Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Pacoa jara

  • Pacoa jara
  • Pacoa jara mbojo
Para pamaco jara (joki) dalam pacoa jara (pacuan kuda khas Bima) di daerah Bima, pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Jenispacuan tradisional (menggunakan hewan)
Budaya awalSuku Bima

Pacoa jara alias Pacoa jara mbojo (arti: 'pacuan kuda bima') adalah satu jenis olahraga atau pacuan tradisional khas Suku Bima di Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang biasanya menggunakan Kuda Sumbawa. Di masa kini, pacoa jara telah berkembang menjadi sebuah ajang pertandingan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintahan Kabupaten Bima. Sejak tahun 2016, pemerintah Republik Indonesia mengakui pacoa jara secara resmi sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia dalam bidang Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat.[1]

Etimologi

Secara etimologi, istilah pacoa jara yang alias pacoa jara mbojo, adalah sebuah pengistilahan dalam bahasa Bima yang memiliki arti 'pacuan kuda', atau secara harfiah disebut 'pacuan kuda bima' . Kata mbojo secara khusus merupakan istilah lokal untuk menyebut Suku Bima itu sendiri (dapat merujuk kepada wilayah maupun etnis).

Sejarah

Dua pria suku Bima menunggangi kuda di Bima

Pacoa jara alias pacoa jara mbojo bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat pribumi pulau Sumbawa, tradisi ini telah dilakukan sejak berabad-abad lalu khususnya oleh masyarakat beretnis Bima dan Sumbawa (pacuan kuda khas Sumbawa bernama maen jaran).

Pacoa jara mengalami revitalisasi masif utamanya sejak tahun 1800-1900an. Bermula dari komandan kavaleri Kesultanan Bima yang bergelar Bumi Jara Nggampo menyeleksi kuda untuk Kesultanan sebagai kuda perang. cara yang dilakukan adalah kuda-kuda diadu kekuatan dan kecepatannya di pinggir pantai. Sejak saat itu, tradisi pacoa jara mulai dikenal dan hidup di tengah-tengah Masyarakat Bima sebagai suatu olahraga pacuan kuda tradisional yang rutin diadakan setiap tahun.[2]

Tata cara

Dalam hal Pacoa Jara di Kabupaten Bima, peraturan yang diggunakan sistem gugur. Bagi kuda yang kalah dalam, tidak diperkenankan untuk mengikuti pertandingan selanjutnya. Sementara para pemenangnya akan bertanding lagi sampai menghasilkan juara.[3]

Klasifikasi

Selain peraturan yang mengatur teknik bermain Pacoa Jara, ada pula peraturan yang mengklasifikasikan kuda-kuda pacuan dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Klasifikasi tersebut diantaranya adalah:

  1. Kelas Teka Saru bagi kuda-kuda pemula yang baru pertama kali mengikuti perlombaan;
  2. Kelas Teka Pas bagi kuda yang telah mengikuti perlombaan sebanyak 2-3 kali;
  3. Kelas Teka A bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 117-120 centimeter;
  4. Kelas Teka B bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 121 centimeter;
  5. Kelas OA bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan 126 centimeter yang giginya telah tanggal sebanyak 4 biji;
  6. Kelas OB bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 127-129 centimeter;
  7. Kelas Harapan bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter;
  8. Kelas Tunas bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter dan gigi tarinya telah tumbuh;
  9. Kelas Dewasa.

Lihat pula

  • Mamajir — balapan tradisional khas suku Kangean di pulau Kangean, Kepulauan Kangean
  • Pacu jawi — balapan tradisional khas suku Minangkabau di Tanah Datar, Sumatera Barat
  • Karapan sapi — balapan tradisional khas suku Madura di pulau Madura
  • Pacu itiak — balapan tradisional khas suku Minangkabau di Payakumbuh, Sumatera Barat
  • Maen jaran — balapan tradisional khas suku Sumbawa di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
  • Pacu baluik — balapan ketangkasan tradisional suku Minangkabau di Sumatera Barat

Referensi

  1. ^ "Pacoa Jara", Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia, 2016 
  2. ^ Klopedia, Mbojo. "Mengupas Tradisi Pacoa Jara Masyarakat Bima (bagian I)". Mbojoklopedia. Diakses tanggal 2019-02-20. 
  3. ^ Ulum, Gagas (2017). Uniquely Lombok-Sumbawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 231. ISBN 9786020373874. 
Kembali kehalaman sebelumnya