Pasar SantaPasar Santa atau Santa Modern Market merupakan salah satu pasar di Jakarta yang dikenal memiliki ciri khas sebagai pasar tradisional sekaligus pasar modern. Pasar ini terdiri dari satu bangunan dengan tiga lantai yang berlokasi di kawasan Blok Q, Jakarta Selatan. Tren Pasar Santa mulai dikenal luas oleh masyarakat sejak dilakukan perombakan dan selama tahun-tahun berikutnya, pasar ini mengalami fluktuasi jumlah pengunjung. SejarahPasar Santa diresmikan sebagai pasar tradisional pada tahun 1971,[1] yang bertujuan untuk mendukung pengembangan permukiman baru saat itu yakni, Kota Baru Kebayoran.[2] Pasar ini didirikan di atas tanah seluas 10.953 m²,[3] dan pada Mei 2007 mulai dilakukan perombakan untuk dibangun gedung tiga lantai seluas 7.328 m².[3] Sejak pertama didirikan, terdapat sejumlah versi yang menyebutkan asal usul penamaan pasar ini. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa istilah "santa" didasarkan pada nama seorang anemer (pemborong) yang saat itu terlibat dalam pembangunan Pasar Santa.[4] Versi lain menyebutkan Pasar Santa dinamai demikian karena berdekatan dengan Gereja Santa Perawan Maria Ratu yang berlokasi sekitar 200 meter dari pasar tersebut.[2] OperasionalPasar Santa berlokasi di Jalan Cipaku I No. 233, RT.5/ RW.4, Petagogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.[5] Masing-masing lantai di dalam gedung pasar memiliki sektor komoditas yang bervariasi. Di bagian rubanah merupakan area bagi pedangan sayur, sembako, daging dan ikan. Area ini mulai buka pukul 06.00 WIB hingga 10.30 WIB. Sementara itu di lantai dasar atau kedua merupakan tempat kios-kios perlengkapan rumah tangga serta toko tekstil dan pakaian. Area ini buka sekitar pukul 11.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Dan lantai paling atas atau ketiga merupakan lokasi para pelaku usaha kreatif menjajakan kuliner maupun barang-barang antik seperti, kaset jadul, aksesoris dan baju bekas impor (thrift).[6] RevitalisasiSetelah direnovasi dan mendapatkan gedung permanen pada tahun 2007, Pasar Santa turut menyediakan kios-kios baru berukuran 4 m²,[1] sebanyak 1.151 buah bagi para pedagang. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya dilirik oleh masyarakat sehingga menyisakan kios-kios yang tidak terisi khususnya di lantai ketiga.[3] Hingga pada pertengahan 2014, kios-kios kosong tersebut bertransformasi menjadi tempat yang populer dan ramai dikunjungi dengan adanya para pelaku usaha kreatif yang menempatinya. Pasar Santa kemudian menjadi salah satu destinasi wisata pasar di Kota Jakarta. Namun, tren ini sempat mengalami penurunan. Hingga pada Maret 2024, sebanyak 203 dari 326 kios di lantai atas menutup usahanya. Salah satu penyebabnya adalah karena kenaikan tarif sewa yang dibebankan kepada masing-masing penyewa kios oleh pihak pengelola gedung. Saat ini beberapa kios yang masih bertahan dan aktif hanya sekitar 123 kios.[1] Referensi
|