PenggingPengging adalah nama kuno untuk suatu wilayah yang sekarang terletak di wilayah Boyolali . Pusatnya sekarang terletak di Banyudono, Boyolali. Di Desa Dukuh, Banyudono sekarang dibangun kawasan wisata berupa pemandian yang ramai dikunjungi orang untuk melakukan ritual bersih diri, karena terdapat mata air (umbul) yang dianggap suci. Di dekat tempat pemandian ini juga terdapat makam pujangga Sastra Jawa Baru yang terkemuka, Yasadipura I. Nama Pengging disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan komplek Candi Prambanan. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan penyebaran agama Islam di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng Pengging. Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak. Kalangan sejarah di Jawa banyak yang menganggap bahwa Pengging adalah cikal-bakal Kesultanan Pajang, kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa setelah Kesultanan Demak runtuh. Semenjak berkembangnya Kesultanan Mataram dan masa-masa selanjutnya, wilayah Pengging kehilangan kepentingannya dan pusat pemerintahannya berangsur-angsur menjadi tempat untuk pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus Mataram. Pengelolaan situs sejarah ini pada masa kolonial dilakukan oleh pihak Kasunanan Surakarta dan sekarang tanggung jawab berada di tangan Pemerintah Kabupaten Boyolali. Asal-usulBerdasarkan beberapa cerita tutur Jawa, nama Pengging pernah disinggung sebagai salah satu nama kerajaan yang berdiri pada abad kelima belas hingga abad keenam belas di daerah hulu Sungai Bengawan Solo.[1] Nama lama untuk daerah Pengging atau daerah yang berbatasan dengan Pengging ialah Bobodo. Nama tersebut terlampir dalam kisah perjalanan yang ditulis menggunakan bahasa Sunda pada abad kelima belas yang dilakukan oleh seorang penjelajah Bujangga Manik.[2] Referensi
Daftar pustaka
Lihat pula
|