Ronald Manullang
Seperti perupa angkatannya, Ronald menjadi seorang pelukis beraliran realis. Ia menghadirkan penggalan sejarah masa lalu sebagai inspirasi karya-karyanya. Bersama Haris Purnomo, Bonyong Munnie Ardhie, Gendut Riyanto, Redha Sorana, serta beberapa seniman lainnya, Ronald menjadikan PiPa sebagai wadah memperjuangkan idealisme baru dalam berkarya, walau menuai pro dan kontra publik, bahkan di lingkungan almamaternya sendiri, Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI Yogyakarta. Beberapa kali pameran yang diselenggarakan PiPa digerebek polisi. Tercatat, pameran pertamanya ditutup paksa oleh polisi sebelum sempat dibuka. Alasannya, pihak berwajib mendapat informasi bahwa dalam pameran itu terdapat gambar-gambar pornografi. Tak hanya dari pihak berwajib, pihak kampus STSRI/ASRI pun menganggapnya sangat vulgar dan tak bermutu. Seiring naiknya pamor seni kontemporer, karya-karya perupa seangkatan Ronald berjaya. Menurut Ronald, pada zaman itu lukisan sangat sulit dijual, dibandingkan dengan zaman ketika seni kontemporer mulai berjaya yang kolektor lukisan mulai berdatangan untuk membeli lukisan mereka. Ketika masih mahasiswa, Ronald pernah mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya: Affandi Prize (1976) dan Creativity Art Award, Illustration USA (1990).[2] Referensi
|