Perang Granada
Perang Granada (bahasa Spanyol: Guerra de Granada) adalah kampanye militer yang dilancarkan antara tahun 1482 hingga 1492 oleh Monark Katolik (los Reyes Católicos) Isabella I dari Kastilia dan Ferdinand II dari Aragon terhadap Keamiran Granada yang berada di bawah kekuasaan Banu Nashri. Perang ini dimulai setelah Granada melancarkan serangan ke kota Zahara pada Desember 1481 sebagai balasan atas serangan Kristen. Granada menaklukan kota tersebut dan memperbudak warganya. Kastilia dan Aragon kemudian menggunakan hal ini sebagai justifikasi untuk menyatakan perang terhadap Granada. Granada pada akhirnya ditaklukan oleh Kastilia, sehingga mengakhiri kekuasaan Islam di al-Andalus. Perang yang berlangsung selama sepuluh tahun ini tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi merupakan serangkaian kampanye militer musiman yang dilancarkan pada musim semi dan dihentikan pada musim dingin. Granada sebelumnya telah melemah akibat konflik internal dan perang saudara, sementara kaum Kristen telah bersatu. Dalam perang ini, artileri juga digunakan secara efektif oleh orang-orang Kristen untuk menaklukan kota-kota dengan cepat (tanpa artileri, kota-kota tersebut harus dikepung untuk waktu yang lama). Pada 2 Januari 1492, Muhammad XII dari Granada (Raja Boabdil) menyerah kepada Kastilia. Setelah perang berakhir, convivencia ("kehidupan berdampingan") antara agama-agama di Iberia telah berakhir: Dekret Alhambra pada tahun 1492 menyatakan bahwa orang-orang Yahudi harus menjadi Katolik; jika tidak, mereka harus pergi dari Spanyol. Pada tahun 1501, semua orang Islam di Granada juga diharuskan menjadi Katolik, dan bila menolak mereka akan diusir dari Spanyol; pada tahun 1526, kebijakan ini telah diterapkan di seluruh Spanyol. Jatuhnya Granada masih dirayakan setiap tahunnya oleh Dewan Kota Granada, dan Perang Granada dianggap sebagai perang terakhir dalam upaya Reconquista. Bibliografi
|