawa azo yang merupakan prekursor zat warna
Senyawa alkil azo
Senyawa azo alifatik (R dan/atau R′ = alifatik) kurang umum ditemui daripada senyawa aril azo. Senyawa alkil azo yang sangat penting secara komersial adalah azobisisobutironitril (AIBN), yang digunakan secara luas sebagai inisiator polimerisasiradikal bebas dan berbagai reaksi yang melibatkan radikal. Senyawa ini mencapai inisiasi melalui dekomposisi, mengeliminasi sebuah molekul gas nitrogen untuk membentuk dua radikal 2-sianoprop-2-il:
Senyawa dialkil diazo yang paling sederhana adalah dietildiazena, EtN=NEt.[6] Karena ketidakstabilannya, senyawa azo alifatik berisiko menghasilkan ledakan.
Pewarna azo yang merupakan turunan benzidina bersifat karsinogen; terpaparnya zat ini secara klasik telah dihubungkan dengan kanker kandung kemih.[10] Karena itu, produksi pewarna azo benzidina dihentikan pada tahun 1980-an "di negara-negara industri barat yang paling penting".[5]
^ abKlaus Hunger, Peter Mischke, Wolfgang Rieper, Roderich Raue, Klaus Kunde, Aloys Engel: "Azo Dyes" in Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, 2005, Wiley-VCH, Weinheim.doi:10.1002/14356007.a03_245.
^Jean-Pierre Schirmann, Paul Bourdauducq: "Hydrazine" in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Wiley-VCH, Weinheim, 2002. doi:10.1002/14356007.a13_177.
^Eva Engel; Heidi Ulrich; Rudolf Vasold; Burkhard König; Michael Landthaler; Rudolf Süttinger; Wolfgang Bäumler (2008). "Azo Pigments and a Basal Cell Carcinoma at the Thumb". Dermatology. 216 (1): 76–80. doi:10.1159/000109363. PMID18032904.