Prayers for Bobby adalah sebuah dokudrama televisi yang pertama kali disiarkan di jaringan Lifetime pada 24 Januari 2009. Film ini dibuat berdasarkan buku, Prayers for Bobby: A Mother's Coming to Terms with the Suicide of Her Gay Son, oleh Leroy F. Aarons, yang didasarkan pada kisah sejati tentang kehidupan Bobby Griffith, seorang pemuda gay yang meninggal karena bunuh diri pada 1983 karena sikap ibunya yang homofobik. Ryan Kelley berperan sebagai Bobby Griffith dan Sigourney Weaver memerankan Mary, ibunya.
Film ini mendapatkan nominasi untuk dua Primetime Emmy Awards dan Sigourney Weaver dinominasikan untuk Golden Globe Award 2010, serta Screen Actors Guild Award 2010. Film ini juga memperoleh GLAAD Media Award 2010, dan prosudernya dinominasikan untuk Producers Guild of America Award 2010, sementara pada saat yang sama memperoleh penghargaan pada Seattle Lesbian & Gay Film Festival.
Plot
Mary Griffith adalah seorang Kristen yang saleh, yang membesarkan anak-anaknya, Ed, Bobby, Joy dan Nancy, sesuai dengan ajaran evangelikal gereja Presbiterian setempat pada tahun 1970-an dan 1980-an di kotanya, Walnut Creek, California.
Ed menemukan Bobby yang berusaha mengatasi pencobaan untuk menelan Tylenol overdosis sebagai upaya awalnya sebelum Bobby akhirnya mengaku kepadanya bahwa ia seorang gay. Kehidupan berubah untuk seluruh keluarga itu setelah Mary tahu tentang rahasianya. Dengan harapan untuk mengubahnya, Mary mengajaknya bertemu dengan seorang psikiater, yang menjelaskan kepada orang tua Bobby bahwa homoseksualitas seseorang disebabkan oleh kurangnya hubungan yang akrab dengan seorang figur orang tua. Ia kemudian menasihati Bobby agar berdoa lebih sering dan mencari penghiburan dalam kegiatan-kegiatan gereja, serta berusaha mengadakan waktu khusus untuk mendekatkannya dengan ayahnya. Sementara ia menikmati waktu yang akrab dengan ayahnya, Bobby menjelaskan kerinduannya untuk menjadi seorang penulis. Tentang hal itu, ayahnya mengatakan "kadang-kadang ada mimpi yang tidak realistik."
Ayah Bobby dan saudara-saudaranya perlahan-lahan bisa menerima homoseksualitasnya, namun Mary percaya bahwa Tuhan dapat menyembuhkannya. Meskipun ibunya berkata kasar, Bobby tinggal di rumah sepupunya Jeannette di Portland, Oregon. Jeannette selalu terbuka terhadap orientasi seksualnya dan berusaha menolongnya menyadari bahwa ibunya tidak akan berubah. Putus asa karena ibunya tidak bisa menerimanya, Bobby berusaha melakukan apapun yang diminta darinya, namun, di luar semua itu, penolakan gereja terhadap homoseksualitas dan upaya-upaya ibunya untuk menekan perilakunya yang semakin meningkat di publik menyebabkan Bobby semakin menarik diri dan mengalai depresi.
Dengan rasa bersalah, Bobby menemukan seorang pacar, David, di sebuah bar gay. Meskipun demikian, sebelum meninggalkan rumah bersama David, Mary berkata kepada Bobby bahwa ia "tidak akan mungkin mempunyai seorang anak yang gay." Setelah Bobby mengetahui bahwa David mengkhianatinya dan meninggalkannya karena ada laki-laki lain, ia terus memikirkan kata-kata ibunya yang penuh dengan prasangka, misalnya, ketika ia mengatakan bahwa "homoseksualitas itu dosa dan (gay) akan dikutuk Tuhan selama-lamnya di neraka." Ia juga menyebut Bobby "sakit," "menyimpang", dan "menjadi ancaman untuk anak-anak kita." Karena depresinya dan kebencian akan dirinya yang kian menguat, pada suatu malam Bobby terjun bebas dari sebuah jembatan di sebuah jalan raya di jalur yang dilewati oleh sebuah truk dengan 18 roda, yang menghantam dan langsung membunuhnya. Keluarganya menerima berita kematiannya pada keesokan harinya dan merasa sangat kehilangan.
Diperhadapkan dengan tragedi mereka, Mary mulai mempertanyakan dirinya dan penafsiran gerejanya atas Kitab Suci. Melalui perjalanannya yang panjang dan emosional, Mary perlahan-lahan mendekati komunitas gay dan menemukan dukungan yang tidak disangka-sangkanya dari mereka. Ia kemudian berkenalan dengan seorang pendeta setempat dari Gereja Komunitas Metropolitan, yang meyakinkannya untuk mengikuti pertemuan Parents, Families and Friends of Lesbians and Gays (PFLAG). Di situlah ia mengingat bahwa Bobby memant berbeda sejak dalam kehamilan dan meyakinkan dirinya bahwa nilai Bobby yang sesungguhnya terdapat di dalam hatinya.
