Santorini merupakan kelompok bundar pulau gunung berapi di Laut Aegea, terletak 200 km dari daratan Yunani. Pulau ini merupakan kelompok Kepulauan Cyclades. Pulau ini memiliki luas wilayah 73 km² dan populasi 13.600 jiwa (2001). Pulau ini dikenal karena sektor pariwisata dan industri wine-nya. Santorini juga memiliki beberapa situs bersejarah dan dulunya merupakan salah satu pusat peradaban yang penting.
Sejarah
Berdasarkan penemuan di situs arkeologis Santorini, kehadiran manusia di pulau tersebut dimulai pada Masa Neolitik. Pulau ini merupakan lokasi peradaban penting sekitar tahun 3600 SM. Dulunya, Santorini dikenal dengan nama Stongili dari bahasa Yunani yang berarti "Bundar". Penemuan di kota penting dekat Akrotiri dan pantai merah menunjukkan adanya peradaban Minoa di pulau tersebut. Kota itu sangat mirip dengan Pulau Kreta yang banyak dihiasi ornamen dinding dan tembikar bergaya Minoa.[1]
Pada tahun 1500 SM, terjadi letusan gunung berapi yang menenggelamkan bagian tengah Santorini dan beberapa gempa bumi yang terjadi kemudian menyebabkan musnahnya sebagian besar pulau tersebut. Tahun 1300 SM, Fenisia menghuni pulau ini hingga 1100 SM ketika Lakonia mulai menduduki pulau tersebut dan menamaninya menjadi Thera. Pada abad e-6 dan 7 SM, Thera pernah memiliki hubungan perdagangan dan komersial dengan sebagian besar pulau dan kota yang ada di Yunani. Selama Periode Helenistik, Thera menjadi pusat perdagangan dan pangkalan angkatan laut yang penting karena posisinya yang strategis di tengah Laut Aegea.[1] Hal ini terjadi karena penguasa Dinasti Ptolemeus saat itu (penerus Alexander Agung) sedang mengkampanyekan dominasi terhadap Laut Aegea.[2]
Pada tahun 1200 dan 1579, pulau ini sempat berada di bawah kekuasaan Byzantium dan Venesia. Orang-orang Venesia mengganti nama Thera menjadi Santorini, yang diambil dari Saint Irene, sebuah gereja di pulau itu, penguasa pertama adalah Iacopo Barozzi.[3] Itu diduduki oleh Ottoman pada tahun 1537, Khayr al-Din Barbarossa, tetapi dievakuasi, dan akhirnya diduduki pada tahun 1576 oleh Piyale Pasha. Itu tetap berada di tangan Turki, untuk periode tertentu itu adalah bagian dari kadipaten Naxos yang diberikan oleh sultan kepada Josep Nasi, selama berabad-abad, tetapi dengan otonomi yang cukup besar sejak abad ke-17; Revolusi Yunani menyusul pada tahun 1821.[4] Letusan gunung berapi sempat terjadi berkali-kali di pulau ini, di antaranya pada tahun 1570-an, 1650, 1707, 1866-1870, 1925-1926, 1928, 1939-1941, dan 1950.[2]
Produk Lokal
Pertanian
Tanah vulkanis yang subur menyebabkan Santorini dikenal dengan produk hortikultura dan vitikulturanya (pemeliharaan anggur). Dari 36 jenis anggur yang ditanam disini, hanya 4-5 jenis yang digunakan dalam pembuatan wine. Varietas anggur yang paling banyak ditanam adalah Assyrtiko karena cocok dengan tanah Santorini yang sebagian besar terdiri dari abu vulkanis, lava, dan batu apung. Kebun anggur Assyrtiko utama terletak di dekat Desa Megalochori. Anggur ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan wine Santorini yang dikenal dengan sebutan Vinsanto.[5]
