Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Patah Hati Seorang Ibu

Patah Hati Seorang Ibu
SutradaraAgus Ellyas
ProduserLeonita Sutopo
Ditulis olehNasrul Ramadhan
PemeranEnny Beatrice
Anna Tairas
Alan Nuary
Harry Prabowo
Tuty Wasiat
Pong Hardjatmo
Nyoman Dewantara
Tien Kadaryono
WD Mochtar
Gino Makasutji
Erna Santoso
Dolf Damora
Yusar Nazarudin
Ardiwilaga
Dora Hendra
Penata musikFranki Raden
PenyuntingKarsono Hadi
DistributorPT. Inem Film
Tanggal rilis
1985
Durasi102 menit
NegaraIndonesia

Patah Hati Seorang Ibu adalah film Indonesia tahun 1985 dengan disutradarai oleh Agus Ellyas dan dibintangi oleh Anna Tairas dan Alan Nuary.

Sinopsis

Karena suaminya meninggal bunuh diri akibat judi, Marni (Anna Tairas) terpaksa membesarkan empat anaknya. Anak tertua, Fawzi (Alan Nuary), tidak setuju ibunya kawin dengan Erwin (Pong Hardjatmo). Waktu Marni ingin memaksa kawin juga, Fawzi lari ke rumah kakeknya, yang memang tidak menyukai Marni, dan tertabrak mobil hingga pincang. Marni memutuskan hidup sendiri. Waktu anak-anak sudah besar, dan Marni berhasil memiliki butik tempatnya bekerja, kemalangan tetap menghantui. Tanti (Enny Beatrice), anak bungsunya, hamil dengan sutradara film, digugurkan, lalu terpikat seniman lain, dan pergi entah ke mana. Firman, anak kedua, yang brangasan selalu jadi masalah karena tindakan kasarnya. Fadly, anak ketiga, yang berhasil jadi dokter, bunuh diri karena dipermainkan Misye (Tuty Wasiat), pacar dan teman usaha Fawzi. Misye mencintai Fawzi, tetapi yang terakhir ini hanya ingin hartanya saja. Dalam kesepiannya ia merayu Fadly, meski akhirnya menikah dengan Fawzi. Ketika akhirnya tahu, Fawzi dan Misye bercerai. Fawzi datang ke rumah ibunya, tepat setelah Firman ditangkap polisi, karena mengakibatkan pacara Tanti, yang seniman terbunuh. Fawzi ingin minta warisan untuk membeli restoran usahanya bersama Misye. Erwin yang datang kembali dan berada di rumah, memukul Fawzi yang tidak tahu diri. Marni marah dan mengusir Erwin, karena bagaimanapun Fawzi adalah anaknya. Fawzi menyesal setelah membaca surat tinggalan ayahnya yang minta maaf karena hanya menyusahkan Marni. Marni kembali ke rumah yatim piatu, tempat asalnya, untuk mengajar dan memaafkan dan menyuruh Fawzi pulang.[1]

Referensi

  1. ^ JB Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-1995, PT Grafiasri Mukti,Jakarta, 1995 hal 293

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya