Bentuk batu sebagai lingga, tetapi terpahat secara eksplisit seperti phallus dengan hiasan tindikampallang. Prasasti dipahatkan pada pokok lingga dan dasar lingga menggunakan aksara Jawa Kuno dan menggunakan bahasa Jawa Pertengahan yang berasal dari masa Majapahit akhir (sekitar 1400 Masehi).[1]
Tulisan
Lingga Sukuh memiliki dimensi ukuran tinggi 192 cm dengan keliling 177 cm. Terdapat dua bagian yang memiliki pahatan tulisan, yaitu pada tubuh/pokok lingga dan pada dasar lingga.
Tulisan pada pokok lingga
Pahatan tulisan pada bagian lingga terdapat dua baris tulisan yang dibaca dari bawah ke atas. Pada baris pertama terdapat 22 huruf dan di bagian akhir baris ini terdapat 4 motif hiasan berbentuk bunga. Pada baris kedua terdapat 11 huruf dan di bagian akhir baris ini terdapat motif hiasan berbentuk keris mengarah ke atas. Pada bagian ujung keris tersebut terdapat motif gambar matahari. Terdapat motif gambar bulan sabit dan bulatan kecil pada bagian kanan motif gambar matahari.[2]
Tulisan pada dasar lingga
Pada bagian dasar lingga terdapat 4 baris pahatan tulisan. Pahatan tulisan ini memiliki 2 bingkai persegi. Bingkai persegi pertama memuat pahatan tulisan baris pertama. Bingkai persegi kedua memuat pahatan tulisan baris kedua hingga baris keempat.[3]
Penobatan Hyang Bagawan Gangga Sudhing (sebagai) tanda (adalah) seorang laki-laki sejati (dari seluruh) intisari yang terbaik di dunia
Alih bahasa pada bagian lingga baris kedua:
Pada saat Sabtu Kliwon wuku Wayang
Referensi
^Zoetmulder, P.J. (1985). Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Yogyakarta: Djambatan.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcDarmosoetopo, Riboet (1975–1976). "Komplek Percandian Sukuh dan Sekitarnya". laporan Penelitian Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan di Lereng Barat Gunung Lawu. Proyek PPPT-UGM.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^ abcMuusses, Martha A (1923). "De Soekoeh-Opschriften". TBG. LXII: 496–514.