Sebelum serangan dimulai, pelaku masuk ke Mabes Polri melalui pintu belakang. Kemudian, pelaku menanyakan keberadaan kantor pos kepada anggota polisi yang sedang berjaga di pos pintu utama. Anggota polisi tersebut lantas menunjukkan arah kantor pos yang dimaksud. Selanjutnya, pelaku keluar dari pos penjagaan Mabes Polri, tetapi kembali lagi dan melepaskan tembakan kepada anggota polisi di lokasi. Atas tindakan tersebut, polisi mengambil tindakan tegas menembak pelaku hingga tewas.[2][3]
Pistol yang digunakan oleh pelaku adalah pistol berjenis senapan angin berkaliber 4,5 milimeter dan penuh dengan butiran besi.[4][5]
Pelaku
Pelaku diidentifikasikan sebagai Zakiah Aini, seorang perempuan yang tinggal di Ciracas, Jakarta Timur.[6] Ia merupakan mantan mahasiswa Universitas Gunadarma yang menepuh jurusan Akuntansi, yang keluar sekitar tahun 2015 setelah tidak berkuliah lagi selama dua tahun.[7] Diketahui ia bergabung dengan sebuah klub menembak yang bernama "Basis Shooting Club". Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) kemudian menjelaskan bahwa klub tersebut sudah lama dibekukan karena tidak aktif dan Aini bukan anggota Perbakin, yang keanggotaannya wajib untuk mendapatkan lisensi senjata api.[8][9]
Kepala Kepolisian Listyo Sigit Prabowo kemudian mengumumkan bahwa penyerangnya adalah serigala penyendiri yang terpengaruh ideologi ISIS.[1] Sebuah surat wasiat yang ditujukan pada keluarganya ditemukan di rumahnya.[10] Wasiatnya berisi rela mati syahid dan kebencian yang mendalam dan dendam terhadap hal-hal yang "tidak Islami" seperti institusi negara, ideologi dan sistem politk, hingga pada perbankan.[11]
Seorang saksi mengaku melihat adanya seorang rekan laki-laki yang membantu pelaku.[12][13][14] Kepolisian menyangkal kesaksian tersebut dan memastikan bahwa pelaku yang terlibat hanya satu orang, tanpa memberikan informasi lebih lanjut.[15]
Reaksi
Setelah penembakan tersebut, Polri memberlakukan keamanan besar-besaran di daerah tersebut.[16] Keamanan juga ditingkatkan di Istana Negara.[17]
Komisi Kepolisian Nasional, mengkritik Polri terkait penyerangan tersebut. Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto, mempertanyakan bagaimana para satpam di pintu masuk dengan senjata tersembunyi itu. Dia juga menanyakan apakah ada anggota Polwan yang bertugas di situ sebelum serangan terjadi.[18]
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Februari 2023.