Psikologi kriminalPsikologi kriminal adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari perilaku, cara berpikir dan proses mental seorang kriminal dan semua hal yang berhubungan dengan perilaku kriminal.[1] Psikologi kriminal dapat dikaitkan dengan antropologi kriminal. Ilmu psikologi kriminal mempelajari mengapa individu atau suatu kelompok melakukan tindak kriminal. Lingkup kajianPsikologi kriminal mempelajari tentang pelaku kriminal dari segi psikologi. Penyebab langsung maupun tidak langsung dari perbuatan-perbuatan kriminal yang dilakukan oleh pelaku kriminal juga dipelajari. Psikologi kriminal juga mempelajari tentang keseluruhan akibat yang dihasilkan dari tindakan kriminal.[2] Dalam psikologi kriminal juga dipelajari tentang gejala-gejala kejiwaan yang dialami oleh pelaku kriminal dan lingkungannya, dan penyebab timbulnya gejala-gejala tersebut. Psikologi kriminal juga membahas mengenai makna pemberian hukuman kepada pelaku kriminal. Karier dari individu yang melakukan tindak kriminal juga dibuatkan deskripsi. Tujuannya untuk mencari situasi dan metode yang dapat mempengaruhinya sehingga berbuat jahat.[3] KonsepAnalisis tindak kriminalKajian mengenai analisis tindak kriminal dilakukan dengan keyakinan bahwa kasus-kasus kriminal yang terjadi memiliki hubungan satu sama lain. Hubungan ini didasarkan kepada kesamaan perilaku dari si pelaku dalam jaringan kejahatan. Kesamaan ini dapat diperoleh berdasarkan laporan dari korban atau hasil pendugaan dari tempat kejadian perkara.[4] Sudut pandangKriminologiPsikologi kriminal yang dipandang dari teori kriminologi dengan hubungannya pada faktor individu. Faktor ini meliputi faktor keturunan dan faktor bawaan lahir. Dai sudut pandang kriminologi, pembahasan tentang psikologi kriminal diawali dengan ciri-ciri psikis dan ciri-ciri psikologis.[5] Peralatan pendukungAlat uji kebohonganAlat uji kebohongan memberikan bantuan yang berguna dalam pekerjaan di bidang psikologi kriminal maupun psikologi forensik. Pembuatan alat uji kebohongan didasarkan kepada pendapat bahwa terdapat hubungan antara emosi yang dialami oleh individu dengan perubahan kondisi jasmaninya. Alat uji kebohongan pertama kali diciptakan oleh John Augustus Larson. Penyempurnaan alat ini dilakukan oleh Leonarde Keeler.[6] Referensi
|