Pertempuran Melaka (2 Agustus 1640 – 14 Januari 1641) merupakan pertempuran antara Portugis dengan Belanda dengan keberhasilan Belanda merebut Melaka dari Portugis.
Sejarah
Pada awal abad ke-17, Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnie, VOC) memulai kampanye untuk menghapuskan pengaruh Portugis di Timur.[1] Pada saat yang bersamaan, Portugis telah membangun kubu pertahanan (Fortaleza de Malaca), mengawal Selat Melaka dan mengawal perdagangan rempah-rempah di Melaka. Pada pertempuran pertama dalam menyerbu Melaka pada tahun 1606, Belanda gagal dalam misinya tersebut, namun telah menyebabkan Armada Afonso de Castro mengalami cedera parah.
Pengepungan
Belanda sekali lagi bersepakat dengan Kesultanan Johor untuk menyerang Melaka. Pada bulan Juni 1640 armada Belanda di bawah Laksamana Villmsona Kartek dengan bantuan dari Kesultanan Johor[2] mengepung benteng Portugis di Melaka.[3]
Usaha Belanda-Johor bergabung untuk mengalahkan Portugis berhasil ketika mereka mampu mengalahkan Postugis. Melaka yang menjadi benteng terakhir kekuatan Portugis telah dikuasai sekaligus mengakhiri pengaruh Portugis di Nusantara. Sesuai dengan perjanjian dengan Johor pada 1606, pihak Belanda mengambil alih pemerintahan Melaka dan setuju untuk tidak menuntut wilayah atau berperang dengan kerajaan-kerajaan Melayu.
Konsekuensi
Setelah jatuhnya Melaka, kepentingannya[4] sebagai gudang maritim utama di Asia Tenggara, yang menghubungkan India dan Tiongkok, telah menurun tajam.[5][6] Dan Kesultanan Johor dan Pattani menjadi lebih dikenal karena perdagangan dan perang regional.[6]