Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Paleoantropologi

Fosil Tengkorak Hominid dalam Pajangan Museum Osteologi

Paleontropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan perkembangan manusia dengan fosil manusia purba sebagai objek penelitiannya[1] dan merupakan salah satu dari cabang ilmu Biologi dan Antropologi. Paleoantropologi berasal dari bahasa Yunani: παλαιός (palaeos) "tua, kuno", anthrōpos (ἄνθρωπος), "manusia", pemahaman akan kemanusiaan, dan -logia (-λογία), "ilmu"), yang merupakan kombinasi dari disiplin ilmu paleontologi dan antropologi ragawi, merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia pada masa lalu yang ditemukan dalam bentuk fosil hominid seperti tulang dan tapak kaki yang mengalami petrifikasi.

Sejarah paleoantropologi

Abad ke-18

Sejak masa Carl Linnaeus, kera besar dianggap sebagai relasi paling dekat dengan manusia, berdasarkan kesamaan morfologi. Pada abad ke-19, diperkirakan bahwa relasi terdekat dengan manusia adalah simpanse dan gorila, dan berdasarkan kemiripannya, diduga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan kera Afrika dan fosilnya pasti dapat ditemukan di Afrika.[2]

Abad ke-19

Charles Robert Darwin.

Cabang ilmu ini diperkirakan muncul pada akhir abad ke-19 ketika terjadi penemuan penting yang berujung terhadap studi evolusi manusia. Hal tersebut adalah penemuan manusia Neanderthal di Jerman, karya Thomas Huxley yang berjudul Evidence as to Man's Place in Nature, dan karya Charles Darwin yang berjudul The Descent of Man merupakan awal penelitian paleoantropologi yang penting.

Cabang ilmu paleoantropologi modern dimulai pada abad ke-19 dengan penemuan "manusia Neanderthal" (yang ditemukan pada tahun 1856, tetapi di daerah lain terdapat penemuan tulang yang mirip sejak tahun 1830), dan dengan bukti yang menunjukkan bahwa temuan tersebut merupakan manusia gua. Ide bahwa manusia memiliki kemiripan dengan kera besar telah ada pada beberapa orang sejak lama, tetapi ide mengenai evolusi biologi mengenai spesies secara umum tidak diakui hingga setelah Charles Darwin mempublikasikan On the Origin of Species pada tahun 1859.

Walaupun buku pertama Darwin mengenai evolusi tidak mengacu kepada pertanyaan mengenai evolusi manusia—"light will be thrown on the origin of man and his history," atau cahaya akan terungkap pada masalah asal manusia dan sejarahnya," merupakan pernyataan yang Darwin tulis pada buku tersebut—tetapi pembaca kontemporer mengerti bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk teori evolusi.

Debat antara Thomas Huxley dan Richard Owen dipusatkan terhadap ide mengenai evolusi manusia. Huxley menggambarkan persamaan dan perbedaan antara manusia dan monyet pada bukunya yang diterbitkan tahun 1863 Evidence as to Man's Place in Naturedengan meyakinkan. Ketika Darwin menerbitkan bukunya sendiri dengan judul Descent of Man, buku tersebut telah terkenal untuk interpretasi mengenai teorinya—dan interpretasi tersebut yang membuat teorinya menjadi konroversial. Bahkan banyak pendukung Darwin (seperti Alfred Russel Wallace danCharles Lyell) menolak dengan keras pendapat bahwa manusia dapat melakukan evolusi pada kapasitas mental mereka dengan tidak terbatas dan kepekaan moral melalui seleksi alam.

Paleontropolog terkenal

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Recca Ayu Hapsari. Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Aura Publisher. hlm. 8. ISBN 978-623-211-107-3. 
  2. ^ Kerry Bright, sponsored by the National Science Foundation at the University of Montana. "Human Evolution: Background Information". Evolution Education website, evoled.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-12-26. Diakses tanggal 2013-11-18. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya