Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Pondokgede, Bekasi

Pondokgede
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KotaBekasi
Pemerintahan
 • CamatZainal Abidin Syah, S.T., M.M
Populasi
 • Total229,787 jiwa
Kode Kemendagri32.75.08 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3275010 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan5
Peta
PetaKoordinat: 6°16′50.16″S 106°55′21.36″E / 6.2806000°S 106.9226000°E / -6.2806000; 106.9226000


Pondok gede adalah sebuah kecamatan di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Awalnya Pondok gede merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Bekasi sebelum masuk ke dalam wilayah Kota Bekasi. Mencakup wilayah yang sekarang terpecah menjadi Kecamatan Jatiasih, Jatisampurna dan Pondok Melati.

Pondokgede merupakan kawasan perbatasan antara DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Pondokgede secara historis adalah salah satu gabungan dari wilayah Pondok Melati, Jatiwaringin, Jatiasih, Jatimakmur, Jatibening, Jaticempaka, dan Jatisampurna.

Pondok gede berbatasan dengan Kecamatan Makasar, dan Kecamatan Bekasi Barat di sebelah utara, Kecamatan Cipayung di sebelah barat, Kecamatan Bekasi Selatan di sebelah timur, dan Kecamatan Pondok Melati dan Jatiasih di sebelah selatan.

Sejarah

Pada tahun 1775, Pondok Gede merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut dengan Onderneming. Di wilayah ini, terdapat sebuah rumah besar milik seorang tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena ukurannya yang besar, masyarakat setempat menyebut daerah itu sebagai "Pondokgede".[1]

Hingga tahun 1949, berdasarkan Besluit Bestuurorganisatie Batavia en Ommelanden yang termuat di dalam Staatsblad tahun 1949 №64, Pondok Gede termasuk bagian daripada Residensi Ommelanden van Batavia yang berpusat di Depok.[2] Pondok Gede, bersama-sama dengan Mampang Prapatan, Pasar Rebo, dan Pasar Minggu diberi status onder-distrik yang berada di bawah Distrik Kramat Jati.[3]

Pendidikan

Rujukan

  1. ^ [1]
  2. ^ Pemerintah Kotapraja Jakarta Raya 1958, hlm. 127-28.
  3. ^ Pemerintah Kotapraja Jakarta Raya 1958, hlm. 129.

Kepustakaan


Kembali kehalaman sebelumnya