Seni Reak merupakan salah satu kesenian masyarakat Sunda yang berbentuk seni musik dan seni tari Kuda Lumping dan barong singa barong dengan penutup karung goni.
Sejarah
terdapat dua versi keberadaan seni Reak di Jawa Barat, namun dari seluruh versi yang ada masih berkaitan dengan barong asal Ponorogo, Jawa Timur atau Reog Ponorogo.
Versi Pajajaran
Seni Reak merupakan tiruan dari sindiran yang dibuat oleh ki Ageng Surya Alam kepada Raja Majapahit berupa barongan hingga mengakibatkan perang, kabar tentang raja Majapahit yang disindir oleh demangnya terdengar ke seluruh nusantara termasuk kerajaan Pajajaran pada abad ke 15 yang kini dikenal dengan reog.
Karena Kerajaan Pajajaran pernah mengalami tragedi majapahit, maka raja pajajaran membuat sindiran serupa yang dimainkan di istana Pajajaran untuk merendahkan raja Majapahit,
Versi Cirebonan
Seni Reak dibawa oleh orang-orang ponorogo pada abad ke 16-17, jawa timur pada zaman kesultanan Cirebon yang juga berhubungan baik dengan kesultanan Mataram setelah majapahit runtuh. Orang-orang ponorogo yang ahli dalam perang berada di tanah sunda untuk memberikan penjagaan kesultanan Cirebon di daerah-daerah yang rawan untuk melakukan pemberontakan kepada kesultanan Cirebon.
Adapula yang menyebutkan asal kata Seni Reak berasal dari seni Reog, namun dalam vocal orang sunda yang lebih ke "A" menjadikan penyebutan Reog menjadi Reag ataupun Reak. Hingga juga digunakanlah pada seni reak sebuah makna filosofi reog ponorogo yang disusun pemerintah kabupaten ponorogo tahun 1990an, bahwa reog berasal dari kata riyoqun bahasa arab yang berarti Husnul qotimah.
Adapula yang menyebutkan Kata Reak berasal dari eak-eakan ( sahuta-sahutan pemain kesenian itu supaya ramai)
Singa Barong atau singa lodra yang merupakan tokoh dari seni reak dari kerajaan lodaya mempengaruhi nama-nama tiap grup seni reak menggunakan nama lodaya maupun lodra.
Bentuk
Bentuk dari reak berupa barong hewan singa dengan cat warna merah yang di tambahkan rambut-rambut tiruan yang kemudian diberi penutup kain goni pada penutupnya. kain goni hingga saat ini masih di guakan sebagai pengingat kepada generasi muda bahwa hidup pada era kolonial belanda begitu susah.
Pementasan
alur pertunjukan reak biasanya disuguhkanlah tarian reak yang di iringi musik tradisional di tanah lapang maupun berjalan di jalanan, serta tarian kuda lumping di bawakan oleh remaja putra, maka tidak heran pemain dan penonton ikut kerasukan roh leluhur.