Santorini merupakan salah satu pengekspor kacang fava ke berbagai negara di dunia. Umumnya, kacang ini digunakan dalam pembuatan pasta, salad, saus, rebusan, dan risotto. Berbagai varietas tomat juga pernah ditanam di pulau ini untuk mendapatkan tomat yang cocok dengan kondisi pulau yang kekurangan air. Santorini adalah penghasil cherry tomato berasa manis yang digunakan untuk pembuatan Belte, konsentrat pasta tomat. Beberapa tanaman lain yang juga dihasilkan di pulau ini adalah terung, katsouni (semacam timun), semangka, dan zukini.[5]
Anggur dan Keju
Keju yang dihasilkan di Santorini terbuat dari susu kambing yang dikeringkan dan dimatangkan di air asin. Keju tersebut dijual dengan merek Chloro. Beberapa jenis anggur putih yang dihasilkan di pulau ini adalah Nykteri, Santorini, Assyrtiko, Vinsanto, dan Mezzo. Sedangkan anggur merah yang dihasilkan meliputi Mavrathiro, Caldera, dan Brousko.[5]
Kerajinan Tangan
Barang-barang tembikar, tenunan, dan lukisan merupakan seni tradisional di pulau ini. Pulau ini juga menjual suvernir dari batu apung dan mengekspor batu apung ke luar negeri. Namun pada tahun 1986, ekspor tersebut dihentikan untuk menjaga kelestarian kaldera.[5]
Cuaca dan Iklim
Iklim di Santorini serupa dengan iklim Mediterania, yaitu umumnya matahari ada hampir di sepanjang tahun, dengan musim panas yang relatif hangat dan kering, serta musim dingin yang ditandari hujan dan udara sejuk. Dalam satu tahun, Santorini terbagi ke dalam dua musim, yaitu musim kering dan hangat dari April-Oktober dan musim dingin dan hujan dari November-Maret. Selama musim panas, cuaca umumnya stabil dengan matahari bersinar dan biasanya tidak ada hujan. Di musim dingin sekalipun, hujan selama berhari-hari (berturut-turut) jarang terjadi di Santorini.[6] Suhu rata-rata di Santorini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Bulan
Celcius (°C)
Fahrenheit (°F)
Januari
12
53
Februari
13
55
Maret
12
53
April
17
62
Mei
19
66
Juni
25
77
Juli
27
80
Agustus
27
80
September
24
75
Oktober
21
69
November
17
62
Desember
13
55
Hewan Lokal
Pada tahun 1960-an, keledai dan kuda merupakan transportasi utama di Santorini dan telah menjadi simbol dari pulau ini. Di beberapa wilayah Santorini, dapat ditemukan pemeliharaan kambing dan domba yang diutamakan untuk produksi makanan dari daging dan susu kedua hewan tersebut. Kehadiran hewan liar, seperti kelelawar dan rodensia, tidak banyak ditemui di Santorini. Berbagai spesies burung dapat ditemui di pulau ini, contohnya burung gereja, pipit, burung hantu kecil, elang, burung layang-layang, dan gagak.[5] kucing
Sektor Ekonomi dan Pariwisata
Studi dari abad ke-19 akhir hingga 1956 menunjukkan bahwa dulunya pulau ini mampu memproduksi berbagai macam produk pertanian, memiliki industri manufaktur, dan juga tambang. Pada tahun 1935, industri pariwisata Santorini baru mulai berkembang dan hingga saat ini (2006) menjadi sektor utama perekonomian di pulau ini.[7] Sektor pariwisata ini diberitakan telah membawa dampat buruk dengan menumpuknya sampah, terutama sampah plastik di Santorini. Hal ini juga dipengaruhi karena pemerintah Yunani belum memiliki pusat pengolahan atau sistem daur ulang sampah plastik.[8]
^(Inggris) Michael Romanos, Carla Chifos, Francis P. Wray, Frank Russell, Menelaos Triantafillou, E. Crisanti, C. Freese, H. Fulmer, E. Huber, E. Lopez-Stickney, A. Meyer, M. Steele, H. Wadih, N. Luehmann. Santorini: Sustainable Regional Development 2004; regional planning of the islands of Thera and Therasia Phase A: Analysis.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) pp. 16-20.