Rudi PutraRudi Putra ialah ahli biologi berkebangsaan Indonesia yang pada tahun 2014, mendapatkan penghargaan dari Goldman Environmental Prize dalam usahanya memerangi pembalakan liar, perambahan hutan untuk produksi minyak sawit, dan kebijakan yang akan membuka petak-petak ekosistem yang terancam punah untuk pertambangan dan industri perkebunan.[1] Rudi Putra ialah seorang ahli biologi yang bekerja di Provinsi Aceh, yang mendapatkan hadiah sebesar $175.000 dari Goldman Environmental Prize.[1] Putra terpilih sebagai pemenang kategori Island and Island's Nations.[1] Putra diakui untuk kampanyenya untuk membongkar perkebunan kelapa sawit ilegal di dalam Ekosistem Leuser Sumatra, sebuah habitat untuk orangutan yang terancam punah, harimau, badak, dan gajah, serta aktivitasnya seputar rencana untuk menghapus status dilindungi bagi hutan di Aceh.[2] Aktivitas tersebut memuncak pada tahun 2013 dengan dibuatnya petisi yang meminta pemerintah Indonesia untuk menegakkan hukum konservasi dan menolak usulan Aceh.[2] Petisi itu ditandatangani lebih dari 1,4 juta kali, memicu kesadaran dan kecaman internasional yang lebih luas.[2] MotivasiSebagai seorang pelajar SMA yang tumbuh besar di wilayah Aceh, Rudi Putra menunjukkan ketertarikannya terhadap alam dan hewan.[3] Dia mempelajari mengenai biologi konservasi dan jatuh cinta terhadap Badak Sumatra, anggota terkecil dan yang paling terancam punah dalam keluarga rhinoceros.[3] Rudi menjadi peneliti ahli dan juga seorang pemburu, yang memimpin tim perlindungan badak pada ekspedisi lapangan untuk mengejar dan menangkap pemburu liar di Ekosistem Leuser.[3] Wilayah yang memiliki luas sebesar 6,4 juta hektare, hutan yang membentang dari Aceh dan Sumatera Utara secara federal dilindungi dimana merupakan salah satu dari sebagian habitat yang tersisa bagi Badak Sumatra.[3] Rudi menyadari bahwa sebagai tambahan terhadap usaha anti-berburu tanpa izin, usahanya tidak dapat sempurna tanpa membahas bahayanya ancaman yang ditimbulkan di luar konservasi yakni, penghancuran habitat dari perkebunan ilegal kelapa sawit.[3] Studi lanjutan menunjukkan pentingnya hutan bagi 4 juta penduduk yang tinggal dekat dengan Ekosistem Leuser.[3] Hutan juga menyediakan perlindungan dari banjir, yang mana frekuensi dan tingkat keparahan telah meningkat akhir-akhir ini.[3] Putra memulai pekerjaannya tidak hanya dengan melindungi Badak dan habitatnya, tetapi juga masyarakat di wilayah tersebut.[3] Aktivitas penyelamatanDalam melakukan aktivitas penyelamatan ekosistem tersebut, Rudi melakukan pendekatan yang berdasarkan pada inovasi masyarakat kalangan bawah daripada melobi pemerintah daerah secara langsung.[4][5] Pendekatan ini dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan komunitas lokal mengenai besaran masalahnya dan bagaimana pembalakan liar mengancam kehidupan tidak hanya satwa tetapi masyarakat Aceh juga.[4] Rudi membuat rantai dukungan yang dimulai dari anggota komunitas dan secara bertahap meningkat dengan menyertakan pemerintah dan polisi.[4] Saat ini Rudi Putra mengawasi tim pemulihan hutan yang menebang pohon kelapa sawit di Ekosistem Leuser.[4] Hingga hari ini, Rudi telah berhasil mengurangi 26 perkebunan kelapa sawit ilegal di mana 24 diantaranya ditutup atas kesediaan pemiliknya, sedangkan dua yang lainnya yang tidak bersedia menutup perkebunan tersebut ditangkap polisi.[4] PenghargaanAktivis lingkungan dari enam kawasan di dunia dihadiahi penghargaan 2014 Goldman Environmental Prize di San Francisco pada 28 April 2014.[6] Setiap tahun penghargaan yang bernilai $175.000 tersebut menghargai individu-individu yang telah menunjukkan keberanian dan inisiatif melawan rintangan dengan mengambil tindakan yang dapat melindungi lingkungan.[6] Keenam aktivis tersebut ialah Desmond D'sa dari Afrika Selatan, Suren Gazaryan dari Rusia, Ramesh Agrawal dari India, Ruth Buendia dari Peru, dari Amerika ialah Helen Slottje, dan Rudi Putra mewakili Indonesia.[6] Rujukan
Lihat juga |