Permadani, babut, ambal atau karpet adalah tekstil penutup lantai, terdiri dari lapisan atas "berbulu" yang melekat pada alasnya.[1] Tumpukan permadani umumnya terbuat dari wol atau serat buatan manusia seperti polypropylene, dan biasanya terdiri dari lilitan-lilitan jumbai yang acapkali dipanaskan untuk mempertahankan strukturnya.
Istilah "karpet" sendiri berasal dari kata dalam bahasa Italia kuno carpita, "carpire" yang berarti membului. Kata karpet biasanya dipakai juga untuk menyebut permadani, di mana permadani Persia diperkenalkan setelah dibukanya jalur perdangangan dengan Eropa barat pada abad ke-17. Dalam sejarahnya karpet atau permadani dipakai juga untuk menyebut penutup meja maupun dinding, karena karpet tidak lazim dipakai untuk menutupi lantai di Eropa hingga abad ke-18.
Peristilahan
Menurut pengertiannya, karpet merupakan bahan tekstil sebagai penutup lantai, yang terdiri dari beberapa lapisan, lapisan atas adalah bulu yang melekat pada alasnya sedangkan lapisan bawah adalah alasnya itu sendiri. Pada umumnya, karpet terbuat dari bahan wol atau serat buatan manusia contohnya seperti polypropylene, dan memang biasanya terdiri dari lilitan-lilitan benang yang biasanya dipanaskan untuk mempertahankan struktur karpet.
Jika dilihat dari penyebutannya, asal muasal istilah karpet diambil dari bahasa Italia kuno yaitu carpita, "carpie" yang berarti membului. Pada abad ke 18 masayarakat Eropa selain untuk penutup lantai, karpet juga digunakan untuk penutup meja atau pun juga dinding.
Dalam sejarahnya, keberadaan karpet sekarang ini adalah salah satu bentuk tradisi manusia yang cukup tua. Sejarah mencatat karpet bermula berasal dari Asia Tengah antara 2-3 abad sebelum masehi (SM). Karpet tertua sendiri ditemukan dalam kuburan di lembah Pazyrik yang diperkirakan berasal dari lima sampai empat abad SM.
Istilah lain yang juga digunakan untuk merujuk bahan tekstil dari bahan bulu atau katun sebagai penutup lantai yaitu ambal atau permadani.