Mary kemudian memberikan pidatonya di rapat Dewan Kota Walnut Creek untuk mendukung perayaan "hari gay" yang disiarkan langsung di televisi. Kemudian ia menceritakan pengalamannya dengan Bobby, perjuangan yang awalnya harus ia hadapi ketika Bobby coming out dan keras kepalanya untuk mengevaluasi kembali keyakinan-keyakinan keagamaannya yang tidak lain daripada "fanatisme" dan "penghinaan yang merendahkan." Mary juga mengakui bagaimana ia akhirnya menyadari bahwa orientasi seksual Bobby adalah lumrah dalam pandangan Tuhan dan bunuh dirinya disebabkan oleh caranya mendidik yang keliru. Ia menyimpulkan pidatonya dengan ajak kepada orang banyak untuk berpikir kembali sebelum mengucapkan atau mendukung homofobia karena "seorang anak pasti mendengarkan." Usul itu ditolak, tetapi Mary dan keluarganya pergi ke San Francisco dengan rekan-rekan sesama anggota PFLAG dan berjalan dalam sebuah parade kebanggaan gay. Di situ ia bertemu dengan seorang anak muda lainnya yang persis seperti Bobby yang menonton parade itu. Ia menghampirinya dan merangkulnya, dan akhirnya mampu menerima kematian anaknya. Mary pun berjanji untuk bekerja keras untuk hak-hak kaum gay dan lesbian.[1]
Pemeran
Produksi
Film ini disutradarai oleh Russell Mulcahy, dan penulis skenario Katie Ford berdasarkan teleplay dari buku yang laris Prayers for Bobby: A Mother's Coming to Terms with the Suicide of Her Gay Son oleh Leroy F. Aarons, seorag psikolog yang mewawancarai Mary Griffith tentang pengalamannya yang menyebabkan anaknya bunuh diri serta keterlibatannya dalam perjuangan untuk hak-hak komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgendered. Film ini diproduksi oleh Once Upon A Times Films, Ltd yang bekerja sama dengan Permut Presentations dan Sladek Taaffe Productions, dengan produser pelaksananya Daniel Sladek, Chris Taaffe, David Permut dan Stanley M. Brooks.[2]
Adegan terakhir film ini menampilan Leona Lewis dengan "Here I Am". Selain "I Need You to Listen" oleh Megan McCormick, lagu yang digunakan dalam trailernya berjudul My Name is Lincoln yang dikarang oleh Steve Jablonsky dan aslinya merupakan bagian dari soundtrack The Island.
Penerimaan
Prayers For Bobby ditonton oleh 3,8 juta penonton keseluruhannya ketika film ini pertama kali diputar pada 24 Januari 2009 di Lifetime, dengan jumlah penonton 2,3 juta pada pemutaran berikutnya pada 25 Januari 2009[3] sehingga jumlah keseluruhan penontonnya mencapai 6,1 juta orang.
Brian Lowry dari Variety (Majalah) menulis "Debut film TV Sigourney Weaver membuktikan kita layak menantikannya, karena Prayers for Bobby yang didasarkan fakta dan dibuat oleh Lifetime membahas kembali tema yang serupa yang dipecahkan hampir 25 tahun yang lalu oleh film bertemakan AIDS "An Early Frost" dan — berkat kebencian terhadap gay yang berkelanjutan dan didasarkan pada agama — masih terasa segar dan tajam."[4]
Pada 7 Desember 2010, Prayers for Bobby diedarkan dalam bentuk DVD di Amazon.com.
Penghargaan
Sigourney Weaver memperoleh Trevor Life Award dari The Trevor Project untuk partisipasinya di dalam film ini.
Charles Robbins, direktur pelaksana dan pejabat pelaksana utama dari Trevor Project, mengatakan dalam pernyataannya, "Sigourney Weaver dan Lifetime memberikan inspirasi kepada orang muda dan keluarga-keluarga yang akan menyaksikan film-film seperti Prayers for Bobby dan memahami pentingnya merayakan kepelbagaian dan kehidupan."[5]
Prayers for Bobby mendapatkan nominasi untuk dua Primetime Emmy Award untuk Primetime Emmy Awards ke-61:
Pada 15 Desember 2009, Weaver dinominasikan oleh Hollywood Foreign Press Association untuk Golden Globe Award untuk Penampilan Akris Terbaik dalam Seri Mini atau Film untuk Televisi untuk penampilannya.
Pada 2010, Weaver juga dinominasikan oleh Screen Actors Guild Award untuk Penampilan Akris Terbaik dalam Film Televisi atau Seri Mini.
Pada 2010, Prayers for Bobby memperoleh GLAAD Media Award untuk Film TV atau Seri Mini Terbaik pada GLAAD Media Awards ke-21.[6]
Catatan
Denominasi Presbiterian Bobby yang konservatif, yang merupakan pendahulu dari gereja arus utama yang lebih moderat Presbyterian Church (U.S.A.), berubah dari menolak kaum gay menjadi menerima dan menahbiskan pendeta gay pada 2010 serta memberkati pernikahan sesama jenis di gereja mereka pada 2014.
Lihat juga
Rujukan
Pranala luar