Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Reog Kendang

Pertunjukan reog kendang zaman hindia Belanda yang di tarikan oleh para Mantan Gemblak tahun 1938

Reog Kendang adalah kesenian[1] tradisional dari Kabupaten Tulungagung yang berbeda dengan reog lainnya. Sebenarnya Reog kendang lebih mirip pada kumpulan penari jenis alat musik tifa atau jimbe yang di padukan dengan kesenian jaranan, karena dalam bahasa jawa bernama kendang. Di tempat lain, kesenian serupa bernama reog dogdog dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar

Sejarah

Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reog Ponorogo.

Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan reyog Thek (salah satu kesenian di ponorogo yang saat ini bernama Jaranan di kediri, tulungagung, nganjuk, trenggalek, blitar, jombang sekitarnya) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu.[2] Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.[3]

Alur Cerita

Sebenarnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakan dalam pementasan.

Versi Panji Klono Sewandono

Cerita pada versi ini tidak berbeda dengan cerita asal mula Reyog ponorogo maupun Jaranan. Hanya Saja pada Reog kendang menceritakan kegigihan para prajurit dari bantarangin ke kerajaan Daha, Terutama para pembawa alat musik kendang hingga membungkuk yang disebabkan beratnya kendang.

Versi Letusan Gunung Kelud

Sedangkan versi gunung kelud tecipta pada tahun 2014 sebagai kebiasaan masyarakat Tulungagung yang tinggal di sekitar gunung kelud, yang selalu menghadapi letusan gunung kelud dan untuk menghilangkan unsur gemblak yang dianggap tidak etis pada lingkungan sosial. Disimpulkan pada cerita versi ini menceritakan tentang prajurit arak-arakan prajurit Daha mengiringi pengantin Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan atau belum.[1]

Tokoh dan Kostum

Tokoh pada Reog Kendang ialah:

Pakaiaan penari reog kendang yang masih mengadopsi pakaian Jathilan gemblak reyog Ponorogo hingga sat ini
  • 1. Penari pembawa kendang, dengan mengenakan pakaian Jathilan yang ada pada reyog dan menggunakan udeng yang biasa di gunakan oleh para Warok saat itu dengan bentuk Candi Bentar peninggalan majapahit, yang saat ini juga di gunakan masyarakat Banyuwangi dan pendekar Minang. Selain itu di beri aksesoris tambahan kain dibentuk bundar yang melingkar di kepala yang merupakan penghargaan dari kerajaan Jepang atas kerja keras para Gemblak yang membantu akomodasi bahan untuk perang.
  • 2. Penari Buta, dengan kostum yang menyeramkan (Status di hilangkan)
  • 3. Penari Kuda Kepang, dengan anyaman kuda dan kostum jathilan
  • 4. Penari Babi, dengan patung tipis berbentuk babi
  • 5. Penari topeng naga, dengan topeng bernama jepaplok
  • 6. Warok, dengan pakaian penadon.

Gerakan Khas

Para penari kendang memiliki gerakan tari yang khas, yaitu membungkuknya badan. hal ini dikarenakan membawa alat musik kendang saat perjalanan dari kerajaan bantarangin ke kerajaan Daha. Versi lain menatakan bahwa badan yang membungkuk karena para gemblak yang taat, setia dan patuh kepada Warok, maka dari itu sosok warok selalu ada pada kesenian reog kendang tulungagung sebagai pawang atau bomoh.

Tari reog mempunyai gerakan dasar yang diberi nama, Baris, Sundangan, Andul, Menthokan, Gedjoh, Ngongak Sumur, Midak Kecik, Lillingan, Kejang, Patetan, dan Iter.


Perkembangan

apabila pada dahulu reog Kendang dimainkan oleh Seorang pria saa, Kini Reog Kendang juga di tarikan oleh gadis-gadis yang cantik semenjak reyog ponorogo mengganti penari jathilan dari pria menjadi gadis cantik jelita, Hal seperti i juga dilakukan oleh seniman tari remo.

Musik

Musik yang digunakan pada kesenian Reog Kendang menggunakan perkusi Gamelan Reyog seperti Selompret, Gong, Kenong, Kempul, dan tanpa Angklung. tetapi bunyi tetabuhan kendang yang di bawa oleh penari masih dapat di dengarkan, Selain itu juga terdapat nyanyian campursari yang lama.

Sebagai Pengiring Tradisi

Di desa Lowayu kecamatan Dukun kabupaten Gresik, Jawa Timur terdapat kegiatan Tradisi sedekah bumi setiap tahunnya yang sudah berlangsung lama. Tradisi bernamakan Gurdo tersebut selalu menampilkan Reog Kendhang Tulungagungan untuk arak-arakan tradisi tersebut. Namun tradisi dari desa Lowayu tersebut sudah tidak ada.

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya